Delapan Kecamatan Terendam Banjir, Warga Pasuruan Keluhkan Drainase Tol

Suasana banjir yang menggenangi rumah warga di Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Rabu (20/3).

Pasuruan, Bhirawa
Hujan deras yang melanda Pasuruan selama 5 jam menyebabkan delapan Kecamatan di 13 Desa, di Kabupaten Pasuruan terendam banjir, Rabu (20/3). Delapan kecamatan yang terendam banjir antara lain Kecamatan Gempol, Beji, Bangil, Rembang, Kraton, Winongan Grati dan Rejoso.
Air merendam ribuan rumah warga di delapan kecamatan. Selain itu, banjir juga menggenangi jalan desa, area tambak hingga area persawahan.
“Ketinggian air banjir rata-rata 20 sampai dengan 90 sentimeter. Air banjir datang karena hujan di kawasan hulu dan hilir Pasuruan sangat deras mulai pukul 15.00-20.00 atau selama lima jam,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan, Bhakti Jati Permana, Rabu (20/3).
Banjir akibat luapan Sungai Rejoso, Wrati, Winongan, Kedunglarangan, Manaruwi, Welang, Petung dan Lawean meluap. Sehingga air banjir masuk ke permukiman-permukiman warga.
“Yang paling parah di wilayah timur Pasuruan, tepatnya Desa Bandaran, Kecamatan Winongan. Karena ketinggian air banjir dari sungai Winongan hampir mencapai satu meter,” tandas Bhakti Jati Permana.
Dalam hal tersebut, BPBD bersama Muspika, Pemdes, relawan terus berstandby melakukan monitoring di sejumlah titik. Ia mengakui aktivitas warga terganggu akibat banjir tersebut. Termasuk juga berbagai kendaraan warga sampai kini, cukup kesulitan melintasi banjir.
“Apabila ada masyarakat yang membutuhkan penanganan ekstra, kami siap 24 jam. Kesiapannya selalu terus stanbay di lokasi banjir. Kami sudah memberi bantuan mie instans kepada warga yang terdampak banjir di delapan Kecamatan, termasuk juga tim kesehatan sudah ada di lokasi,” tambah Bhakti Jati Permana.
Pantauan di lokasi, luapan air yang terjadi di kawasan Pasuruan timur, tepatnya di Desa Kedawung Kulon karena tidak berfungsinya saluran drainase. Sehingga tidak mampu menampung debit air yang merendam ratusan rumah warga.
“Memang daerah kami ini langganan banjir, tapi tidak separah ini. Biasanya air banjir hanya sampai dilatar depan rumah dan cepat surut. Tapi, semenjak adanya pembangunan tol Pasuruan-Probolinggo membuat desa kami terdendam air banjir sangat parah. Air banjir juga susah surut karena saluran irigasi di desa sudahtak mampu lagi berjalan secara maksimal,” kata Muslin, warga Kedawung Kulon, Kecamatan Grati.
Ia bersama warga lainnya meminta kepada pihak tol atau pemerintah supaya melakukan perbaikan atas saluran irigasi dan memperdalam saluran box culvert.
“Pihak tol maupun pemerintah harus turun tangan. Ini masalah serius yang merugikan kami akibat air banjir ini. Harus ada solusi, terutama para anggota DPRD. Jangan sampai turun ke lapangan karena mau ada pencalonan saja. Urusi kami ini yang serba sulit karena air banjir ini dan berikan solusinya,” urai Sodik, warga lainnya. [hil]

Tags: