Demo MK Rusuh, Polisi Amankan 7 Massa Pro Prabowo

Aksi demo pendukung Prabowo-Hatta Rajasa menjelang putusan PHPU Presiden dan Wakil Presiden 2014 oleh MK berlangsung ricuh, Kamis (21/8). Aparat menembakkan gas air mata dan water cannon.

Aksi demo pendukung Prabowo-Hatta Rajasa menjelang putusan PHPU Presiden dan Wakil Presiden 2014 oleh MK berlangsung ricuh, Kamis (21/8). Aparat menembakkan gas air mata dan water cannon.

Jakarta,  Bhirawa
Kepolisian mengamankan tujuh orang pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Mereka ditangkap karena dianggap sebagai provokator dalam aksi demonstrasi jelang putusan Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Presiden dan Wakil Presiden 2014 oleh Mahkamah Konstitusi (MK) di Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
“Jumlah warga yang diamankan dalam pembubaran paksa ada 7 orang (4 dibawa ke Polda dan yang 3 dibawa ke Rumah Sakit Tarakan karena menderita luka di kepala dan badan),” ungkap Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny F Sompie, Kamis (21/8).
Menjelang pembacaan putusan MK terkait dengan gugatan Pilpres, massa pendukung pasangan Prabowo-Hatta terus bertambah dan semakin memenuhi bundaran Tugu Patung Kuda. Massa yang membawa atribut yang bertuliskan Brigade 08 dan mengenakan pakaian bergambar Prabowo Subianto.
Aksi demo di silang Monas atau Patung kuda berlangsung rusuh. Aparat menembakkan gas air mata dan water cannon. Pihak kepolisian menyemprotkan gas air mata ke arah massa. Massa akhirnya berhamburan melarikan diri.
Awalnya, aksi berlangsung damai. Namun para demonstran memaksakan diri untuk masuk dan menerobos barikade polisi. Polisi sempat mengimbau massa untuk tetap bersikap damai, tanpa harus memaksakan diri menerobos. Namun, massa tetap ngotot menerobos. Hingga akhirnya, aparat keamanan menyemprotkan gas air mata dan menyiramkan air ke arah kerumunan massa yang berhamburan. Tidak hanya itu, pihak keamanan juga menembakkan gas air mata ke arah kerumunan massa. Para demonstran terlihat lari terbirit-birit. Ada sekitar tiga ribu orang massa. Yang tersisa hanya mobil komando. Sementara massa menghamburkan diri dan terpecah.
Pendukung Prabowo Subianto – Hatta Rajasa menduga adanya penyusup yang sengaja memprovokasi dalam aksi demonstrasi di sekitaran Gedung Mahkamah Konstitusi (MK).  “Ada provokatornya. Padahal massa dari sini (Polonia) sudah tenang. Tapi yang pendukung memanas-manasi suasana. Mendorong-dorong agar kita merusak blokade polisi,” ujar salah satu pendemo yang tiba di Rumah Polonia usai melakukan aksi di Bundaran Hotel Indonesia, Kamis (21/8).
Pria berbadan tegap itu menceritakan kondisi yang terjadi di area sekitar Patung Kuda kepada para pendukung yang tak ikut berdemo dan menunggu di Rumah Polonia. Ia pun menyayangkan terjadi bentrok dalam demo tersebut, padahal para pendukung itu berniat melakukan aksi damai.
“Saya sempat teriak-teriak suruh tahan jangan mendorong masuk. Saya teriak ‘ingat Prabowo jangan seperti ini. Kita mau aksi damai’. Namun tidak didengar, banyak massa yang kita tidak kenal memprovokasi,” jelasnya.
Pantauan di lokasi, satu persatu pendukung mulai berdatangan ke Rumah Polonia yang menjadi posko tim sukses Prabowo-Hatta. Beberapa pendukung yang tiba, langsung ke kamar kecil untuk mencuci muka akibat semprotan gas air mata saat berdemo di pusat Jakarta. Suasana tegang sangat terasa di rumah yang berada di Jalan Cipinang Cempedak itu.
Hingga pukul 20.00 saat berita diturunkan, belum ada keputusan Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU).  Majelis hakim masih membacakan dalil-dalil keputusan.

Gema Rekonsiliasi
Sementara itu Wasekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, meyakini bahwa apapun putusan MK terkait gugatan atas penetapan Pilpres 2014 oleh KPU, akan bisa diterima semua pihak. Keputusan MK akan menjadi bagian dari gema rekonsiliasi nasional pasca Pilpres 2014.
Menurut Hasto, seluruh proses persidangan di MK, sejatinya tidak hanya berkaitan dengan sengketa selisih hasil suara. Namun itu adalah konsistensi untuk menyelesaikan seluruh sengketa pemilu melalui jalan demokratis yang semakin dilembagakan melalui jalan supremasi hukum.  “Hal inilah yang harus dilihat sebagai manifestasi kematangan demokrasi di Indonesia. Dengan demikian saya meyakini sepenuhnya, bahwa semua pihak akan menerima keputusan MK,” kata Hasto.
Walau harus diakui situasi politik cukup panas, lanjutnya, namun keputusan MK menjadi momentum penting yang memperkuat gema rekonsiliasi national. Artinya, seluruh elemen bangsa akan menganggap proses pilpres selesai dan saatnya untuk terus maju membangun bangsa. “Atas dasar hal tersebut, maka keputusan MK, apapun itu, memperkuat gema rekonsiliasi dan saatnya seluruh komponen bangsa bersatu padu mengejar ketertinggalan Indonesia dengan negara lain,” kata pria yang menjabat sebagai Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-JK itu saat Pilpres lalu. [ira, cty,geh, ins]

Tags: