Derita Anik Ismawati, Penderita Kanker Payudara Stadium Empat

Anggota DPRD Jatim Hadi Dediansyah melihat langsung kondisi Anik Ismawati yang menderita kanker payudara stadium 4 di rumah kontrakan di Jalan Sidotopo Wetan IV, Surabaya. [gegeh bagus setiadi]

Tiga Tahun Hanya Bisa Berbaring, Anaknya Rela Menahan Lapar Demi Sang Ibu
Surabaya, Bhirawa
Tinggal di kota sebesar Surabaya, rupanya belum tentu terjamin kesejahteraannya tercukupi. Sebab masih ada segelintir warga Kota Pahlawan yang sempat luput dari pantauan Pemkot Surabaya, dan terlunta-lunta menderita kesusahan. Salah satunya yang dialami Anik Ismawati, penderita kanker payudara stadium empat.
Anik Ismawati, perempuan berusia 37 tahun harus terbaring di rumah kontrakan berukuran 3×5 meter persegi di Sidotopo Wetan Gang IV RT 8 RW 1, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya. Anik divonis sakit kanker payudara stadium empat. Keempat anaknya pun hanya bisa menunggu uluran tangan tetangganya, meski hanya sekadar diberi makan.
Untuk menuju rumahnya, harus melewati gang-gang sempit. Terkahir, jalan setapak berukuran tidak lebih dari satu meter dan harus membungkukkan badan.
Hal inilah yang mengetuk hati salah seorang anggota DPRD Jatim Dapil Surabaya, Hadi Dediansyah. Perasaan terenyuh dirasakan Politisi Partai Gerindra usai melihat langsung kondisi Anik Ismawati dengan dikerumuni anak-anaknya yang masih kecil.
Dedi sapaan akrab Hadi Dediansyah dengan didampingi istrinya tampak berkaca-kaca saat ngobrol dengan Anik. Sesekali mengusap air matanya sembari meneruskan pembicaraannya. “Ibu sakit apa? Anaknya sudah pada makan apa belum?,” begitu tanya istri Hadi Dediansyah kepada Anik. “Sudah ibu, sudah tadi pagi sudah makan, kok,” jawab Anik sembari berusaha mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Terenyuhnya Hadi Dediansyah ini membuat pihaknya meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan masyarakatnya secara serius. Sebab, di kota besar seperti Surabaya ini masih ada warga yang tidak bisa berobat dan membiayai kebutuhan sehari-hari.
“Ini menunjukkan bahwa potret Surabaya yang sebenarnya. Fakta lapangan ya seperti ini. Jadi, bilamana ada pemerintah yang mengatakan Surabaya sudah sejahtera, tapi faktanya ini masih banyak yang perlu diperhatikan. Terutama masyarakat yang membutuhkan pertolongan dan perhatian khusus dari pemerintah,” katanya.
Politisi Partai Gerindra ini membeberkan bahwa pemerintah Surabaya dalam hal ini Pemkot diminta untuk tidak melulu melakukan pencitraan semata. Ia menilai program-program Pemkot Surabaya sifatnya hanya euforia. “Rakyatnya yang masih di bawah garis kemiskinan, jangan program-program yang sifatnya euforia saja,” bebernya.
Ditemukannya fakta ini, Hadi menilai bahwa pemerintah telah lalai dalam mensejahterahkan seluruh warga Surabaya. “Katanya masyarakat sudah sejahtera, tapi masih ada sebagian kecil itu masih butuh perhatian khusus. Karena sampai terjadi warganya sakit sampai tidak bisa berobat dan hanya dibantu tetangga,” ujarnya.
“Mestinya ini kan harus dilaporkan secara berjenjang dari RT, RW, kelurahan hingga ke Pemkot Surabaya,” tambahnya.
Galih Ramadan, anak pertama Anik ini mengaku ibunya sejak tiga tahun terkahir hanya bisa berbaring di kamar. Adik-adiknya pun hanya bisa dipantau dari jauh ketika ia bekerja. “Kalau ada yang ngasih makan ya makan, tapi kalo tidak ada yang ngasih ya tidak makan,” ujarnya.
Saat ditinggal bekerja, Galih menitipkan kedua adiknya kepada tetangga. Sedangkan Dika, anak adiknya yang masih sekolah di bangku SMP-lah yang bisa momong disaat pulang sekolah. “Saya hanya bisa pasrah saja, saya tetap bekerja demi kesembuhan ibu saya, meskipun tidak cukup,” katanya.
Sementara itu, setelah mengetahui adanya warga yang menderita kanker payudara stadium empat, Pemkot Surabaya telah memberikan intervensi bantuan kepada Anik Ismawati. Bantuan itu diserahkan langsung melalui Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya, Chandra Oratmangon.
Kepala DP5A Kota Surabaya, Chandra Oratmangon mengatakan, saat ini pemkot sudah memberikan intervensi kepada Anik sekeluarga. Namun, bantuan yang diberikan tersebut tidak hanya untuk Anik saja, melainkan intervensi kepada keempat anaknya. “Intervensi yang diberikan yakni BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran), pendampingan dan pengobatan (berobat jalan) dari Puskesamas Sidotopo Wetan, kursi roda, dan tempat tidur,” kata Chandra.
Chandra menjelaskan, pemkot juga memberikan rumah susun (rusun) agar ibu dengan empat orang anak ini mendapat tempat tinggal yang lebih layak. Selain itu, Candra juga memastikan, siang ini pihak DP5A mengantar anak sulung Anik, bernama Aji Galuh Ramadhan (20) untuk melihat lokasi rusun.
Tidak hanya itu, Chandra menyebut, pihaknya juga memberikan bantuan lain seperti permakanan, uang tunai, pengurusan akta kelahiran untuk anak bungsu, dan beasiswa pendidikan untuk anak kedua yang tengah duduk dibangku SMP. Bahkan kejar paket B untuk Aji Galuh yang putus sekolah SMP dan belum mendapatkan ijazah juga dibantu oleh Pemkot Surabaya. “Jadi nanti kami bantu urus semuanya koordinasi dengan Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan,” paparnya.
Kendati demikian, Chandra juga memastikan, setiap bulannya, Anik sekeluarga akan menerima tali asih dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Tali asih tersebut dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. “Nanti setiap bulan akan ada tali asih khusus dari Ibu Risma,” tegasnya. [Gegeh Bagus S]

Tags: