Detik-Detik Terakhir Desta dan Farid Sebarkan Virus Literasi

Siswa SDN Bubutan IV Surabaya Desta anggreyni kelas VI-a (kiri) dan Moch farid firmansyah kelas VI-d (kanan) memegang papan bertuliskan lirik lagu Hari Merdeka (17 Agustus 1945). Mereka berdua sengaja menulis lirik lagu tersebut untuk terus meningkatkan kunjungan di perpustakaan di sekolahnya, Senin (21/8/2017). Gegeh Bagus Setiadi

(Membangun Peradaban Baru dari Oral ke Literal).

“Sungguh miskin seorang manusia yang tidak mempunyai cita-cita, atau suatu bangsa yang tidak mempunyai cita-cita”, kutipan Bung Karno ini menancap dalam di benak Desta anggreyni dan Moch farid firmansyah. Meski usia tergolong dini, ia menjadi kebanggaan sekolah dan keluarganya. Seorang anak dari keluarga pas-pasan ini sama-sama memiliki cita-cita mulia demi mencerdaskan dan mengharumkan nama bangsa.

Gegeh Bagus Setiadi, Wartawan Harian Bhirawa.

Tepat pukul 06.00 WIB, dengan mengenakan seragam atasan putih dan bawahan merah, Desta dan Farid bergegas menuju sekolah yang beralamat di Jalan Semarang 90. Selama perjalanan menuju sekolah, lapak – lapak buku baik bekas dan baru menjadi pemandangan yang rutin menyapanya. Ya, di jalan inilah orang Surabaya menyebutnya ‘Surga Pengetahuan’.
Sejak duduk di bangku kelas I SDN Bubutan IV, Desta dan Farid selalu berpapasan dengan hiruk-pikuk para kutu buku dalam mencari buku bacaannya. Lokasi sekolahnya pun berada di depan persis Kampoeng Ilmu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Kota Pahlawan.
Senin (21/8) lalu mereka berdua tetap menjalani aktifitas laiknya siswa lainnya. Dulu Desta dan Farid tidak saling kenal apalagi bertegur sapa. Namun kini, kedua anak itu telah menjadi sahabat ketika terpilih menjadi Duta Literasi sejak tahun lalu waktu kelas V. Tidak kenalnya turunan Adam dan Hawa ini dikarenakan Farid sekolah di SDN Bubutan VI dan Desta di SDN Bubutan IV. Dan sekarang telah dijadikan satu menjadi SDN Bubutan IV dimana Farid kelas VI-d dan Desta kelas VI-a.
Hubungan emosional aset bangsa ini kian intens disaat tanggung jawabnya dalam mengajak teman-temannya agar gemar membaca dan menulis. Semangat Desta dan Farid semakin membara ketika sekolahnya menjuarai perpustakaan tingkat Nasional. Ajakan demi ajakan untuk menggerakkan seluruh temannya mengunjungi perpustakaannya yang telah dinobatkan perpustakaan terbaik di Kota Surabaya ini.
“Selama setahun lebih ini kami selalu kompak mengkampanyekan cinta buku,” kata Desta dan Farid ketika ditemui Bhirawa di ruang perpustakaan SDN Bubutan IV saat jam istirahat.
Terpilihnya menjadi Duta Literasi ini tidaklah mudah. Membutuhkan keterampilan dalam berkampanye, bercerita, mendongeng, dan menulis. Namun, seleksi itu dibabat habis oleh Desta dan Farid hingga menyisihkan teman lainnya. Bahkan, awal terpilih menjadi Duta Literasi dirinya selalu dihinggapi rasa gugup. Rasa tidak percaya diri untuk berliterasi menjadi kendala.
“Sampai-sampai diajari ayah saya agar berani berhadapan dengan banyak orang. Saya disuruh berbicara sendiri di depan kaca (cermin) waktu itu. Dan menganggap ada banyak orang di kaca itu,” kata Farid yang bercita-cita ingin menjadi pemain Sepak Bola ini.
Anak kelahiran Surabaya 29 agustus 2005 silam itu kini semakin berani dalam membangun peradaban baru dari oral ke literal. Suka duka telah ia lalui bersama Desta. Saking semangatnya, Farid nyeletuk bahwa sering menjadikan siswa kelas I menangis. “Anak kelas 1 itu sering saya buat nangis. Dia tidak bisa menjawab kesimpulan dari buku yang telah dibacanya. Mungkin saking semangatnya ya sampai adik-adik nangis” kata Farid sembari mengerutkan dahi.
Farid yang tinggal di Tembok Lor Gg III no 27 juga mengimplementasikan ilmunya di lingkup rumahnya. Usai bermain dengan adiknya, Ia selalu mengajari cara membaca dengan baik dan benar. “Adik saya juga saya ajari cara membaca. Kebetulan adik sudah kelas TK B, jadi ya sekalian,” terang Anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Begitu juga dengan Desta. Anak pertama dari tiga bersaudara ini menjadikan kesehariannya berinteraksi kepada lingkungan sekitar dalam berkampanye mencintai buku. Menurut dia, kalau sudah menemukan rasa cinta kepada buku akan lebih mudah dalam menggerakkan teman-temannya.
“Kalau sudah gemar membaca buku tidak boleh sombong. Harus selalu rendah hati ketika memiliki buku baru. Jangan sekali-kali memamerkan apa yang sudah dimiliki,” pesan perempuan berkacamata ini.
Perempuan kelahiran 17 Desember 2004 silam ini awalnya mengaku malas membaca buku lantaran belum tahu pentingnya sebuah buku. Setelah didapuk menjadi Duta Literasi melalui proses seleksi menjadikan dirinya semakin gemar membaca. Bahkan, orang tua Desta kerap membelikan buku cerita rakyat dan sains yang disukainya.
“Nah, sekarang ini malah 3 buku saya habiskan (baca, red) dalam sehari,” ujar Desta yang tinggal di Margorukun Gg Lebar no 8.
Di tengah akan berakhirnya Desta dan Farid sebagai Duta Literasi ini ada keinginan yang belum diwujudkan bersama. Menjelang masa purna tugasnya, ia bakal menjadikan kantin dengan dipenuhi buku. Keinginan dia sangat perlu dilakukan lantaran kondisi perpustakaan yang sudah mulai sesak dipenuhi siswa-siswi saat jam istirahat sekolah.
“Sampai sekarang keinginan sama Farid itu menjadikan kantin sekolah dipenuhi buku. Jadi kan enak habis makan bisa baca buku. Ini yang sampai sekarang belum terlaksana menjelang detik-detik berakhirnya kami menjadi Duta Literasi,” ujar Desta yang bercita-cita ingin menjadi seorang guru.
Kegigihan Desta dan Farid dalam menyebarkan virus cinta buku juga diakui pihak sekolahnya. Petugas Perpustakaan Kota Surabaya Harris Rizki misalnya. Menurut dia, Desta dan Farid salah satu anak-anak pilihan di SDN Bubutan IV. Mereka berdua tidak mungkin bisa menjadi Duta Literasi kalau tidak memiliki prestasi yang istimewa mengingat  proses seleksinya dinilai sangat sulit.
“Ada beberapa kriteria yang harus ditempuh. Mereka harus bisa bahasa Inggris, berwawasan luas, bisa berkomunikasi, berdebat, dan juga bisa presentasi. Ditambah lagi mempromosikan ke teman-temannya pentingnya membaca. Ini benar-benar sangat sulit bagi anak seusianya,” ungkapnya.
Harris yang juga sebagai pendongeng anak ini melihat keseharian Desta dan Farid dihabiskan waktunya untuk membaca. Bahkan sebelum masuk jam istirahat dan sepulang sekolah sering mendatangi perpustakaan dan sudut baca kelas.
“Dia berdua memang sering membaca bahkan sebelum masuk istirahat. Hingga pulang pun mereka sempatkan untuk membaca buku,” tuturnya.
Menurut dia, sejak tahun 2014 silam SDN Bubutan IV turut mendukung pencanangan Kota Surabaya sebagai Kota Literasi. Hal itu dibuktikan dengan adanya program wajib baca di perpustakaan satu jam tiap minggunya. Selain itu, program sudut baca kelas menjadi program harian di seluruh kelas.
“Jadi semua warga sekolah diwajibkan untuk membaca buku 10 menit sebelum dimulainya pelajaran,” pungkas Harris. Bahkan Desta dan Haris sudah mulai menitipkan pesan kepada seluruh siswa-siswi SDN Bubutan IV untuk terus membaca buku. Termasuk juga kepada generasi penerusnya sebagai Duta Literasi penggantinya. Ia berkeinginan untuk terus menyebarkan virus cinta buku kepada semua banyak orang. Sebab, keberanian dan wawasan yang telah dimilikinya menjadikan modal dalam menggerakkan literasi.
“Kami berpesan kepada semua teman-teman kalau nanti diajak Duta Literasi jangan bandel. Suatu saat loh pasti akan merasakan manfaatnya. Buktinya saya mendapatkan penghargaan dari Bu Wali (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, red). Dan saat ini yang ingin menjadi Duta Literasi sudah cukup banyak,” pesan dia yang akan selesai menyandang Duta Literasi dalam waktu dekat ini.
Desta dan Farid adalah salah satu dari sekian sosok anak-anak di Kota Surabaya yang gigih dalam menyebarkan virus literasi. Namun, apakah kegigihan dan perjuangan Desta dan Farid ini mampu membawa transformasi dan perubahan di Kota Surabaya bahkan Tanah Air Indonesia? Mampukah cita-cita Desta menjadi seorang guru yang dinilai sebagai pekerjaan mulia, dan Farid yang ingin menjadi pemain sepak bola Nasional karena kemacoan dan penuh risiko bisa terwujud? Mereka berdua sama-sama ingin mencerdaskan dan mengharumkan bangsa dengan caranya masing-masing.

                                                                                                       ———— *** ————–

Tags: