Devi, Disabilitas Tuna Daksa yang Piawai Membatik

Sekretaris Disnaker Kabupaten Situbondo Ali Munir bersama Kabid Penta Lina Yuriana Soeherman saat melihat Devi, seorang disabilitas membatik tulis di pusat produksi Batik Maulana Situbondo. [Sawawi]

Dikenal Rajin Mengikuti Pelatihan, Konsisten Kembangkan Produksi Batik Tulis
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Sudah cukup lama Situbondo dikenal sebagai salah satu daerah sentra penghasil batik tulis di Jatim. Meski sempat di hantam pandemi Covid-19, sejumlah pembatik andalan tetap eksis, meski orderan menurun drastis. Salah satunya adalah Devi, pembatik dari kaum disabilitas.
Pagi itu, Devi, tampil seorang diri dari kalangan disabilitas, pada kegiatan pelatihan batik tulis, di sentra Batik Maulana, Jalan Sucipto, Kelurahan Dawuhan, Kecamatan Kota Situbondo. Devi, tercatat sebagai salah satu kaum disabilitas (tuna daksa) yang memiliki kehandalan dan konsistensi dalam memajukan batik tulis khas Situbondo.
Devi mengaku, k edepan ia terus berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas pembuatan atau produksi batik tulis di Kabupaten Situbondo. Caranya, ujar Devi, terus mengasah ilmu tentang membatik, seperti kegiatan yang diadakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Situbondo, juga ia ikuti.
“Ya ini (pelatihan membatik) saya ikuti agar ilmu tentang membatik semakin maju. Saya optimis, dengan banyak menimba ilmu, akan semakin meningkat cara berwirausaha di sektor ini,” jelas Devi, yang mengaku membuka usaha batik di Desa Talkandang Kecamatan Kota Situbondo itu.
Bagi Devi, pemerintah daerah melalui Dinas Ketengakerjaan Kabupaten Situbondo sudah cukup maksimal dalam memberdayakan kaum disabilitas disektor usaha produksi batik. Selain banyak menawarkan kerjasama, Dinas Ketenagakerjaan juga sering memberikan pelatihan corak batik desain terbaru.
“Tapi khusus batik tulis khas Situbondo ini sudah cukup dikenal di lokal maupun regional. Kini kami juga mengincar pangsa pasar mancanegara, seperti digagas Kabid Penempatan Tenaga Kerja, Lina Yuriana Soeroso, baru baru ini,” beber Devi.
Sementara itu, Lina Yuriana menimpali untuk mewujudkan peningkatan ekonomi pembatik lokal Situbondo, jajaran Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Situbondo mengadakan beberapa kali kegiatan pelatihan membatik. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pembatik yang ada di Situbondo. “Kegiatan pelatihan membatik juga mendapat dukungan dari Kadis Didik Sulsitiyono dan Sekretaris Dinas Ketenagkerjaan Ali Munir,” aku Yurin.
Menurut Lina Yuriana Soeherman, guna untuk meningkatkan kapasitas pertumbuhan batik, pihaknya mengadakan pelatihan membuat batik tulis canting dengan menggunakan bahan pewarna alam di pusat Batik Maulana Situbondo.
Yurin-panggilan akrab Lina Yuriana Soeherman, mengaku Batik Maulana sudah cukup lama dikenal sebagai pusat pengrajin batik yang konsisten dengan aneka motif dan corak yang menarik. “Ya sudah banyak yang diperkenalkan sehingga masyarakat Situbondo antusias datang ke pusat Batik Maulana,” katanya.
Yurin kembali menimpali, sasaran akhir dari kegiatan pelatihan batik agar para perajin batik mampu memperkenalkan produk batik terbaru khas Kabupaten Situbondo kepada pangsa pasar nasional dan dunia. Ini karena, ujar Yurin, pihaknya tidak hanya menyasar konsumen yang ada di dalam kota, namun bisa memasarkan sampai ke mancanegara. “Ya sampai saat ini di Situbondo sudah ada 30 pengrajin lokal yang sudah menjalin kerja-sama dengan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Situbondo,” jelas Yurin.
Yurin mengakui selama dua tahun terakhir ketika ada pandemi Covid-19 produksi batik di Situbondo sempat vakum dan jumlah produksinya minim. “Makanya kami merangkul pengrajin batik untuk bisa berkreasi kembali membuat batik khas Situbondo. Salah satu caranya kami mengadakan kegiatan pelatihan membatik di pusat Batik Maulana Situbondo ini,” ulasnya.
Yurin menuturkan, dalam pelatihan tersebut pihaknya memanfaatkan kertas bekas untuk digunakan sebagai alat cap batik serta memanfaatkan sisa malam dengan cara memproduksi menjadi bahan canting batik. Selanjutnya, imbuh dia, mengolah kain batik yang rusak dengan teknik tertentu sehingga bisa terjual dengan nilai yang lebih tinggi. “Kami juga melibatkan peserta pelatihan membatik dari kalangan disabilitas (tuna daksa). Ini agar tidak muncul diskriminasi dikalangan pembatik Situbondo,” pungkasnya.
Disisi lain, Yanik pemilik sentra Batik Maulana Situbondo menjelaskan, saat ini ada lima motif batik yang dikembangkan dalam pelatihan yang di ikuti 10 peserta, termasuk dari kalangan disabilitas. Mereka, kata Yanik, punya usaha batik sendiri dan mengikuti pelatihan dalam rangka untuk meraih status tingkat lanjutan.
Dalam pelatihan kemarin, kata Yanik, peserta diajari pembuatan batik dengan bahan pewarna alam. “Ya dalam pembuatan batik jenis ini memang membutuhkan proses yang panjang. Karena dalam pembuatannya banyak tahapan yang harus dilalui,” ujar Yanik.
Yanik juga berharap, kedepan kalangan pengrajin batik lokal Situbondo agar mendapatkan perhatian serius dari pemerintah serta selalu dilibatkan dalam usaha membatik sehingga bisa cepat tumbuh dengan pesat. Yanik mencontohkan, jika ada OPD Situbondo yang membutuhkan seragam batik, bisa langsung order ke pusat batik Maulana Situbondo.
“Ya kami sangat siap menyuplai kebutuhan batik untuk kalangan OPD. Dampaknya ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kalangan UMKM, terutama di sektor pengrajin batik di Kabupaten Situbondo,” pungkasnya. [Sawawi]

Tags: