Dewasakan Demokrasi Nasional, PKS Nyatakan Jadi Oposisi

Kanan; Arya Fernandes Aboebakar, Eva Kusuma Kiri: Cucun Ahmad

Jakarta, Bhirawa.
Pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo dan Ketua Umum PDIP Megawati, tidak merubah tekad Keadilan Sejahtera (PKS) untuk jadi Oposisi, dalam pemrintahan Presiden Jokowi periode kedua 2019-2024. PKS akan jadi Oposisi yang bermartabat. Yakni mendukung suara kebenaran pemerintah dalam mensejahterakan dan memberi keadilan bagi rakyat. Sebaliknya, PKS akan menolak kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat dan tidak ber keadilan.
“Biarkan PKS menjadi check and balance, sebagai oposisi. Demokrasi tanpa kontrol, itu tidak baik. Belajar pada PDIP yang selama 2 periode pemerintahan SBY jadi oposisi, lalu menang (Prersiden Jokowi). Begitulah ntar, PKS sekarang oposisi lagi, periode 2024 akan menang,” seloroh Aboebakar Alhabsyi, anggota DPR RI dari PKS dalam dialektika demokrasi, dengan tema “Gerindra Gabung, Ancaman Kursi Koalisi”, Kamis (25/7) Nara sumber lainnya, Ketua fraksi PKB DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal, anggota DPR RI PDIP Eva Kusuma Sundari dan Pengamat Politik CSIS Arya Fernandes.
Pengamat politik Arya Fernandes berharap, akan ada partai lain yang mengikuti jejak PKS, untuk jadi alat kontrol pemerintah. Jadi oposisi, demi mendewasa-an demokrasi Indonesia. Tentang pertemuan Prabowo dengan Presiden Jokowi, lalu pertemuan Prabowo dengan Megawati. Menurut Arya, akan adanya penambahan anggota koalisi, akan menciptakan resiko. Yakni, pertama, politik internal yang menyulitkan Presiden Jokowi. Kedua, akan menciptakan kerepotan politik yang bakal tidak mudah untuk mengelolanya.
“Tidak ada kebutuhan khusus bagi pemerintah untuk menambah anggota koalisi. Karena tidak linier dengan prestasi legislasi pemerintah,” papar Arya.
Disebut Arya, tak terbayangkan, betapa rumitnya pemerintah, nanti, dalam menyatukan platform-platform dalam rapat-rapat. Dalam kebijakan- kebijakan. Akan muncul potensi keretakan koalisi, atau bakan muncul 2 matahari du bkoalisi. Satu blok yakni PKB, Golkar danPPP di komando Nasdem. Satu blok lagi dikomandani PDIP dengan anggota baru Gerindra.
“Situasi ini akan sangat menyulit kan posisi Presiden Joikowi,” tandas Arya Fernandes.
Eva Kusuma Sundari, menanggapi santai pertemuan Prabowo dengan Presiden Jokowi, maupun Prabowo dngan Megawati. Pertemuan tersebut katanya, adalah praktek unik yang seharusnya di apresiasi. Karena mekanisme rekonsiliasi penuh simbol khas Indonesia. Termasuk pertemuan Prabowo Jokowi di MRT, lalu makan nasi goreng bersama Prabowo Megawati.
“Indonesia kaya dengan simbol simbol. Saya melihat hal ini sangat brilian dan jenius, gesture yang ditunjukkan oleh para. Pemimpin kita, ” ucap Eva Kusuma sambil trsenyum. [ira]

Tags: