Dewan Anggap Tak Serius Garap Pendidikan Lokal

Sejumlah pengunjukrasa yang tergabung dalam Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Sulsel, berunjukrasa di depan kantor Gubernur Sulsel, Kamis (4/6)DPRD Jatim, Bhirawa
Keingginan Pemprov Jatim menata program pendidikan dengan berbasis muatan lokal, dinilai Komisi E DPRD Jawa Timur tak serius. Kondisi ini, terlihat dari penataan dunia pendidikan di Jawa Timur dengan mengedepannkan muatan lokal hanya sebatas life service saja. Buktinya, muatan lokal yang digarap hanya sebatas pada kemampuan bahasa. Bukan, melihat dari kekuatan potensi lokal dari masing-masing daerah. Apalagi,  Jawa Timur mulai terlihat keteteran menghadapi ketatnya persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di awal tahun 2016 mendatang.
Anggota Komisi E DPRD Jatim, M Eksan mengakui jika  pendidikan muatan lokal hanya kulitnya saja. Buktinya, disetiap kabupaten/kota di Jawa Timur tidak memperkuat pendidikan berbasis potensi lokal di masing-masing daerah. Sebaliknya, yang ditekankan hanya pada potensi bahasa daerah saja. Lebih dari itu tidak ada sama sekali.
“Seharusnya pemerintah daerah lebih mengedepankan kebutuhan pendidikan sesuai oreientasi potensi masing-masing daerah. Seperti didaerah yang mempunyai potensi pertanian , agrikultur  harusnya pendidikan disekolah dikosentrasikan pada masalah yang ada. Bukannya hanya mendorong persoalan bahsa daerah. Sehingga, hasil yang didapat tidak sesuai harapan,”politisi asal Partai Nasdem ini.
Mengendai keingginan eksekutif, agar mengedepankan pendidikan local diatur dalam peraturan daerah (Perda), menurut mantan aktivis HMI
Jember ini, terlalu jauh. Sebab, kebutuhan mengawal pendidikan bermuatan lokal harus didukung lebih serius.
“Masak, selama ini kekuatan APBD Jatim tidak lebih dari Rp 300 miliar untuk kebutuhan pendidikan. Kok sekarang malah mendorong perda pendidikan berbasis muatan lokal. Kalau serius ya anggaran pendidikan harus mencapai 20 persen dari kekuatan APBD,” tegas M Eksan.
Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Suli Da’I’m. Menurutnya, kondisi pendidikan yang ada saat ini menuntut instansi terkait untuk lebih kreatif. Apalagi menghadapi MEA, dimana tidak ada lagi sekat bagi negara lain untuk mengenal sistem pendidikannya. Karenanya, kalau Jatim tidak kreatif dan hanya mengandalkan bahasa daerah untuk diangkat, dipastikan akan kalah bersaing. “Benar apa yang dikatakan Pak Eksan, jika dibutuhkan bagi dunia pendidikan untuk mengangkat potensi daerah untuk diajarkan ke siswa. Dengan begitu ketika mereka lulus, maka dipastikan dapat masuk lapangan kerja karena mereka sudah mendapat keahlian untuk mengelola potensi yang ada,”tegas politisi asal PAN ini. [Cty]

Tags: