Dewan Kota Mojokerto Ditipu Wartawan Abal-abal

Wartawan-GadunganKota Mojokerto, Bhirawa
Salah seorang anggota DPRD kota Mojokerto  menjadi korban penipuan seseorang yang mengaku sebagai wartawan. Suyono anggota dewan asal PAN harus kehilangan uang Rp1,5 juta yang terlanjur ditransfer ke rekening wartawan abal-abal tersebut.
Suyono menceritakan, awalnya ia ditelpon seeorang yang mengaku bernama Imron Arlado wartawan Jawa Pos Radar Mojokerto (JPRM) yang mengaku sedang sakit dan memerlukan bantuan biaya pengobatan. Pria yang mengaku sebagai Wartawan itupun mengirimkan No rek Bank Central Asia (BCA). “Saya langsung transfer Rp 1,5 juta. Rekening itu atas nama Dedy Purwanto,” terang Suyono.
Sejurus kemudian, Suyono mulai galau dan kemudian mencari kepastian dengan menghubungi langsung Imron Arlado. Politisi asal Kelurahan gunuing gedangan itu langsung kecut saat mengetahui kondisi imron Arlado segar bugar. “Ternyata banyak ekan-rekan di dewan yang mendapat telpon serupa. Tapi yang apes cuma saya,” imbuh Suyono.
Karena insiden telpon teror itu mengganggu ketengan dirinya dan anggota dewan yang lain, Suyono bakal melaporkan kejadian itu ke Polres Mojokerto kota. “Bukti transfer ini yang akan saya jadikan sebagai bukti untuk melaporkan ke polisi,” terang Suyono sambil menunjukkan bukti transfer.
Tak hanya Suyono, sejumlah anggota DPRD Kota Mojokerto juga mendapat teror melalui pesan singkat, dengan modus yang sama yakni  mengatasnamakan salah satu wartawan dan minta bantuan uang biaya berobat. Namun mereka tak bernasib seperti Suyono, karena tidak menggubris permintaan tersebut.
Anggota dewan  yang menerima teror itu Sonny Basuki Rahardjo. Politisi Golkar ini mengaku di SMS oleh nomor tak dikenal. Isinya meminta bantuan untuk pengobatan Imron yang sedang menderita tumor ganas. ”Karena masih  sibuk, Saya  belum bisa mengontak balik. Namun tak lama kemudian, saya di SMS lagi yang isinya sangat tak sopan. Sampai saya disebut sebagai seorang anggota Partai Komunis Indonesia (PKI),” urainya.
Hardyah Santi juga mengalami hal yang sama. Anggota Komisi III DPRD Kota Mojokerto ini juga mendapat pesan singkat dari orang yang sama. ”Karena, nomornya saya tidak kenal. Makanya tidak begitu saya respon,” ungkapnya.
Lantaran dibiarkan begitu saja, Santi kemudian dihujat. Dia disebut sebagai pelacur murahan. Hal ini langsung membuat ketenangan politisi berjilbab ini terusik. Dia kemudian berusaha menelpon balik. Namun berulangkali di-recall, panggilan itu diabaikan.
Wakil Ketua DPRD adalah Abdullah Fanani juga serupa. Politisi PKB ini mengaku juga mendapat SMS lebih awal. Sekitar pukul 14.00. Meski konten sama, namun Fanani menilai modus seperti itu sudah usang. ”Mengatasnamakan wartawan sakit dan meminta bantuan, itu sudah modus lama,” tuturnya.
Dikonfirmasi modus ini, Pemimpin Redaksi JPRM  Yanuar Yachya mengatakan bahwa tiak ada wartawannya yang sakitdan perlu biaya pengobatan. “Masyarakat maupun pejabat yang mendapat SMS seperti itu harus hati-hati. Langsung aja menghubungi kantor JPRM,” terangnya. [kar]

Tags: