Derita Anak Penderita Cerebral Palsy Asal Situbondo

Indra Syafei, anak penderita cerebral palsy dan bibir sumbing asal Desa Curah Cottok Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo, terbaring lemas di gendongan neneknya. [sawawi]

Tak Ada Biaya Operasi, Malah Ditinggal Kabur Orang Tuanya

Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Nasib kurang beruntung tengah dialami buah hati pasangan Siswanto dan Mawar, Indra Syafei, yang divonis menderita cerebral palsy atau menderita gangguan syaraf motorik gerak dan pertumbuhan badan. Akibat penyakit ini, Indra yang kini telah menginjak usia 11 tahun mengalami gangguan fisik seperti mengidap gizi buruk. Hari-hari Indra hanya dihabiskan dengan tidur di kamar sempit milik kerabatnya atau digendongan neneknya.
Saat Bhirawa mengunjungi rumahnya di Dusun Krajan RT 02/01, Desa Curah Cottok, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo, Indra sedang digendongan neneknya. Tubunya terlihat kurus. Menurut neneknya, Sisi, Indra juga mengidap penyakit bibir sumbing sejak lahir. Dua penyakit yang diderita Indra membuatnya tidak bisa banyak bicara dan hanya telentang tidur dengan lemas.
Ayah Indra, Siswanto, selalu menangis saat melihat kondisi anaknya yang kian hari semakin kurus. Pria yang mengaku bekerja sebagai buruh serabutan itu mengaku tak bisa berbuat apa-apa, karena kondisi ekonominya yang pas-pasan.
Menurut Siswanto, kondisi rumah tangganya terguncang setelah istrinya melahirkan meninggalkan keluarga dan menghilang tanpa pamit. Akibatnya Indra tidak ada yang mengasuh dan terpaksa dirawat oleh Neneknya, Sisi sejak bayi. Hingga kini, Siswanto tidak mengetahui sikap yang diambil istrinya (sebut saja, Mawar) yang tega meninggalkan anak semata wayangnya. “Hingga kini saya masih kebingungan melihat sikap istri yang tega meninggalkan Indra Syafei seorang diri,” tuturnya.
Namun lambat laun, Siswanto mulai sadar dan pasrah dengan cobaan penyakit yang diderita anaknya, Indra. Siswanto justeru optimis suatu saat penyakit yang diderita Indra Syafei bakal sembuh seperti sdia kala. Siswanto juga mengakui untuk menyembuhkan penyakit anaknya sudah melakukan berbagai upaya sesuai kemampuan yang ia miliki, termasuk ke dokter dan penanganan secara alternatif. “Ini ujian yang berat bagi saya. Semoga anak saya cepat sehat dari penyakitnya,” ujarnya.
Sementara itu Neneknya, Sisi juga mengaku pasrah kepada Allah SWT atas ujian yang menimpa cucunya. Kata Sisi, cucunya sempat dirawat di rumah sakit Situbondo namun selang beberapa lama, Indra harus segera dirujuk ke RSUD dr Sutomo Surabaya. Langkah itu harus dilakukan, kata Sisi, mengingat penyakit yang diderita cucunya tidak bisa ditangani oleh tim medis rumah sakit Situbondo. “Untuk pemeriksaan dan penanganan ke rumah sakit Surabaya kan memerlukan biaya. Saya harus dapat biaya dari mana,” ungkap Sisi.
Jangankan untuk membiayai perawatan dan operasi bedah cucunya, urai Sisi, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja ia harus banting tulang mencari nafkah. Sisi kini hanya mengaku pasrah dengan ujian berat yang menimpa keluarga anaknya. Sisi juga mengakui, sejak kecil Indra Syafei tidak bisa mengkonsumsi makanan seperti anak sebayanya melainkan harus menghaluskan makanannya terlebih dahulu. “Ya bisanya sejak kecil cuma minum susu, makan bubur dan pisang yang dihaluskan,” ujar Sisi.
Sementara itu M Aryo, pendamping sekaligus aktivis sosial Gerakan Sepenuh Hati Situbondo mengakui ada anak bernama Indra Syafei mengidap penyakit cerebral palsy dan bibir sumbing asal Desa Curah Cottok Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbodno. Indra Syafei, urai Aryo, hingga kini masih kesulitan biaya untuk melakukan bedah operasi ke Surabaya karena orang tuanya, Siswanto tergolong tidak mampu.”Ya, dia (Indra Syafei) hingga sekarang masih dirawat oleh neneknya. Ibu kandung meninggalkan Indra Syafei sejak masih kecil,” urainya.
Kata Aryo, anak Indra divonis menderita penyakit cerebral palsy setelah melakukan cek medis di Situbondo beberapa waktu lalu. Indra bahkan pernah dibawa RSUD Situbondo, tegas Aryo, namun tak berapa lama pihak RSUD meminta keluarganya untuk melakukan operasi di Surabaya. Saran tersebut membuat keluarga Indra Syafei takut karena terkendala biaya untuk melakukan bedah operasi.
“Setahu saya Indra Syafei itu sering panas dan kalau tensi panasnya terus meninggi maka dia langsung pingsan. Untuk mengatasi keadaan tersebut, oleh neneknya Indra Syafei cepat dimandikan dan dikompres dengan air dingin,” papar M Aryo.
Dimata M Aryo, cerebral palsy dapat menyebabkan gerakan refleks pada diri seseorang penderita dan biasanya tidak dapat mengontrol gerakan dan membuat ototnya kaku sehingga dapat mempengaruhi sebagian atau seluruh tubuh penderita. Masalah-masalah seperti ini, kata dia, bisa berjalan dengan ringan sampai berat dan bahkan dapat mengakibatkan cacat intelektual serta kejang. “Bahkan jika terus menerus menderita, maka bisa mengalami gangguan pada alat penglihatan serta pendengarannya,” tuturnya.
Masih kata M Aryo, dari hasil studi banding dirinya kepada tim medis, penyakit cerebral palsy ini disebabkan oleh cedera otak atau masalah yang terjadi selama kehamilan si bayi. Selain itu, kupas Aryo, penyakit itu bisa menimpa kepada tiap anak usai kelahiran atau dalam usia anak antara 2-3 tahun.
Menurut Aryo, kadang kala penyakit itu juga dipicu oleh proses kelahiran yang prematur, tidak cukup darah, kekurangan oksigen atau nutrisi lain sebelum atau selama kelahiran. “Tanda lain adanya cedera serius dibagian kepala anak atau karena terkena infeksi serius yang dapat mempengaruhi perkembangan otak serta miningitis. Terakhir bisa karena kondisi genetik (keturunan) yang mempengaruhi perkembangan otak anak,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: