Dewanti Sambangi Tempat Pengupasan Ketela Pohon

Calon Bupati Malang dari PDIP Dewanti Rumpoko saat meninjau tempat pengupasan ketela pohon, di Desa Ngadirejo Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang, Selasa (8/9) kemarin.

Calon Bupati Malang dari PDIP Dewanti Rumpoko saat meninjau tempat pengupasan ketela pohon, di Desa Ngadirejo Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang, Selasa (8/9) kemarin.

Kab Malang, Bhirawa
Potensi hasil produksi pertanian dari Kabupaten Malang selama ini cenderung dijual untuk bahan baku di sejumlah pabrik di daerah lain. Kondisi ini tentu tidak bisa meningkatkan nilai tambah atas komoditas pertanian yang dihasilkan.
Salah satu contohnya adalah ketela pohon. Puluhan hingga ratusan ton ketela pohon dijual ke Kota Malang maupun Surabaya dan sekitarnya.
Padahal ketela pohon merupakan bahan baku untuk pembuatan tapung tapioka, keripik dan kerupuk.
“Banyak produk pertanian yang bisa diolah sebagai barang setengah jadi atau produk makanan yang tentu akan meningkatkan nilai produk dari ketela pohon tersebut,” ungkap Calon Bupati Malang dari PDIP Dewanti Rumpoko saat meninjau tempat pengupasan ketela pohon, di desa Ngadirejo kec Wonosari Kab Malang, Selasa (8/9).
Dijelaskan, ada banyak tempat pengupasan ketela pohon yang mempekerjakan ratusan ibu-ibu. “Mereka hanya mendapat upah sangat murah yaitu Rp 8 ribu perkwintal. Paling-paling mereka mendapat upah maksimal 40 ribu,” terang Dewanti.
Menurut Dewanti, upah yang murah ini, karena pemilik hanya menjual begitu saja ketela yang telah dikupas. “Coba kalau diolah menjadi produk makanan atau tepung tapioka, tentu akan memiliki nilai jual tinggi. Pemilik usaha bisa memberi upah lebih tinggi ke para pekerjanya,” jelas Dewanti.
Sementara itu H Toyo salah satu pemilik pengupasan ketela pohon mengaku kalau di daerahnya memang banyak usaha pengupasan tersebut. “Ketela yang telah dikupas dikirim ke Sidoarjo untuk bahan baku pembuatan tepung tapioka, es krim dan kerupuk. Memang untungnya nggak banyak mas,” ungkap Toyo.
Rata-rata satu tempat pengupasan mampu mengirim 10 sampai 11 ton perhari. Umumnya mereka mempekerjakan 30 hingga 40 pekerja, baik laki-laki maupun wanita.
Dia mengaku mengumpulkan ketela pohon dari petani di sekitar Wonosari dan sejumlah daerah lainnya di Malang Selatan.
“Kita ingin untung cepat mas. Kalau mau mengolah menjadi tepung tapioka modalnya sangat besar,” tandasnya. [sup]

Tags: