DBD Makan Korban, Balita Usia Tiga Tahun Meninggal di RSUD

Salah satu  pasien DBD sudah 3 hari dirawat di ruang Seruni RSUD Jombang, Selasa (12/1). Sedangkan dua korban lainnya dikabarkan telah meninggal di RSUD Jombang.

Salah satu pasien DBD sudah 3 hari dirawat di ruang Seruni RSUD Jombang, Selasa (12/1). Sedangkan dua korban lainnya dikabarkan telah meninggal di RSUD Jombang.

Permintaan Darah di Bojonegoro Meningkat
Jombang, Bhirawa
Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD)  di  Kabupaten Jombang  mulai merenggut korban jiwa.  Kali ini  seorang balita yang baru berusia tiga tahun  tewas akibat penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti ini.
Balita yang meninggal akibat terkena virus demam beradarah ini  diketahui bernama  Alisa Adilla Rafa  (3), anak pasangan Anik Fitriyani dan Abdul Majid warga asal Dusun Balung Biru Desa Balongbesuk  Kecamatan Diwek  Jombang.  Balita tersebut  menghembuskan nafas  terakhir setelah sempat menjalani perawatan di RSUD Jombang selama tiga hari. ” Iya tadi kita dapat laporan satu korban DBD meninggal kemarin, kasus ini sekarang sedang dalm evaluasi kita bersama,”ujar Direktur RSUD Jombang dr Pudji Umbaran, Selasa (12/1).
dr Pudji menambahkan terkait kasus DBD ini semua pihak memang harus waspada, meski kondisi korban sudah membaik, namun harus tetap diawasi. Karena kemungkinan masih bisa kambuh.
Terkait jumlah pasien DBD yang dirawat di RSUD, dr Pudji  mengaku tidak hafal karena semua ditangani Pelayanan Medis (Yanmed). “Kalau yang meninggal di awal tahun ya satu itu yang terlaporkan,”tandasnya.
Anik Fitriya, orangtua korban mengatakan Alisa awalnya menderita demam tinggi, dan dibawa berobat ke bidan desa setempat. Namun kondisinya tak kunjung membaik dan setelah dibawa ke Pukesmas Cukir dia didiagnosa demam berdarah dengan trombosit 163. Kondisinya semakin menurun hingga  trombosit mencapai 85 dan harus dirujuk ke RSUD Kabupaten Jombang. “Karena saat perawatan di Puskemas tak kunjung membaik dan langsung dirujuk ke rumah sakit dan langsung masuk Intensive Care Unit (ICU) selama satu malam dan akhirnya kondisi anak saya membaik,” ujarnya saat ditemui di rumahnya.
Setelah dari ICU, lanjut Anik oleh perawat yang menjaganya Alisa tidak diperkenankan untuk makan dan minum serta harus puasa dengan mengonsumsi air putih sebanyak 50 cc per tiga jam. Hal itu yang membuat kondisi Alisa kembali drop dan harus masuk ke dalam ICU untuk kedua kalinya. “Saat kondisi drop oleh dokter jaga malah ditanya kenapa gak dikasih makan, ya saya jawab gak boleh sama suster jaga dan diharuskan untuk puasa. Dan pada saat masuk ke ICU untuk yang kedua kalinya nyawa anak saya tidak tertolong,” bebernya seraya mengatakan dalam satu desanya sudah 10 orang yang terkena  DBD, salah satunya adalah keponakannya sendiri, Dimas yng kini dirawat di rumah sakit karena menderita gejala yang sama dengan Alisa.
Satu korban yang juga dikabarkan meninggal karena DBD di RSUD Jombang, Minggu (10/ 1) adalah Andik (12), siswa kelas VI SDN Gedukwatu Ngoro Jombang. Putera pasangan Bagus dan Nurita warga Dusun Dayangan ini meninggal di RSUD Jombang.
Kepala Dusun Dayangan Desa Genukwatu Ngoro Jombang Agus Salim membenarkan warganya meninggal dunia akibat DBD di RSUD Jombang, Minggu  (10/ 1).  ” Sebelumnya korban sempat dirawat di RSK Mojowarno kemudian dibawa pulang, dan pada Jumat dilarikan ke RSNU dan divonis DBD dan segera dirujuk ke RSUD Jombang. Sempat mendapat perawatan namun akhirnya korban meninggal di RSUD,”katanya.

Bojonegoro Siaga DBD
Sementara itu di Bojonegoro meski persediaan darah di markas Palang Merah Indonesia (PMI) Jalan Trunojoyo hingga sebulan ke depan masih terbilang aman,  namun  tingginya angka DBD sejak awal bulan ini berdampak pada tingginya permintaan darah dari sejumlah rumah sakit di Bojonegoro.
“Terhitung, mulai 1 Januari sampai sekarang tercatat ada 632 kantong. Saat ini permintaan naik menjadi 10 persen sejak kasus DBD banyak terjadi di wilayah Bojonegoro,” ungkap Sekretaris PMI Kota Bojonegoro Suko Hawidodo, Selasa (12/1) kemarin.
Menurutnya, permintaan darah meningkat sekitar 10 persen dibanding hari biasanya, imbas lonjakan kasus DBD di daerah tersebut sejak sebulan terakhir.  “Permintaan meningkat, kami menjamin stok darah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hingga sepekan ke depan,” ucap Suko.
Saat ini, rata-rata stok darah di PMI Bojonegoro tiap bulan 1.200 kantong. Namun karena permintaan meningkat, PMI akan terus meningkatkan stok darah dengan menggelar donor darah. “Kami juga terus berupaya menambah stok darah dengan menggelar donor darah di sejumlah lokasi,” kata Suko.
Ditambahkannya setiap harinya 60 sampai 70 kantong darah yang didapat. Selain pendonor datang, pihak PMI juga menggunakan mobil unit untuk jemput bola ke masyarakat.  Biasanya stand by di alun-alu setempat. “Bantuan droping dari Surabaya jika kekurangan. Permintaan darah biasanya dilakukan saat persalinan, operasi, penyakit dalam, ada cuci darah dan juga anemia,” pungkasnya.
Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro dr Wenny Diah Prijanti menyebutkan, tingginya kasus DBD hingga menyebabkan peningkatan kasus tiga kali lipat sampai ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan tanggung jawab bersama untuk meningkatkan kesadaran dalam menerapkan pola hidup sehat.
“Sepanjang 2015 kemarin, Bojonegoro KLB DBD dengan jumlah kasus 493 dan sembilan di antaranya meninggal dunia per November,” jelas dr Wenny.
Menurutnya, sebaran wabah DBD saat ini hampir merata di seluruh kecamatan. Meski mengalami peningkatan jumlah penderita yang cukup signifikan, pihaknya mengklaim seluruh pasien masih dapat terlayani, baik di tingkat puskesmas maupun rumah sakit.
Sementara data yang dihimpun di markas PMI Jalan Trunojoyo Bojonegoro menyebutkan jumlah darah pada 2013 ada 13.413 kantong, dengan permintaan 13.327 kantong. Kemudian pada 2014 lalu, Unit Donor Darah (UDD) PMI mampu mengumpulkan 16.204 kantong darah dengan permintaan 15.934 kantong dan pada 2015 sampai akhir Oktober tercatat darah yang dikumpulkan ada 16.655 kantong dengan permintaan masyarakat sebanyak 14.958 kantong. [rur,bas]

Tags: