Demam Korea dan Industri Masa Depan

Oleh :
Aldi Bintang Hanafiah
Peneliti RBC Institute A. Malik Fadjar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Demam Korea atau Korean Wave (Hallyu), telah menjadi fenomena yang mengglobal dan tak terpisahkan dari kehidupan pemuda. Di Indonesia, fenomena ini sangat populer bahkan mendapat antusiasme yang sangat besar. Terlihat dari para pemuda yang mengidolakan figur-figur asal Korea dan mengikuti tren-tren yang dibawa.

Apalagi saat ini, publik tanah air tengah dihebohkan dengan fenomena menu baru makanan cepat saji (fast food) yang banyak diburu oleh khalayak ramai. Menu tersebut adalah hasil dari kolaborasi antara MCDonald’s dengan grup band asal Korea Selatan Bangtan Sonyeondan (BTS) yang kini sedang naik daun. Menu ini disebut “BTS Meal”, disajikan dengan kemasan menarik, dalam waktu sekejap mampu menyihir ARMY (sebutan untuk penggemar BTS) dan terjual sangat laris.

Korean Pop atau K-Pop, melalui boyband/girlband mendapat penggemar yang sangat fantastis. Apalagi melalui film K-drama atau biasa disebut sebagai Drakor. Industri musik dan perfilman ini berhasil mendapatkan pasar yang besar dan trafik yang cukup tinggi. Tren K-Pop inilah kemudian yang dimanfaatkan oleh MCDonald’s sebagai brand ambassador untuk memikat daya beli masyarakat terutama kalangan muda.

Tak hanya MCDonald’s, beberapa perusahaan di Indonesia juga memboyong tren K-Pop untuk memikat hati konsumenya seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, Mie Sedap dll. Hal ini diyakini menjadi strategi marketing yang sangat efektif.

Pertumbuhan Ekonomi

Produk dengan kualitas unggul dan marketing baik, tentu akan mendorong daya beli masyarakat. Apabila daya beli meningkat, maka pertumubuhan ekonomi juga akan meningkat, mengingat sumbangan terbesar dari Produk Domestik Bruto (PDB) adalah konsumsi rumah tangga. Seperti itulah logika ekonomi bekerja. Jika ini berjalan dengan baik, tidak menutup kemungkinan akan ada investasi-investasi yang masuk. Hal ini terjadi karena membaiknya produk penjualan dari suatu perusahaan.

Banyaknya investasi yang masuk melalui perusahaan-perusahaan di Indonesia inilah yang kemudian akan menyuplai perusahaan sehingga dapat berkembang pesat dan berdaya saing internasional. Dengan begitu, perusahaan bisa banyak menyediakan lapangan kerja dan mendorong kesejahteraan masyarakat. Tentu ini akan berdampak baik terhadap pertumbuhan ekonomi nasioanal.

Namun, yang terjadi saat ini seperti mata uang dengan dua sisi. Di satu permukaan menampilkan sisi positif dan di permukaan lainnya menampilkan sisi negatif. Fenomena di atas secara praktis memang dapat memberikan dampak baik terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, tanpa disadari juga telah membunuh produk-produk dalam negeri.

Tingginya gelombang Korean Wave (Hallyu) di Indonesia tentu akan berdampak terhadap prilaku konsumen khususnya para penggemar. Seorang konsumen, dalam membeli suatu produk biasanya akan mengedepankan perhitungan ekonomis dan rasional. Tetapi, bagaimana dengan para penggemar yang selalu mengikuti referensi tokoh idolanya?

Jawabannya jelas setiap yang dikonsumsi pasti akan mengikuti tren dan referensi tokoh yang di idolakan. Maka, tidak mengherankan apabila negara kita di banjiri produk-produk negeri Gingseng. Mulai dari elektronik, makanan, dan kosmetik yang memenuhi pasar dalam negeri. Popularitas Korean Wave (Hallyu) inilah yang dimanfaatkan oleh pemerintah Korsel untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

Negeri Gingseng dalam perjalanan sejarahnya memang pernah mengalami krisis ekonomi. Pada tahun 1960-an, negara penghasil Gingseng ini menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Seiring berjalannya waktu, Korsel dapat memulihkan perekonomiannya melalui pembangunan di bidang industri.

Pada tahun 1990, Korsel membentuk Kementrian Kebudayaan dengan mengkampanyekan 10 simbol kultural sebagai identitas nasional. Salah satu simbol tersebut adalah budaya pop (musik, film, drama, sastra) sebagai bekal untuk komoditas ekspor. Dari produksi inilah kemudian budaya pop Korsel gencar dan mendunia. Bahkan, dunia sepakat menjadikan Korsel sebagai kiblatnya dunia pop.

Industri Masa Depan

Di era perkembangan teknologi yang begitu pesat dan kemajuan integritas pertumbuhan ekonomi. Interaksi antar manusia sudah tidak lagi terbatas oleh teritorial negara. Dengan adanya teknologi yang semakin canggih, kita semua terhubung menjadi bagian dari masyarakat global dan bersaing dalam perdagangan internasional.

Tentu, sebagai masyarakat Indonesia hal ini harus kita sambut baik. Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah dan berbagai macam budaya memiliki potensi untuk bangkit dan maju seperti negara Korea Selatan. Strategi-strategi dari negeri Gingseng tersebut sedikit banyak dapat kita adopsi seperti halnya pembangunan industri kreatif.

Negara-negara yang saat ini pertumbuhan ekonominya meningkat merupakan negara yang berhasil survive menghadapi tantangan global. Seperti China misalnya, meskipun kita kenal sebagai negeri yang pemerintahanya otoriter, namun dalam pembangunan ekonomi patut mendapat apresiasi. Bahkan, China digadang-gadang bakal menjadi super power pada masa mendatang.

Keberhasilan tiongkok saat ini tentu tidak terlepas dari bagaimana negeri tersebut membangun indsutri-industri kreatifnya. Selain produk-produk Korsel, Indonesia juga banyak dibanjiri produk buatan China. Terlihat di berbagai sudut pasar produk China marak kita temui. Lalu, apakah kemudian ini buruk untuk bangsa Indonesia?

Jelas tidak, Indonesia hanya kalah saing dengan produk-produk dari luar negeri. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengaminkan adanya Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN atau ASEAN Free Trade Area (AFTA). AFTA merupakan sebuah kesepakatan yang telah dibentuk oleh ASEAN dalam peningkatan daya saing ASEAN sebagai pusat pasaran dunia melalui penghapusan halangan tarif maupun non-tarif ASEAN. Dari kesepakatan itulah kemudian produk-produk luar banyak berdatangan.

Momen inilah yang seharusnya bisa kita manfaatkan terutama oleh pemerintah. Pemerintah harus bisa membaca peta pergerakan industri ke depan dan mengambil peluang itu. Melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), grand design pembangunan ekonomi kreatif ke depan harus menjadi fokus utama. Sebagai negara yang besar tentu peluang Indonesia untuk kembali menjadi Macan Asia terbuka lebar. Kita tidak perlu menyingkirkan produk-produk asing untuk bisa unggul. Tetapi, mendukung produk-produk lokal menjadi berkulitas dan mengekspornya ke berbagai penjuru dunia.

——— *** ———–

Rate this article!
Tags: