Dewan Jatim Imbau Pemprov Kendalikan Harga Ayam Ditingkat Peternak

Agus Dono Wibawanto

DPRD Jatim, Bhirawa
DPRD Jawa Timur meminta kepada pemerintah untuk mengendalikan harga ayam ditingkat peternak dan pedagang Jatim. Mengingat saat ini harga ayam turun di peternakan ke pasaran.
Anggota DPRD Jatim dari fraksi Demokrat, Agus Dono Wibawanto megatakan, anjloknya harga ayam ditingkat peternak beberapa waktu lalu disebabkan kebutuhan dengan permintaan tidak seimbang.
Peternak salah memprediksi tentang kebutuhan daging ayam, sehingga terjadi kelebihan pasokan. “Persoalan pasar selalu terjadi antara pasokan dan permintaan. Tapi semestinya sejak awal pemerintah bisa mengatur hal itu,” ujar Agus.
Menurut Agus Dono, kebutuhan daging ayam bisa diprediksi saat terjadi inflasi. Pemerintah dapat mendeteksi hal itu sejak awal. Begitu ada kelebihan stok ayam, regulator secara cepat mengambil langkah kongkrit.
“Jangan pasar dibiarkan liar begitu saja. Saya Saran, pemerintah bisa mengatur harga pakan, harga anakan, hingga mengatur distribusi anakan sampai indukan,” ungkap Agus.
Diberitakan Bhirawa sebelumnya, Pemprov Jatim sudah menggelar rapat di tingkat pusat pada 14 Juni lalu terkait anjloknya harga ayam potong di tingkat peternak. Hingga akhirnya diputuskan beberapa upaya untuk mengembalikan harga ayam potong di tingkat peternak dengan harga yang wajar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, Drajat Irawan pun mengatakan, harga ayam di sektor peternak yang sempat turun hingga Rp7 ribu per kilogram, kini mulai merangkak naik. Meski demikian harganya sudah mencapai Rp13 ribu.
“Sekarang Rp13 ribu per kilogram. Itu belum normal, tapi sudah mulai merangkak naik,” katanya saat ditemui Bhirawa di Kantor DPRD Jatim usai rapat Paripurna, Selasa (2/7) kemarin.
Namun, Drajat mengakui jika harga ini memang belum naik. Dia menyebut harga normalnya biasanya Rp 18 ribu hingga Rp 21 ribu. Untuk itu, pihaknya melakukan beberapa upaya demi menstabilkan harga kembali.
“Intinya itu yang pertama harga ayam ini memang terutama yang peternak mandiri. Harga ayam hidup ini sempat Rp8ribu sampai Rp10 ribu. Tapi kemudian sudah ada pergerakan lebih baik,” tuturnya.
“Normalnya kan Rp 18 sampai 21 ribu di tingkat peternak. Dengan kata lain perlu upaya-upaya agar harganya kembali normal. Tapi sejauh ini sudah dilakukan upaya-upaya itu,” imbuh Drajat.
Saat ditanya apa yang menjadi penyebab harga ayam di sektor peternak turun drastis, Drajat mengatakan dirinya dibantu beberapa pihak masih menyelidiki. Namun Drajat menduga faktor over supply bisa menjadi salah satu penyebab.
“Kenapa ini bisa terjadi? Karena memang dari sisi produksi ada over supply ayam. Over supply ayam di mana diperkirakan ramadhan dan Idul fitri ada permintaan yang banyak dan besar ternyata permintaan itu jauh di bawah perkiraan. Sehingga terjadinya satu proses di mana over supply,” pungkasnya. [geh]

Tags: