Dengarkan Program Strategis, Follow Up di RPJMD

Gubernur Jatim Dra Hj. Khofifah Indar Parawansa saat mengunjungi RSU Mohammad Noer dan melihat kondisi pasien di rumah sakit tersebut. [syamsudin]

Pamekasan, Bhirawa
Kunjungan Gubernur Jatim Dra Hj. Khofifah Indar Parawansa bertemu dengan Bupati se Madura memiliki misi penting, yakni mendengarkan usulan program strategis dari para bupati untuk di follow up bersama Bappeda dalam menyusun RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Jatim pada 5 Tahun ke depan Ditempat terpisah, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak menyusuri Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro untuk melihat kondisi sungat terpanjang di Pulau Jawa itu.
Menurut Gubernur Khofifah, untuk bisa membangun Madura perlu jalinan sinergis antara pihak pemkab dengan pemprov. “Misalnya pos dana pembangunan madrasah diniyah (posjamodin) dana lebih besar dari tahun lalu. Kami mengajak bupati turun ke Madrasah tertentu di bulan Maret nanti,” kepada wartawan usai Rakor di ruang pertemuan yang dipimpin Kepala Badan Perwakilan Wilayah (Baperwil) Pamekasan, Selasa (19/2).
Rapat kerja Gubernur Jatim dengan Bupati se Madura, dipimpinan Kepala Baperwil Pamekasan, Alwi Beq, hadirpula Kepala OPD Provinsi Jatim, Sekda dan Kepala Bappeda se Madura. Acara tersebut diawali paparan dari para bupati dan dilanjutkan pengarahan dari Gubernur Khofifah.
Selanjutnya, Khofifah menjelaskan janji kampanye yang akan ditepatinya, yakni SPP gratis untuk SMP dan SMA Negeri/swasta. “Tahun ajaran baru, akan diberikan baju seragam. Untuk SPP saya minta tiap bupati merumuskan. Karena tiap daerah kebijakkan sama”, jelasnya.

Kunjungi RSU
Pada kesempata itu, Gubernur Khofifah juga menyempatkan diri berkunjung ke RSU Mohammad Noer di Kabupaten Pamekasan. Ia juga memiliki rencanan untuk menjadi RSU Mohammad Noer sebagai rumah sakit rujukan.
“Rumah sakit ini kita harapkan bisa menjadi rumah sakit rujukan di Madura. Syarat sebagi RS Rujukan di Madura, perlu tambahan dokter spesialis, peningkatab layanan, alat kesehatan,” kata Khofifah bersama Bupati Pamekasan, Badrut Tamam.
Gubernur perempuan pertama Jatim ini juga melihat ruangan dan fasilitas rumah sakit tersebut, serpti. Seperti dokter spesialis, ahli anastesi, dan perangkat alat kesehatan penunjang operasi. Hal tersebut rencananya bakal dipenuhi kebutuhannya oleh Pemprov Jatim sehingga akan bisa memenuhi standar rumah sakit rujukan.
Jika rumah sakit tipe D ini bisa dikembangkan jadi rumah sakit rujukan, maka akan masyarakat tak perlu antri dan jauh berobat harus ke RSUD Soetomo di Surabaya. “Inginnya saya begitu,” kata Khofifah.
Bupati Pamekasan, Badrut Tamam mendukung rencana gubernur. Ia juga memberikan rekomendasi agar rumah sakit ini nantinya bisa dilengkapi dengan layanan untuk penyakit kusta. Hal ini lantaran di Madura banyak warga yang menderita kusta.
“Di Madura banyak pengidap kusta. Kalau rumah sakit ini bisa menampung para penderita kusta, maka akan sangat membantu dan memudahkan masyarakat,” kata Badrut.
Direktur RS Moh Noer, Nono Suparno menjelaskan RSU Mohammad Noer di bawah Dinkes Jatim, memang ada rencana jadi RS rujukan. “Pemprov sudah menganggarkan Rp. 50 miliar untuk pembebasan lahan. Karena RS ini harus ditingkatkan menjadi Tipe C. Syaratnya ada bangunan bisa menampung 100 sampai 150 tempat tidur. RS kita hanya punya lahan 800 M2, sedang dibutuhkan 1,5 hektar,” jelas.
Dikatakan, pembebasan lahan Rp 50 m dianggar 2019. Pemprov bisa menganggar untuk kontruksi di 2020 dan alkes di 2021. “Karena Gubernur berencana Pemprop Jatim punya RS rujukan di Madiun, Tapal Batas dan Madura. Di Madura yaitu RS Moh Noer di jalan Bonorogo ini,” kata Nono.
Sementara itu Wagub Jatim, Emil Elestianto Dardak menyusuri Bengawan Solo, di Bojonegoro, dari Desa Panjunan, Kecamatan Kalitidu, sampai Bendung Gerak, juga di Kecamatan Kalitidu, dengan perahu wisata
Sebelum menyusuri bengawan, Emil pun mendatangi beberapa tempat, di antaranya ke Bakorwil Bojonmegoro, kemudian dilanjutkan SMK Negeri 5, dan melakukan pengecekan langsung kondisi sekitar Bengawan Solo, melihat tanggul kritis serta melihat kerusakan akibat penambang pasir ilegal dan dampak banjir.
Menurut Wakil Gubernur Jatim, Emil Elistyanto Dardak mengatakan, melakukan tinjauan ke lapangan, guna mengetahui secara pasti seperti apa kondisi di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo.
Setelah itu akan dilakukan pendataan oleh pemerintah provinsi dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo. “Kami akan fokus melihat ke beberapa titik di lapangan untuk dijadikan sempel yang akan kami catat dan cocokan datanya. Setelah itu baru bisa disimpulkan tindakan apa yang akan kami lakukan untuk antisipasi kerusakan lingkungan dan bencana di sungai Bengawan Solo,” kata Emil dalam kunjungannya ke Bojonegoro, Selasa (19/2).
Untuk memenuhi hal tersebut, Pemerintah Provinsi akan membantu dengan menyingkronkan program dari Kementerian, kemudian BBWS, dan Pemkab Bojonegoro, setelah mengetahui problem secara pasti.
Menurut Emil Dardak, di 99 hari kerjanya ada keberhasilan dalam penanganan kerusakan lingkungan sungai Brantas. Melalui relawan jogo kali. “Kami mendapatkan laporan kalau banyak sampah di sungai, kemudian Gubernur melakukan pengecekan secara langsung, dan ternyata informasi tersebut benar. Kemudian kami melakukan beberapa tindakan, di antaranya dengan memasang CCTV di setiap jembatan, agar masyarakat tidak membuang sampah di sungai lagi,” terang dia.
Ditambahkan, Relawan Jogo Kali juga menyiapkan kontainer yang bisa dijadikan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat, sehingga tidak ada lagi yang membuang sampah di sungai. “Kebersihan sungai menjadi tanggung jawab semua pihak, mulai pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, pihak swasta dan semua masyarakat di Jatim,” tuturnya.
Tidak hanya itu, Wagub Jatim itu juga menebar ribuan benih ikan ke sungai terpanjang Pulau Jawa itu.
Terpisah, perwakilan dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS) Hidayat mengatakan, bahwa tingkat kerusakan dibengawan solo wilayah hilir ini yang tebing-tebing longsor. Kebetulan di Bojonegoro belum ada bangunan pengendali banjir.
Kalau bendung gerak ini fungsinya untuk menahan air banjir akhir musim hujan. Semata-mata kebutuhan air di wilayah Bojonegoro kalau musim kering dibangun bendung gerak. Yang sekarang dibanguun graunsil kiri kanannya dibangun beton untuk memecah arus. ” Tujuannya, untuk mengendalikan kerusakan dibendung gerak,” ujar.
Untuk grounsil tersebut dengan panjang sekitar 500 meter diwilayah hilir bedung gerak. Kerusakan bantaran bengawan solo terjadi tergerusnya air pada pasang surut dan menyebabkan lonsor. ” Longsor akan waktu air pasang tidak longsor, namun ketika air surut terbing longsor,” jelasnya.
Menurutnya, antisipasinya itu penertiban penambang pasir. Kalau infrastuktur bengawan solo tidak mungkin sekian ratus kilo diplenseng. Harapannya kedepan bisa dibangun plesengan seperti asrik untuk menahn longsor.din, [din.bas]

Tags: