Desak Jangan Jual Lahan Pertanian Kota Batu

Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko, saat berdialog dengan para Petani Desa Sumberejo dalam acara penyerahan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dan modal usaha tani.

Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko, saat berdialog dengan para Petani Desa Sumberejo dalam acara penyerahan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dan modal usaha tani.

Kota Batu, Bhirawa
Di sisa 1 tahun masa kepemimpinannya sebagai Walikota Batu, Eddy Rumpoko berjanji untuk melakukan percepatan pembangunan di bidang pertanian.
Salah satunya dengan menguatkan infrastruktur di desa-desa yang menjadi kawasan sentra pertanian. Namun Walikota juga menuntut adanya komitmen dari para petani untuk tidak menjual lahan pertaniannya ketika infrastruktur telah memadai.
Komitmen para petani ini diminta Walikota saat penyerahan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dan modal usaha kepada para petani di Desa Sumberejo, Kamis (20/10).
Walikota mengatakan bahwa Pemkot punya konsep untuk menguatkan infrastruktur kawasan pertanian dan membuat sistem untuk mempercepat dan mempermudah Petani Batu dalam penjualan hasil panen dengan harga yang memadai. Sistem ini nantinya akan difasilitasi dan dikelola oleh Pemkot.
“Tetapi ketika infrastruktur telah bagus biasanya berdampak dengan naiknya harga tanah. Dan saya minta agar Para Petani Batu berkomitmen untuk tidak menjual lahan pertaniannya,” pinta ER, panggilan akrab Eddy Rumpoko.
ER juga berkomitmen bahwa ke depan kekuatan Kota Batu selain di pariwisata juga tetap di bidang pertanian.
“Lebih baik Batu tetap macet, asalkan kawasan pertanian kita tetap terjaga dan anak-cucu kita bisa hidup dari hasil pertanian,” tegas ER.
Kekhawatiran Walikota ini bukan tanpa alasan. Karena dari sekitar 500 Kota/ Kabupaten di Indonesia yang menjadikan pertanian sebagai komoditi utamanya, harga tanah di Batu adalah yang paling mahal. Jika tidak diantisipasi sejak awal, maka akan banyak Petani Batu yang tergoda untuk menjual tanah pertaniannya dengan harga tinggi.
“Kita didatangi banyak tamu baik Nasional maupun Manca Negara, karena mereka ingin menikmati alam pertanian Batu. Ketika pertanian tidak ada lagi di Batu, saya yakin tidak akan ada lagi tamu yang mau datang ke Batu,”pesan Walikota kepada Petani Sumberejo.
Adapun untuk sistem penunjang pertanian, Pemkot telah menyiapkan program Smartcity. Dimana dengan program ini akan membantu penjualan hasil pertanian secara lebih luas dengan memanfaatkan internet. Harapannya, hasil panen petani ini bisa terjual denghan harga yang memadai. Hal ini juga bisa menghilangkan keberadaan para tengkulak yang biasanya hanya membeli hasil panen petani dengan harga murah.
ER memastikan pada Januari tahun depan program Smartcity ini sudah beroperasi. Ke depan petani sudah tidak perlu lagi memikirkan penjualan hasil panennya. Karena semuanya dibeli pemerintah dengan harga yang baik/ tinggi. “Dengan program ini kita menangkap pangsa pasar terlebih dahulu, untuk ikut menjualkan hasil pertanian petani,” jelas ER. Hal ini sekaligus untuk mengangkat status 2338 KK di Kota Batu yang masih dalam kategori miskin.
Ditambahkan Wakil Walikota Batu, Punjul Santoso, Pemkot juga akan mengoptimalkan produktifitas dalam tanaman dengan program Pertanian Organik. Dalam waktu dekat juga akan di launching penanaman padi organik di Desa Pendem.
“Program pertanian organik ini akan meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perekonomian petani. Ada 14 kawasan organik di Kota Batu, dan salah satunya di Desa Sumberejo,”ujar Punjul.
Dalam acara kemarin, beberapa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kecamatan Batu menerima bantuan pertanian dari Pemkot. Di antaranya, bibit dan pakan lele dan nila, rumah pengolahan pakan ternak, kandang domba, dan alat mesin pertanian. [nas]

Tags: