Desak Programkan Insentif Guru Terpencil

Ratusan GGD yang ditempatkan mengajar di Situbondo mendapatkan pengarahan dari pejabat Kemendikbud RI di lantai 2 Pemkab Situbondo belum lama ini.

Imbas Kemendikbud Alihkan Dana ke Program GGD
Situbondo, Bhirawa
Ada perkembangan terbaru dari pelaksanaan program kegiatan guru garis depan (GGD) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI di Kabupaten Situbondo. Bahkan program GGD ini menuai sorotan miring di Kota Santri Situbondo karena mengambil alih peran dana insentif guru terpencil sejak dua tahun terakhir ini.
Seperti diakui salah satu guru bernama Widayati (52) pendidik asal SDN Sumberwaru I Filial Merak, Dusun Merak, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, baru baru ini. Wanita paruh baya ini harus berlapang dada saat mengetahui insentif haknya untuk guru terpencil tidak lagi diterimanya dari pemerintah pusat.
Menurut Widayati, sejak awal 2017 sampai sekarang, ia bersama guru lainnya yang mengajar di SDN Sumberwaru Filial Merak belum menerima insentif guru terpencil. Padahal, akunya, sejak 2014 sampai 2016 insentif guru terpencil rutin ia terima setiap bulan. Kata Widayati, ia bersama kedua temannya yang juga merupakan guru di sekolah yang sama tetap berharap, haknya berupa insentif guru terpencil bisa diterima kembali. “Kedua kolega saya bernama Ahmad Fudaili Ramli (38) dan Habib Mustafa (45). Mereka yang merintis SDN Merak pada 2007 silam,” ungkap Widayati.
Masih kata Widayati, SDN Sumberwaru I Filial Merak yang berada di wilayah kawasan Hutan Taman Nasional Baluran sangat jauh dari perkotaan karena harus ditempuh dari SDN Sumberwaru I dan membutuhkan waktu sekitar satu jam dengan jarak tempuh 25 km untuk sampai lokasi di sekolah tersebut. “Kalau dari Kota Situbondo berjarak sekitar 50 km,” ujar Widayati. Bahkan akses ke sekolah tersebut, papar Widayati, tidak ada kendaraan roda empat yang bisa menuju kesana, karena akses jalan hanya bisa ditempuh melalui jalan setapak dengan melewati tengah hutan belantara. Saat musim penghujan tiba, sambungnya, jalur darat tidak bisa dilalui dan harus menempuh jalur laut. Itupun jika tidak ada badai yang menimpa warga. “Kalau sudah musim penghujan, masyarakat Merak tak bisa keluar hutan. Seringkali kita kehabisan bahan sembako, jadi hanya makan seadanya,” tutur guru kelas II ini.
Sementara itu, Sekertaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendikbud) Kabupaten Situbondo, Moh. Hasyim mengaku kecewa kepada pemerintah pusat karena tidak lagi mengalokasikan insentif guru terpencil sejak 2017 silam. Padahal, aku Moh Hasyim, mereka layak menerima insentif tersebut, karena lokasi tempat mereka mengajar berada di daerah terpencil. “Aksesnya memang sangat sulit karena jalan dan jarak tempuh ke kota sekitar 50 km,” kupas Ketua PGRI Situbondo itu.
Hasyim berharap, pemerintah pusat kembali mengalokasikan insentif guru terpencil, sesuai dengan yang dipetakan oleh Pemkab Situbondo. Hasim menegaskan, pemetaan tersebut harus didasarkan kepada tingkat kesulitan akses jalan, jarak tempuh dari pusat keramaian serta akses kendaraan yang sewaktu-waktu tidak bisa digunakan karena terkendala iklim atau cuaca setempat. “Kami memiliki beberapa sekolah yang berada di daerah terpencil. Mulai dari jenjang SD sampai menengah atas. Saya tidak hafal satu persatu nama sekolahnya, namun sekolah terpencil yang dimaksud tersebar di 10 Kecamatan se-Situbondo,” kupasnya.
Ditambahan Hasyim, tahun 2018 ini alokasi insentif bagi guru di daerah terpencil kembali muncul namun tidak diperuntukkan bagi guru di daerah terpencil. Sebaliknya tandas Hasyim lagi, justeru diperuntukkan hanya bagi Guru Garis Depan. “Saat ini ada sekitar 200 GGD di Situbondo. Saya heran kenapa justru mereka yang mendapatkan insentif guru terpencil. Padahal GGD ini ada yang ditempatkan di daerah perkotaan, bukan di daerah terpencil,” pungkas Hasyim. [awi]

Tags: