Dewan JatimDesakPemprov Dampingi Petani Tebu

Petani TebuDPRD Jatim, Bhirawa
Kebijakan pemerintah pusat untuk mengimpor gula krital putih sebanyak 200 ton pada bulan ini mendapat reaksi dari legislative Jawa Timur. Kalangan Dewan meminta Pemprov Jatim menolak masuknya gula impor tersebut karena dikhawatirkan hal itu akan membuat harga gula lokal hancur, bahkan tak tak dilirik pedagang. Imbasnya petani tebu pasti merugi.
“Posisi dewan berpihak pada petani, makanya kami tolak gula impor masuk Jawa Timur. Tapi petani tebu di Jatim juga harus mampu bersaing dengan kualitas tebu impor. Paling tidak bisa mencapai rendemen 8 persen sesuai perda rendemen tebu yang sudah diberlakukan di Jatim,”beber politisi PKB  Chusaenudin , Senin (18/1).
Anggota Komisi B DPRD Jatim ini menegaskan petani tebu juga harus intropeksi dengan meningkatkan kualitas tanaman tebu yang mereka tanam. Pasalnya, sampai saat ini masih banyak tanaman tebu hasil petani lokal yang rendemennya masih di bawah 8 persen.
Padahal , lanjutnya dalam Perda No. 17 Tahun 2012 tentang Rendemen Tebu diamanatkan rendemen tebu jawa Timur sekurang-kurangnya 8 persen. Tapi prakteknya di lapangan masih banyak yang berada pada kisaran 6 persen. Sebaliknya, rendemen tebu hasil petani Vietnam itu minimal 10 persen. Bahkan mereka sudah bisa mencapai angka rendemn tebu 12 persen.
.Politisi yang juga Ketua Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) kabupaten Tulungagun ini berharap Pemprov Jatim terutama Disbun melakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani tebu di Jatim agar produksi tebu yang mereka hasilkan bisa mencapai 8 persen.
Mantan ajudan Menteri Tenaga Kerja di era Muhaimin Iskandar ini menyarankan Disbun mengintensifkan program rawat ratoon, karena efektif meningkatkan rendemen tebu. Selain itu, Disbun juga harus memberi perhatian khusus pada jenis tanaman tebu unggulan, contohnya tebu hijau. Sebab, tebu hijau yang banyak ditanam petani di kawasan Blitar, Kediri dan Tulungagung memiliki banyak keunggulan dibandingkan tanaman tebu merah yang mayoritas di tanam petani di Jatim.
Chusainuddin menjelaskan keunggulan tebu hijau diantaranya, rendemennya bagus, beratnya per batang juga bisa mencapai lima kilogram sehingga hasil gilingnya pun maksimal. Selain itu aromanya enak dan juga tahan lama alias tak mudah rusak atau busuk.
“Hasil panen yang lalu, petani tebu di Tulungagung menerima hasil panen tebu dengan harga yang bagus. Itu berkat tanaman tebu hijau yang berkualitas. Saya berharap Pemprov dan Disbun bisa menjajaki pengembangan tebu hijau di daerah lain,”tandas politisi kelahiran Tulungagung ini. [cty]

Tags: