Dewan Dukung KTM Perbaiki Pengolahan Limbah

Surabaya, bhirawa
Dalam pelaksanaan jaringan aspirasi masyarakat,  di daerah pemilihan (Dapil) X Gresik-Lamongan, Chusnul Aqib menerima keluhan warga terkait bau dari pabrik gula Kebun Tebu Mas (KTM). Ia pun meminta pada KTM untuk memperbaiki sistem pengolahan limbahnya.
“Kami masyarakat Lamongan setuju dan senang dengan adanya pabrik tersebut (KTM). Asalkan untuk pengolahan limbahnya diatur lebih bagus lagi agar tidak terimbas kepada masyarakat lagi,” kata anggota DPRD Jatim dari Fraksi PAN ini, Rabu malam (5/4).
Dilanjutkan, masyarakat juga mengeluhkan jalan alternatif Lamongan-Babat yang rusak dan bergelombang. “Saya minta Dinas PU Bina Marga Provinsi Jatim segera membenahi jalur tersebut, pasalnya jalan Lamongan-Babat-Jombang merupakan jalur bisnis seperti ada pabrik gula KTM, dan pabrik semen,” kata Aqib.
Pihaknya menilai kondisi jalan alternatif di Lamongan-Babat-Jombang yang baik hanya berada sekitar 1 hingga 2 Kilometer saja,  sementara untuk kondisi yang rusak memprihatinkan yaitu sekitar 7 Kilometer, mulai arah Ngimbang ke selatan. Perbaikan jalan ini nanti juga harus dibarengi pembangunan irigasi agar air tidak menggenang di jalan.
Sementara itu, pihak pabrik gula Kebun Tebu Mas (KTM) mengakui memang bau itu memang ada. Meski demikian bau tersebut masih di ambang batas kewajaran, sepertinya hal di pabrik-pabrik lain.
“Kami tdak menampik memang pabriknya mengeluarkan bau. Namun bau tersebut tingkatnya masih sangat rendah. Seberapa tingkat baunya, kami tidak perlu klarifikasi karena jika mau datang ke sini (pabrik) akan tahu,” kata Quality Assurance/Quality Control PT KTM Herman Faturahman saat dihubungi.
Ia menjelaskan, masalah bau ini  berawal dari musibah letupan tangki tetes yang terjadi akibat reaksi maillard pada 26 Agustus 2016 dan robohnya bak equalisasi pada 24 Oktober 2016. “Nah, karena itu ada volume yang harus ditampung di kolam, karena IPAL kita terbatas,” ungkap Herman.
Perlu diketahui, reaksi maillard adalah reaksi pencoklatan non-enzimatis yang terjadi karena adanya reaksi antara gula pereduksi dengan gugus amin bebas dari asam amino atau protein.
Lebih lanjut, Herman menerangkan, setelah kedua insiden itu terjadi, pihak PT KTM sudah melakukan langkah-langkah penanganan sesuai prosedur. Namun demikian tidak serta merta cairannya bisa dikembalikan ke tangki.
“Saat itu terjadi stuck sehingga timbul lah bau. Tapi kita tidak tinggal diam. Upaya yang kita lakukan diantaranya melakukan install aerator dan meningkatkan PH dengan cara menambah kapur dan soda yang di-inject-kan. Juga ditambahkan mikrobia untuk penghilang bau. Semua sudah kita lakukan,” papar dia.
Ditambahkan, sejak pabrik berdiri sudah dilengkapi IPAL. Tapi molasses tetes tebu yang tumpah dan ditampung itu kadar COD-nya tinggi sehingga tidak bisa paksa diolah langsung. “Beban limpahan tetes sangat besar. Diolah sedikit-sedikir. IPAL kita didesain terbatas, karena ada tambahan tumpahan, bebannya jadi tinggi. Tidak bisa langsung diolah semua,” tandasnya.
Herman mengungkapkan, saat terjadi ledakan volumenya 70%. Ini berarti tidak ada kelebihan. Sehingga ledakan tersebut terjadi murni karena reaksi maillard. “Bertemunya asam amino dari rentetan kandungan tebu, glukosa sehingga jadi trigger temperatur mencapai 140 derajat. Lalu meledak,” tegasnya.
Peristiwa maillard ini sering terjadi di pabrik lain dan hal tersebut memang biasa dalam sebuah proses kimia. Tapi KTM tidak tingal diam. Malah meningkatkan pengawasan monitoring lebih ketat pada temperatur. [Cty]

Tags: