Dema UINSA Berati Keputusan Pembekuan

Spanduk bertuliskan "Tuhan Membusuk" pada Orientasi Cinta Akademik dan Almamater (Oscaar) Fakultas Usuhuluddin dan Filsafat (FUF) UIN beberapa waktu lalu.

Spanduk bertuliskan “Tuhan Membusuk” pada Orientasi Cinta Akademik dan Almamater (Oscaar) Fakultas Usuhuluddin dan Filsafat (FUF) UIN beberapa waktu lalu.

UINSA, Bhirawa
Sikap tegas rektorat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya membekukan Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Ushuludin dan Filsafat (FUF) bakal menimbulkan masalah baru. Dema UINSA mengaku sangat berat jika keputusan itu benar-benar diterapkan. Bahkan mereka mengancam akan melakukan aksi protes kepada pihak rektorat.
Ketua Dema UINSA Nur Hakim mengaku telah mendengar kabar terkait pembekuan tersebut. Sebagai organisasi kemahasiswaan tertinggi di kampus yang terletak di Jalan Ahmad Yani itu, dia akan melakukan koordinasi dengan seluruh elemen mahasiswa. “Kami sangat keberatan dengan keputusan rektor tersebut. Sampai saat ini kami masih terus melakukan koordinasi untuk merespon pembukuan dema itu,” tutur Hakim saat dihubungi, Kamis (4/9).
Dia berharap niatan untuk membekukan Dema FUF UINSA tidak benas-benar dijalankan. Namun jika harapan itu diabaikan dia akan menempuh dua jalan untuk mencari solusinya. Pertama melakukan audiensi dengan pihak rektorat. Jika cara ini dimentahkan, pihaknya mengaku akan langsung turun ke jalan melakukan aksi protes.
Bagi Hakim, spanduk bertuliskan “Tuhan Membusuk” seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. Sebab, itu hanyalah persoalan internal yang kebetulan saja terpublikasi ke masyarakat umum. Sejatinya maksud dari tema itu adalah baik. Bahkan sejumlah pihak juga sudah mengakuinya.
Sementara itu, Ketua Dema FUF UINSA Surabaya Rahmat justru belum menentukan sikap terkait pembekuan itu. Dia bahkan menolak saat dimintai pendapat terkait pembekuan yang akan segera dilakukan Rektor UINSA. “Kami masih biasa saja. Nanti akan kita bicarakan lagi dengan pengurus,” kata dia.
Sikap tertutup juga dia tunjukkan saat ditanya mengenai tema yang ada di spanduk kontroversial itu. Dia enggan berbicara lagi soal itu. “Silakan tanya saja langsung ke Dekan FUF UINSA saja,” kata dia.
Sebelumnya, Dekan FUF Dr Muhid mengaku akan mempertimbangkan berbagai masukan dari elemen masyarakat dan mahasiswa dalam menentukan sanksi yang tepat. Hal ini juga dimaksudkan untuk mengurangi gesekan antara mahasiswa dengan pihak fakultas maupun rektorat. Bahkan jika sanksi pembekuan itu belum cukup karena hanya menyasar kelembagaan Dema FUF. Bisa jadi sanksi akan mengalir hingga menyasar para pengurus di dalamnya. “Tapi ini masih menunggu hasil evaluasi yang ada,” kata dia.
Keputusan sanksi tersebut sudah sesuai dengan surat keputusan (SK) rektor Nomor IN.02/1/PP.00.9/1199/P/2011 tentang kode etik mahasiswa dan SK Nomor UN.08/1/PP.00.9/SK/37/P/2014 tentang tata tertib Oscaar 2014. “Sanksi ini akan diberikan dalam rangka mendidik. Dema FUF akan dibekukan sementara waktu,” tegas dia.
Muhid menegaskan, peristiwa tersebut tidak ada keterlibatan pihak dekanat maupun rektorat atas spanduk kontroversial itu. Semua disebutnya berlangsung sangat tiba-tiba dan diluar sepengetahuan pihak dekan. “Kami tahu spanduk yang berukuran lebih besar, sekitar 3 x 5 meter sempat dipasang. Tapi itu sudah dibakar. Tiba-tiba hari kedua muncul lagi spanduk yang sama,” tutur dia. [tam]

Rate this article!
Tags: