Desain Transform Jadi Topik Hiasan Kepala

Melina Wiyono (kanan), Rafaella Pasca Hariyanto dan Vionita Sitanaya menunjukkan kreasi headdress dan headpiece ‘Transform’ yang mereka buat.

Tuang Isu Sosial hingga Mental Ilness lewat Aksesoris
Surabaya, Bhirawa
Desain Transform menjadi tema menarik dalam kreasi pembuatan Headdress dan Headpeace Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (FIK Ubaya). Ada enam kreasi yang dibuat Melina Wiyono, Vionita Sitanaya, dan Rafaella Pasca Hariyanto.
Uniknya, kreasi produk yang dibuat mahasiswa harus mempunya ciri khas dan pesan yang disampaikan kepada penggunanya sesuai dengan tema yang diusung. Salah satu diantaranya yang menarik adalah koleksi dari Melina Wiyono yang dinamakan Victorie de Fame.
Melina menjelaskan, koleksi miliknya terinspirasi dari kekeringan panjang yang terjadi di Ethiopia sekitar tahun 1980-an. Dampak yang terjadi akibat kekeringan membuat penduduk menjadi gagal panen hingga menderita kwashiorkor (busung lapar) pada anak kecil. Paduan warna yang diterapkan didominasi dengan warna coklat dan hitam.
“Karya ini juga menonjolkan tekstur berupa ranting serta biji pinus,” ujar dia.
Kendati begitu, pemasangan ranting menjadi tantangan tersendiri baginya saat pembuatan headdress. Sedangkan untuk pembuatan headpiece, dia harus sabar melilitkan kawat satu per satu sehingga menjadi bentuk ranting daun.
Sementara itu, Lunete koleksi karya milik Vionita Sitanaya, justru mengangkat soal Kanibalisme. Ide pembuatan koleksi berawal dari kesukaan mahasiswi kelahiran Ambon ini dalam menonton film horor. Melalui kegemarannya itu, tercetuslah ide untuk membuat suatu produk dengan nuansa yang gelap, serta kaku. Warna hitam dan merah menjadi pilihan alumnus SMAN 1 Ambon ini untuk memperkuat kesan horor dan ciri khas karyanya yang gelap.
“Mata kuliah ini mengajak kami berimajinasi dengan tema yang dipilih. Awalnya saya berpikir bagaimana jika manusia dimuka bumi ini menjadi kanibal, dan mereka harus survive atau bertahan hidup hingga akhir hayat mereka,” urainya.
Subtopik yang diusung Vionita tidak hanya berbicara pada konteks fisik. Tetapi juga ingin menyinggung soal konteks jiwa. Dimana kini manusia bisa saja memakan, serta mematikan jiwa seseorang. Hal ini berkitan dengan mental illness.
Sedangkann karya koleksi milik Rafaella Pasca Hariyanto. Dalam pembuatan headdress dan headpiece nya terinspirasi dari cara manusia bertahan hidup di cuaca ekstream. Khususnya musim dingin. Ia juga menonjolkan salju yang dengan menggunakan bulu – bulu lembut berwarna putih di setiap koleksinya.
“Saya menggunakan warna musim dingin seperti putih dan biru. Sebetulnya saya ingin menyampaikan pesan melalui karya ini, bahwa ada beberapa bunga yang dapat terus tumbuh dan bertahan hidup di cuaca dingin yang ekstrem. Jika bunga saja dapat tumbuh, pastinya kita sebagai manusia harus lebih mampu bertahan hidup dalam menghadapi situasi yang tersulit,” ucap Rafaella

Angkat Isu Ekologi, Beri Pesan ke Masyarakat
Sementara itu, Dosen Mata Kuliah Accessories Design Project, Viviany menuturkan kreasi ini dibuat untuk memenuhi hasil karya Ujian Tengah Semester (UTS) dari mahasiswa FIK Ubaya yang mengambil bidang Program Design Fashion and Product Lifestyle dan mengikuti mata kuliah Accessories Design Project. Tema TransForm sendiri dipilih karena memiliki pesan yang dalam bagi masyarakat.
“Kami ingin mengangkat isu ekologi karena melihat dunia yang semakin lama makin rapuh. Melalui karya produk mahasiswa, kami ingin menyampaikan pesan yang mengisyaratkan bahwa bumi sudah dekat dengan namanya apocalyptic atau kepunahan. Dari filosofis ini kami tuangkan dalam kreasi headdress serta headpiece yang dapat digunakan sebagai aksesoris penghias kepala atau rambut,” jelasnya.
Vivianya juga menambahkan, jika headdress merupakan hiasan kepala yang sifatnya lebih formal, berukuran lebih besar, dan ornamental sehingga dapat digunakan untuk acara seremonial atau kebutuhan panggung, contohnya millenery. Sedangkan headpiece sifatnya lebih informal. Secara ukuran, headpiece biasanya lebih kecil sehingga mudah digunakan untuk sehari-hari seperti jepit, bando, dan tusuk konde.
“Ini adalah produk pertama karya mahasiswa semester tiga yang mereka buat sendiri mulai dari konsep, desain, hingga produk jadi. Saya berharap mereka bisa lebih percaya diri untuk menghasilkan karya berikutnya yang lebih baik lagi,” tutup Viviany. [ina]

Tags: