Dermaga Telukbelitung

Oleh :
Riki Utomi

sepanjang papan jembatan pelabuhan itu kita
memupuk harap. laut bergelombang sedang.
seperti hatimu kini. namun kata-kata tak
mampu kau ucapkan sebelum tiba pada
tanahnya.

kita mengumpul harap di dermaga itu. meski
kau ingin membuangnya ke laut. namun tak
sampai hatiku meluluskannya. kau ingin tetap
di situ menikmati laut, namun tak tega aku
membiarkanmu.

di dermaga yang panjang itu, kita mengucap
sudah. debarmu memecah di karang. pilumu
tenggelam dalam. hanyut di tepi tubuh-tubuh
putih pasir.

Selatpanjang, 2023

Senyum Cik Puan

kepada apakah melabuhkan hati ini?
selain ungkap yang gigil, tak ada lagi
cara lain. paling lindap seperti senyummu
samar-samar membentuk.

kepada apakah melabuhkan hasrat ini?
selain ke dalam hatimu, tak ada lagi
yang dapat ditumpahkan. menjadi tepian
segala tepi.

Selatpanjang, 2023

Gulai Tanak

mengeja tanganmu yang bergerak di kuali
menjadi debarku. diammu menjelma kunci
membuka gigil perut siang nanti. bumbu
telah ada, bumbu telah menjelma menjadi
gulai tanak yang diidam pada sekian jarak.

tanganmu menggerak, ligat namum pasti.
hati-hati namun cepat. ah, baru kutemukan
kembang senyum menjelma di bibirmu.
semacam ungkap tapi tak dapat kuterjemah.

hanya satu gerak kepala, ketika gulai tanak
selesai di masak: ciciplah ….

Selatpanjang, 2023

Petang di Pekanbaru

melewati di atas sungaimu, hatiku getir
membungkus lekat hati. kelat dan hitam
sungaimu beriring riak tak jauh dari ucap
kita tentang harapan.

matahari masih terasa panas, meski petang
jatuh tersungkur di sini. matahari terasa
seterang hatimu yang berlabuh untukku
di sini.

petang di pekanbaru terasa lambat hari ini.
berjalan kita menuju denyutnya di kota.
matahari oren masih menusuk-nusuk,
tapi tak seperti hatimu.

Selatpanjang, 2023

Senyum Hang Tuah

kami menemukan hang tuah di sela-sela uraian sejarah.
pada buku tua yang kusam kertasnya, pada kata-kata
yang mulai gugur tintanya. tapi tetaplah kau berdiam

abadi dalam bentuk apapun zaman dan kisah. meski
lembayung tak lagi tampak atau keris tak lagi terselip
samping pinggang.

kami menemukan hang tuah di dalam lubuk hatimu.
paling dalam ia berada tanpa perlu kau ungkap.
tanpa perlu kau jawab. menjelma ia menjadi dirimu
yang kini di hadapanku.

Selatpanjang, 2023

Tamban Dabo

selain itu tak ada yang kau impikan. pada ikan tamban
melabuhkan segala kenangan. dagingnya lemak menjadi
idaman segenap mimpimu. sisiknya kemilau membangun
tidurmu.

selain itu, tak ka nada yang menjadi harap pada tamban
dabo segala lemak memuncak menjadi sebab. segala sebab
menanjak menjadi debar.

selain itu, harapku tak ada. hanya ingin kembali ke dabo
mengais-ngais sisa hidup itu.

Selatpanjang, 2023

Meneroka Rindu

pada apakah aku harus menujumu. selain gunung daik
bercabang it uterus merayu. ini tanah melayu menjadi
ibu sejak dulu. kau lahir dan tumbuh di sana disirami
airmata dan tumpah cahaya. aku hanya terpesona
dari lentik dan gemulaimu pada irama rentak zapinnya.

sepanjang apakah aku harus merindukanmu. selain kuala
daik yang kita arungi bersama. di sana akan kita
tancapkan harap. nun pada nisan-nisan tua, juga puing-
puing istana. mengeja kita untuk mendapat kembali
marwah yang telah jauh tenggelam.

Selatpanjang, 2023

Jarak

mencermatimu sungguh menjadi kumbang aku
dengan segera menuju mendekat. angin dan gerimis
hanya tanda dari sekian dari sekian goda agar jarak
terus menjauh. namun hati tidak seperti itu.

meski jarak membatasi kita, tak pun aku mampu
berkesan padamu. hanya debar ini tetap bertahan
memberi jalan walau lain di rasa, walau ingin terus
bergema.

Selatpanjang, 2023

Sampai Jumpa
: ikranagara

kembali kepada-nya menjadi jalan lain untuk
diungkap ke dalam puisi. semacam apakah
warna-warnamu di sana. daun-daun gugur
tanda dirimu yang dekat di kami.

mungkin tak ada kata-kata lagi selain sampai
jumpa yang kini menjelma puisi. untukmu
kami lepaskan pilu. airmata tumpah bermuara
kepada di sana.

Selatpanjang, 2023

Setangkup Waktu di Selatpanjang

aku tidak jadi pulang. kapal tidak berlabuh.
pada petang jatuh itu, kakiku lekat di cik lan.
menikmati prata dan kopi panas. lalu kisah-
kisah meluncur deras seperti tak ada yang
patut untuk diragukan.

setangkup waktu di selatpanjang menjadi
tanda untuk kita ucapkan. pada masa lain
yang tak menjadi duga, tak menjadi harap.
kau tetap ada walau aku pulang, kau tetap
di sini walau aku hilang.

Selatpanjang, 2023

—————————————————

Tentang Penulis :
Riki Utomi.
Kelahiran Pekanbaru 1984. Buku puisinya Amuk Selat (2020). Buku cerpennya Mata Empat (2013), Mata Kaca (2015), Sebuah Wajah di Roti Panggang (2017), Anak-Anak yang Berjalan Miring (2020). Kumpulan Esai Menuju ke Arus Sastra (2017), dan buku nonfiksi Belajar Sastra Itu Asyik (2020). Puisinya tersiar di Koran Tempo, Kompas, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Banjarmasin Pos, Serambi Indonesia, dll. Juga termaktub dalam antologi Banjarbaru’s Rainy Day Festival, Dari Negeri Poci 5, Puisi untuk Lombok, Jazirah Sastra, dll. Kini bekerja dan bermukim di Selatpanjang, Riau.

Rate this article!
Dermaga Telukbelitung,5 / 5 ( 1votes )
Tags: