Derang Pagi

Oleh :
Malihatun Nikmah, SPd

Burung berkicau gaduh kesenangan
Matahari merekah dengan sinar derang
Sambutlah sinarnya di pintu gerbang
Membuanglah lelah setelah kemarin berperang

Siapa yang berani menghentikan para ibu yang garang ?
Menubruk ganas gabah sisa padi di lumbung
Tangan-tangan mereka lentik memetik kemenangan di ladang
Adalah saksi dari serangkaian do’a-do’a

Rumah panggung berdingding anyaman bambu rangkiang
Adalah simpanan pangan masa paceklik
Agar tak ada hutang menghadang
Tak perlulah payah susah
Bangunan berbentuk gonjong berada di depan rumah gadang

Lihatlah busur panah yang menembus gempal gemawan
Siapa yang berani menghentikan bidikan para bapak ?
Tiada bidikan melesat dari sesar ayam-ayam hutan
Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan ?
Sumenep, Rabu 17 Maret 2021

Sore yang Lenggang

Udara yang lenguh di sore hari
Sejarah yang kadang menyakitkan
Bagi dua insan lansia yang sedang merawat cinta
Sorot matanya memandangi anaknya menyuapi cucu kesayangan

Di rongga hidungnya pula
Tersiar bau parfum menantu yang lembab
Santer tercium aroma bercampur keringat
Terlihat letih lesu berwajah pucat
Sebagai ihwal saksi pejuang nafkah

Dengan sungkan duduk bersebelahan
sembari menikmati seduhan kopi buatan ibu mertua
Dia pandangi lekat lekat menantunya
Gelagatnya seperti Arjuna yang memanah sejarah menyakitkan

Dia pandangi pula kereta yang terparkir di depan mata
Benda asing yang tak pernah ada dalam sejarahnya
Sumenep, 17 Maret 2021

Percakapan di Meja Kopi

Bagaimana menggerakkan roda pertemanan
Jika keakraban sudah pincang
Maka perlu ada rasa totalitas di meja kopi
Berpegangan tangan mencurahkan segala yang gamang

Tidak cukup di hati
Membidik apa yang dinanti
Burung di langit bisa di racun
Rusa di hutan bisa di sambar

Damai yang di bangun berpuluh tahun
Rusak berantakan hanya dalam sebentar
Pilar penyangga kerangka plafon rumah yang lapuk
Bisa digotong berdiri
Di ganti kayu pustaka warisan leluhur

Meski tertimpa
Golodongan kayu-kayu besar
Serta tubuh bonyok, penyet seremuk-remuknya
Meja kopi selalu dihidangkan
Asal tidak boleh lagi cabut pucuk ubi di pekarangan
Sumenep, 23 Maret 2021

Tentang Penulis:
Malihatun Nikmah, SPd. Lahir di Sumenep, 29 Desember 1996, Alamat Des. Ketawang Parebaan, Kec. Ganding, Kab. Sumenep (Madura). Telah menyelesaikan pendidikan sarjana di IAIN Madura. Fakultas Tarbiyah tahun 2020.
Karya tulis berupa cerpen, Puisi, Cernak (Cerita Anak), Cerita Islami, Cerita Humor, Fabel, dan Reportase.dimuat di media cetak, daring dan majalah seperti: Harian Surya Surabaya, Bhirawa, Kabar Madura, Solopos dan sebagainya. Meraih beberapa juara puisi dan cerpen serta puisi termaktub di sejumlah antologi puisi bersama. Dapat dihubungi melalui: surel; nikhmahh@gmail.com, IG; @malihatun_nikmah99,
Jatim.

———– *** ————

Rate this article!
Derang Pagi,5 / 5 ( 1votes )
Tags: