Dewan Desak RSUD Dilengkapi NICU

Kab Mojokerto, Bhirawa
DPRD Kab Mojokerto mendesak agar dua RSUD yang dimiliki Pemkab Mojokerto dilengkapi dengan neonatal intensive care unit (NICU). Munculnya desakan ini sebagai antisipasi tingginya angka kematian bayi yang selama ini masih cukup tinggi.
”Kami sudah banyak menerima pengaduan yang masuk terkait belum adanya NICU di dua RSUD kita sehingga turut menyebabkan tingginya angka kematian bayi. Kami berharap RSUD memprioritaskan penyediaan NICU itu agar kematian bayi bisa ditekan,” ujar  Aini Zuhroh, Sekretaris Komisi D yang membidangi kesehatan, Kamis (13/3) kemarin.
Data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan hingga bulan Februari kemarin, setidaknya masih ada kasus terkait kematian bayi. Penyebabnya hampir sama yakni ada pasien miskin pengguna Surat Pernyataan Miskin (SPM) yang melahirkan bayi dengan bobot lahir bayi rendah (BBLR) dan asfiksia (gangguan pernafasan) sehingga butuh dirawat di NICU.
Sebab yang mempunyai NICU hanya RSU Kota Mojokerto, maka mereka dirawat di RSU itu. Tapi karena SPM Kab Mojokerto tak bisa digunakan di RS itu, maka pasien memilih mengalihkan perawatan bayinya ke RSUD milik Kab Mojokerto agar tak dikenakan biaya. Tapi ternyata, keempat bayi itu akhirnya justru meninggal dunia karena tak adanya NICU di dua RSUD Kab Mojokerto.
Tiga tahun terakhir, kematian bayi yang baru lahir di Kab Mojokerto sangat tinggi. Sepanjang 2011 total ada 201 bayi yang mati, sedangkan pada 2012, ada 178 bayi lahir mati. Lalu pada 2013, ada 132 bayi yang mati.
Penyebab utama kematiannya yakni karena BBLR dan asfiksia yang dalam perawatannya sangat membutuhkan keberadaan NICU. Sepanjang 2013, ada 41 bayi yang mati karena BBLR. Serta 17 bati mati karena asfiksia.
Dikonfirmasi terkait hal itu, dua direktur RSUD yang ada menyangkal belum memiliki NICU. ”Sejak ada ponek, kita sudah memiliki NICU. Hanya saja memang belum selengkap di RS besar,” kata dr Sujatmiko, Direktur RSUD dr Soekandar.
Terkait kematian bayi, penyebab utamanya menurutnya bukan karena minimnya fasilitas di rumah sakit. ”Penyebab kematian bayi terbanyak justru karena kondisinya saat datang sudah sangat parah sehingga sulit tertolong,” urainya.
Sebab seringkali, bayi dirujuk ke RS-nya ketika RS lainnya sudah tidak sanggup menolong. Hal yang sama dikatakan dr Suyatmi, Direktur RS RA Basuni Gedeg. ”Di RS kami sebenarnya juga sudah ada NICU. Tapi memang fasilitasnya terbatas. Karena RS kami memang baru kelas C,” urainya. Meski begitu, kedua direktur menyatakan tekadnya untuk terus meningkatkan pelayanan guna menekan angka kematian bayi. [kar]

Data Bayi Meninggal di Kab Mojokerto

Tahun                 Jumlah

2011                     201

2012                    178

2013                    132

Rate this article!
Tags: