Dekranasda Jatim Dorong Kreativitas Milenial Lahirkan Desain 3D Printing

Ketua Dekranasda Jatim Arumi Bachsin melihat karya-karya dalam kompetisi desain produk 3D printing di Geco Co Working Space, Surabaya, Selasa (21/1).

Pemprov Jatim, Bhirawa
Deretan karya unik dan menarik ditunjukkan anak-anak muda dari berbagai latar belakang di kompetisi desain produk 3D printing. Ajang yang digelar Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jatim tersebut berhasil menarik animo kaum milenial untuk mewujudkan ide-ide kreatif mereka dalam bentuk produk yang unik dan menjual.
Salah satunya jam tangan yang didesain oleh kelompok mahasiswa Teknik Material Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Produk yang diberi nama pergelangan tersebut dipamerkan sebagai jam tangan sporty yang ramah lingkungan, futuristik dan marketable.
“Jam ini kita buat khusus untuk kompetisi ini. Memang sudah banyak yang memesannya tapi kita belum bisa menjualnya. Karena produk ini masih prototype dan masih ada beberapa bagian yang harus dibenahi,” tutur salah satu anggota kelompok Ghalib Abyan saat ditemui di Geco Co Working Space, Surabaya, Selasa (21/1).
Ghalib bersama tiga rekannya membuat jam tangan ini dengan material PLA. Material tersebut merupakan plastik hasil daur ulang yang selanjutnya dibentuk menggunakan 3D-printing. “Sangat ringan materialnya. Sehingga kita menggunakan magnet untuk pengait jamnya agar material tidak kalah,” tutur Ghalib.
Melihat karya-karya tersebut, Ketua Dekranasda Jatim Arumi Bachsin mengaku syok. Dia tidak menyangka karya-karya kaum milenial ini sangat beragam dan idenya sangat unik. “Saya juga syok ada yang bikin masker, dan kita tidak terbayang seperti itu ternyata ada pasarnya sendiri. Sangat banyak ide-ide dan hal-hal yang tidak pernah kita tebak sebelumnya,” ungkap Arumi.
Arumi menuturkan, tidak ada kategori secara spesifik dalam kompetisi ini. Sehingga karya yang muncul semakin beragam. Tidak hanya kreatifitas, sentuhan teknologi juga menjadi faktor utama dalam kompetisi ini. Yakni dengan menggunakan 3-D printing. “Kita sudah sering sekali membuat kompetisi dengan batik maupun aksesoris. Kali ini, Dekranasda ingin menyasar kelompok milenial dengan sentuhan yang lebih modern,” tutur Arumi.
Arumi juga menjelaskan, kompetisi ini merupakan salah satu cara agar para peserta memiliki pengalaman 3D printing. Khususnya bagi kategori pemula. Di sisi lain, efisiensi juga dapat ditemukan melalui penggunaan 3D printing. “Keseruan lainnya adalah para peserta justru tertarik dengan teknologi 3D printing yang akhirnya mau menggunakan bahan 3D printing. Karena lebih mudah dan menangkap berbagai desain,” ungkap Arumi.
Disinggung mengenai pasar dari karya-karya tersebut, Arumi menegaskan, pemerintah akan berkomitmen untuk bahu-membahu dengan stake holder pemerintah untuk dapat memfasilitasi mereka. “Justru kita banyak belajar, produk-produk ini emang ada yang beli ya? Ternyata menurut mereka banyak. Khususnya untuk komunitas tertentu atau hobi yang bagi kita mungkin produk ini aneh,” pungkas Arumi.[tam]

Tags: