Dewan Jatim Imbau PemprovBentuk TimKhusus

Kepala Bapersip Jatim Drs Sudjono MSi saat mengunjungi lokasi perpustakaan keliling dan dongeng keliling.

Kepala Bapersip Jatim Drs Sudjono MSi saat mengunjungi lokasi perpustakaan keliling dan dongeng keliling.

DPRD Jatim, Bhirawa
Penanganan eks anggota Gafatar paska dipulangkan dari Kalimantan Barat ke daerah asal masing-masing, tak berarti persoalan sudah tuntas. Sebaliknya, persoalan eks Gafatar justru kian kompleks sehingga dibutuhkan penanangnan yang lebih komprehensif.
Melihat fakta tersebut, Komisi E DPRD Jatim mengundang SKPD-SKPD terkait di lingkungan Pemprov Jatim, Polda Jatim, MUI hingga Kanwil Depag Jatim untuk mendapat masukan terkait langkah-langkah lanjutan penanganan eks Gafatar asal Jatim.
Anggota Komisi E DPRD Jatim, Agus Dono Wibawanto mengatakan bahwa persoalan eks Gafatar itu sudah menyangkut Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pertahanan Keamanan (Ipoleksosbud Hankam). Sehingga pemerintah tak boleh menganggap remeh eks Gafatar.
“Mereka sudah berani menyatakan keluar dari ideologi Pancasila dan keluar dari agama-agama yang diakui pemerintah. Jadi tak boleh main-main dalam penangannya. Paling tidak para pemimpin eks Gafatar jangan dilepas begitus saja tapi harus dimintai tanggungjawab,” tegas politisi asal Partai Demokrat, Rabu (27/1) .
Senada, Moh Eksan anggota Komisi E lainnya menyatakan bahwa Gafatar adalah persoalan transnasional. Pasalnya, Ahmad Musadeq yang menjadi pemimpin mereka, bahkan mengaku sebagai Mesias saat ini tinggal di Amerika Serikat (AS) tapi bisa mengendalikan dan mengembangkan organisasinya di Indonesia.
“Ini bukan persoalan ringan tapi sudah bisa dikategorikan subversif karena cita-cita Gafatar adalah ingin mendirikan negara baru di Indonesia. Namun mereka keburu diketahui pemerintah sehingga belum sampai melakukan tindakan makar,” ungkap politisi asal Jember.
Gunawan anggota Komisi E asal FPDIP juga tidak habis pikir karena indoktrinasi ideologi Gafatar sangat kuat. Terbukti, belum ada agama atau organisasi apapun yang sampai anggotanya rela menjual asetnya dan hijrah ke daerah baru yang dari sisi ekonomi justru tidak menguntungkan.
“Merubah ideologi itu sulit, bahkan bisa-bisa akan  dipertahankan sampai akhir hayat. Jadi eks Gafatar harus dibedakan mana yang pengikut inti dan mana yang hanya ikut-ikutan karena penanganannya harus berbeda,” harap Gunawan.
Sementara itu Asisten III Sekdaprov Jatim, Shofwan mengatakan jumlah eks Gafatar yang dipulangkan ke Jatim sebanyak 730 orang ditempatkan di Balai Transito Disnakertransduk Jatim. “Hingga hari ini eks Gafatar yang masih tinggal di Balai Transito tinggal sebanyak 150 orang karena sisanya sudah diambil kabupaten/kota masing-masing,” jelasnya.
Menurut Shofwan, setelah dipulangkan ke kabupaten/kota, pihaknya juga akan membentuk tim khusus paska penanganan kemanusiaan (pemulangan). Tim ini nantinya beranggotakan SKPD, Polri, TNI maupun MUI bertugas membentuk buku panduan penanganan eks Gafatar secara komprehensif.
“Dalam waktu dekat tim khusus ini akan segera dibentuk karena sudah diintruksikan oleh Gubernur Jatim dan didukung DPRD Jatim,” pungkas Shofwan.
Kepala Bapersip Jatim Kunjungi Anak Eks Gafatar
Setelah mengirimkan dua kendaraan perpustakaan keliling dan dua kendaraan dongeng keliling. Rabu (27/1), Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan (Bapersip) Jatim Drs Sudjono Msi kembali mendatangi lokasi perpustakaan dan dongeng keliling di pendapa Trancito Disnakertransduk Jatim.
Sudjono mengatakan, keberadaan perpustakaan keliling dan dongeng keliling juga bekerjasama dengan komunitas pendongeng diharapkan anak eks gafatar bisa tetap gemar untuk dan bermain bersama.  Apalagi mereka sebelumnya dimungkinan masih ada rasa trauma dengan kondisi yang ada di wilayah mereka tinggal sebelumnya
Dikatakannya, kedua kendaraan perpustakaan dan dongeng keliling tersebut akan tetap berada di Transcito Disnakertransduk Jatim sampai dengan selesainya pengiriman kembali keluarga eks gafatar kembali ke daerahnya masing-masing.
“Senin lalu banyak anak yang membaca buku. Namun, sekarang seiring dengan pemulangan, jumlah berkurang. Namun, perpustakaan keliling dan dongeng keliling baru kembali jika semua pengungsi telah habis berkurang,” katanya.
Ketika berkunjung ke pendapa, saat itu pendongeng juga usai menceritakan dongeng dan dilanjutkan dengan kegiatan bernyanyi bersama diantaranya menyanyikan lagu anak-anak yaitu ‘pelangi’. Kepala Bapersip juga turut menyanyikan lagu bersama anak-anak tersebut.
Ditempat yang sama, beberapa anak ketika ditanyakan perihal keinginan untuk bersekolah kembali. Kebanyakan mereka mengaku kalau tidak lagi menginginkan masuk sekolah. Namun, mereka tetap ingin ada home scholing seperti saat berada ditempat tinggal sebelumnya yaitu dua desa di Kabupaten Mempawah (yang berjarak sekitar 60-70km dari Pontianak), Kalbar. [cty.rac]

Tags: