Di Balik Layar Mahabarata

Judul Buku: Mahakurawa Cakra Manggilingan
Penulis : Anand Neelakantan
Penerbit: Javanica
Tahun: Agustus 2019
Tebal: 500 halaman
Peresensi : A Djoyo Mulyono
Pengajar dan Mahasiswa Pascasarjana Unesa

Mahakurawa, terkesan seperti terlalu memaksakan sebuah judul novel untuk membuat tandingan atau sisi lain pada sebuah cerita sebelumnya terhadap banyaknya orang yang telah mendengar Mahabarata.

Judul asli dari penulisnya sendiri, novel ini berjudul Ajaya yang artinya “tak terkalahkan” -merujuk pada Kurawa. Kemudian terbit dengan edisi bahasa Indonesia (Javanica 2019) dengan judul Mahakurawa. Barangkali dengan judul tersebut penerbit memudahkan pembaca menemukan maksud isi buku yang kelak mengundang daya tarik dengan sisi lain dari Mahabarata. Kiranya, pilihan mengganti judul merupakan langkah terbaik untuk meraih itu.

Pada dasarnya Mahakurawa memang akan menceritakan Mahabarata, namun dari sudut pandang Kurawa. Kemudian di sini pembaca seperti harus menerima lapang dada bahwa para Pandawa yang dulu dikenalnya dengan pihak yang baik menjadi terlihat jahat dan buruk.

Anand Neelakantan dengan cerdas membalik peran menggunakan sistem kasta sebagai titik pusat konflik bergerak menjadi sebaliknya. Anand, menjadikan pihak Pandawa yang selama ini dikenal sebagai pihak yang baik dengan penganut taat aturan kasta, dan Kurawa digambarkan dengan pihak yang menentang aturan kasta karena dianggap kolot dan menyedihkan menjadikan orang-orang seperti Karna dan Ekalaya kehilangan mimpinya.

Dengan dasar itu, kemudian Anand Neelakantan piawai menyusun ceritanya dengan teknik penulisan -yang saya sebut dengan- “di belakang layar”. Karena dalam hal ini, Anand tidak sedikit pun keluar dari jalur cerita yang kebanyakan terjadi pada Mahabarata.

Kemahirannya terbukti dengan membuat pembaca seperti mengetahui sisi lain dari kejadian-kejadian yang tidak ditampilkan pada Wiracarita Mahabarata itu. Anand menampilkan bagian penting seperti saat Ekalaya tiba-tiba muncul di latihan guru Dorna untuk memotong jempolnya sebagai persembahan, dengan -ternyata- anak berbakat itu telah lama bersembunyi di atas pohon rimbun untuk menerima pelajaran guru Dorna pada para pangeran dengan senyap hingga saatnya muncul menunjukkan hasil latihan sebelum akhirnya kehilangan jempolnya (halaman 225).

Peristiwa lain juga menceritakan Karna yang diusir guru Parasurama kemudian berlari menumpang di kapal milik pedagang Yunani (halaman 209) hingga kembali ke Hastinapura dengan menjadi buron dan diangkat menjadi raja Awangga oleh Suyudana di hari kelulusan para pangeran (halaman 297).

Semua itu ditunjukkan oleh Anand seperti peristiwa yang terpotong pada bagian Mahabarata yang selama ini kita tidak ketahui. Dan semua peristiwa itu pula Anand menggiring pembacanya semata untuk memberi tahu bahwa semua kejadian itu adalah karena aturan kasta yang menyedihkan, dan Suyudana hadir sebagai penentang kasta hingga banyak orang-orang yang berkasta rendah menerima kebaikan dari Putra Mahkota itu.

Hal lain yang menjadi karangan Anand juga membuat bumbu fiksi di novel ini semakin segar dengan adanya perkumpulan kaum-kaum marjinal yang kuat seperti kaum Naga, yang tak lain itu adalah Taksaka, siluman ular di Mahabarata. Juga sosok anak kecil nista, Jara, yang turut menghibur untuk menunjukkan bahwa aturan kasta di Hastinapura dan wilayahnya tidak baik-baik saja dan cenderung membuat rakyat menderita.

Dan pada akhirnya, setelah membaca ini, saya ragu jika kalian masih membenci pangeran Suyudana yang (konon) jahat itu, karena kebaikannya membantu kaum marjinal akibat kasta. Saya berharap kalian tidak banyak menceritakannya pada orang tua kalian karena sudah dapat dipastikan tidak akan menerima kalau Pandawa pujaannya menjadi sosok yang buruk.

Semua ini karena Anand dengan cerdas menyisipkan peristiwa-peristiwa yang tidak ditampilkan di Mahabarata menjadi tergambar jelas diketahui oleh penggemar Mahabarata selama ini. Anand seperti menyingkap Lawang Sigotaka -kelir pertunjukkan wayang kulit- agar mengetahui Kejadian Di Balik Layar Mahabarata kepada Pembaca.

———— *** ————

Rate this article!
Di Balik Layar Mahabarata,5 / 5 ( 1votes )
Tags: