Desak Naikkan Harga Tebu, APTR Demo PG Asembagus Kabupaten Situbondo

Pengurus APTR Cabang Asembagus Kabupaten Situbondo saat melakukan aksi demo di halaman Pabrik Gula Asembagus, Rabu (3/8). [Sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Sedikitnya ratusan petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Republik Indonesia (APTR-RI) Cabang Asembagus, Kabupaten Situbondo menggelar aksi demo di halaman Balai Pertemuan (BP) PG Asembagus Rabu (3/8). Agar aksi demo berjalan lancar sejak pagi hari, sejumlah aparat kepolisian melakukan penjagaan ketat di lokasi.

Koordinator Lapangan (Korlap) aksi demo H Samsul Arifin memaparkan, ada dua tuntunan para petani kepada pihak PG Asembagus. Yang pertama, ujar Samsul Arifin, pihaknya meminta kenaikan harga tebu dan kedua meminta agar pembayaran keuangan dilakukan dengan semestinya sehingga lancar. “Itu dua tuntutan kami yang tadi sudah di sampaikan,” ujar Samsul Arifin.

Masih kata Samsul Arifin, selama ini pihak PG Asembagus membeli harga tebu petani sebesar Rp 64 ribu per-kwintal. Oleh karena itu, teriak H Samsul Arifin, pihaknya menuntut dinaikkan menjadi Rp 70 ribu per-kwintal. “Tadi setelah audensi, pihak General Manager (GM) PG Asembagus hanya menyanggupi kenaikan harga Rp 1000 saja. Jadi harga jual tebu ke PG naik menjadi Rp 65 ribu per-kwintalnya,” ungkap Samsul Arifin.

Samsul Arifin menmbahkan, untuk pembayaran selama ini dilakukan sekitar 3 minggu setelah pengiriman tebu ke PG Asembagus. Itu dilakukan pihak PG ASembagus, lanjutnya, setelah ada desakan dari pihak APTR. Lebih lanjut Samsul Arif menegaskan, pihaknya akan meneruskan dua tuntutan petani tebu ke Bupati Situbondo, Gubernur Jatim hingga Kementerian BUMN. “Kami akan terus memperjuangkan tuntutan ini ke jajaran DPRD Provinsi dan DPR RI,” imbuh Samsul Arifin.

Dia mengaskan, PG Asembagus kini sudah direvitalisasi, seharusnya bisa meningkatkan kesejahteraan para petani tebu yang ada di Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. “Ya padahal itu anggarannya sangat besar sekitar Rp700 miliar. Ternyata saat di bandingkan dengan kinerja PG Panji yang tidak direvitalisasi hasilnya sama saja. Tebu milik petani dibeli sebesar Rp 64 ribu per-kwintalnya,” pungkas Samsul Arifin.

Sementara itu, Pelaksana Tugas General Manajer PG Assembagoes, Sugondo menyatakan belum bisa memaksimalkan kapasitas giling 6.000 ton per hari sesuai dengan yang direncanakan. Ini karena, imbuh dia, Pabrik Gula Assembagoes saat ini masih dalam proses penyelesaian proyek. “Jadi belum bisa maksimal dan masih sampai saat ini hanya produksi 4.000 ton tebu per hari,” ucapnya.

Menurut Sugondo, manajemen PG Assembagoes belum bisa memenuhi aspirasi petani yang menuntut kenaikan harga tebu menjadi Rp 70.000 per kwintal dari harga tebu saat ini Rp 64.0000 per kwintal. “Kami hanya mampu menaikkan Rp 1.000 per kwintal. Ini karena terjadi penurunan rendemen dan kondisi pasar cukup berat. Untuk itu kami mohon maaf, tidak bisa menaikkan hingga Rp 70.000 per kwintal. Kami hanya bisa menaikkan Rp 500 hingga Rp 1.000 per kwintal. Jadi, Rp 65 ribu, itu tawaran dari kami,” ujarnya.

Sugondo juga berjanji sistem pembayaran tebu akan bisa berjalan lancar, tidak terlambat seperti sekarang ini. Komitmen ini di dukung dengan cara berkirim surat kepada Direktur PTPN XI agar PG Assembagoes mendapatkan perhatian khusus terkait SPT. “Kami langsung membuat surat khusus ke direksi. Harapannya agar PG Assembagoes mendapatkan perhatian khusus terkait kelancaran pembayaran tebu,” pungkas Sugondo.[awi.ca]

Tags: