Dewan Usulkan Ada Pabrik Pakan Ternak di Indonesia

Gedung DPRD Jatim

DPRD Jatim, Bhirawa
Sulitnya peternak sapi perah bersaing harga susu untuk masuk ke pabrik Nestle membuat DPRD Jatim memandang perlu adanya intervensi pemerintah. Terutama di sektor pakan ternak yang dinilai menjadi penyebab mahalnya ongkos produksi.
Anggota Komisi B DPRD Jatim Subianto mengatakan, dia banyak menerima keluhan dari peternak terkait mahalnya harga pakan ini. Menurutnya perlu ada intervensi dari pemerintah untuk menekan agar harga pakan bisa dijangkau oleh peternak sapi perah.
“Mahalnya harga pakan ternak ini membuat peternak sapi perah hancur. Sementara harga susu tidak naik. Kalau dinaikkan maka tidak bisa bersaing dengan pasokan susu dari luar negeri,” ujar Subianto, Minggu (29/7).
Dampaknya, susu hasil peternak lokal tidak mampu bersaing dengan susu impor yang memiliki harga lebih murah. Ini terjadi pada salah satu pabrik susu yang lebih memilih mengambil pasokan bahan baku susu impor ketimbang dari peternak lokal. “Mereka para peternak ini banyak yang kelimpungan, sementara harga susu tetap, tapi pakan ternak terus naik. Kalau dinaikkan sedikit saja, kalah saing dengan susu dari luar negeri,” jelasnya.
Sebenarnya masalah pakan ternak ini tidak hanya terjadi pada peternak sapi perah saja. Melainkan juga pada peternak ayam petelur. Mahalnya harga telur belakangan ini, diungkapkan oleh Gubernur Jatim Dr H Soekarwo disebabkan oleh harga pakan yang terlalu tinggi. Imbas dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Di mana pakan ternak di Indonesia masih harus impor dari negara tetangga.
Pakde Karwo, sapaan akrab Soekarwo, mengatakan masalah pakan ternak ini tidak bisa hanya dibantu dengan subsidi ongkos ternak. “Tidak bisa, selagi bahan baku pakan ternak impor masih mahal tidak bisa ongkos angkut membantu. Ini kan dari Tanjung Perak tinggal dikirim ke pabrik, tidak perlu ongkos angkut. Harus ada pabrik (pakan ternak) di Indonesia. Yang bahan baku makanan ternak dipilih yang ada di indonesia,” kata Pakde Karwo.
Berdirinya pabrik pakan ternak di Indonesia dengan bahan baku dari dalam negeri ini menjadi salah satu solusi. Pasalnya, pabrik yang selama ini ada sudah berkurang produksinya. Di Jabar misalkan, kapasitasnya kini hanya 60 persen dari awalnya yang mampu berproduksi 90 persen.
Dengan naiknya harga bahan pakan ternak inilah, yang membuat berbagai kebutuhan pokok khususnya dari peternakan ikut naik. Pasalnya, 70 persen ongkos produksi ada di pakan ternak. Sehingga mau tidak mau sektor ini harus bisa ditekan.
“Kenapa ayam kampung (tidak naik harganya, red), karena suket (rumput) jadi tidak naik. Bahan baku pakannya rumput. Tapi lain halnya dengan bahan baku pakan untuk ternak yang naik,” tandasnya. [cty]

Tags: