Oleh :
Gusti Fahriansyah
1)
Seduh kisah pekat
Di meja, kata-kata menderap
Asap rokok menghantam wajahmu
Isyarat bagaimana bibirku telah candu
Kucicip kopi dan pahit puisi
Setelah tatapanmu menyentil pupil.
2)
Sedih kasih lekat
Di meja, menjalar metafora
Kepulan kenangan abu-abu
Seperti dupa temani umur pemakaman
Dan meja kafe tua yang mulai lapuk
Menjelma batu semerbak kemenyan.
3)
Di meja, liku luka
Kedengaran orkestra:
Doa puitis, mengais kata
Yang ditahan napas berat
Menerapikan khayal sarat.
Maret 2022
Segelas Cemas
Segelas cemas
Merengas di pupil mata
Siapa berenang dan menyelam sampai dada?
Hal macam apa yang membuat luapan
Mengalir ke pipi?
Bukankah kata-kata membalas dendam
Pada kekasih yang mengancam malam!
Bahkan telah dirayu pula sekujur kesepian
Dengan doa paling kian
Arkian, bagaimana sepi mendadu
Dada berkali-kali?
Pada segelas cemas
Dosa-dosa mengeras
Meratap tungku ibu
Yang mulai redup
Maret 2022
Dalam Maut Seorang Pendosa
Dikepallah erat-erat dada kiri
Dan terdapat nasib berlipat-lipat
Menderit keras bagai pintu tua
Yang terlihat kokoh muda
Disimpannya waktu
Memeluk erat bagai sepi
Sayup terdengar seperti laut
Menghantam bibir birahi. Gemetar!
Sampai pada mata keputihan
Doa berceceran di halaman
Sebelum kenangan, seseorang mengetuk pintu
Apakah itu surgamu, Tuhan!
Maret 2022
Membaca Kembali Diri
Disimpannya akhir bulan dalam dada
Bayangkan, bulan dan Tuhan tiba-tiba nyala
Dan tatapmu masih gerhana
Tentu kau nestapa
Di awal penggalan bulan ini
Kau masih sibuk menjilati sajak sendiri.
01 April 2022
Crawling
Telah kulakukan segala upaya
Melawan kenyataan serta pernyataan
Sepanjang hari, gagang rindu kutarik
Bermacam ancaman melirik
Seakan waktu adalah jurang
Yang menjadikan jiwa lengang
Telah kupikirkan sebelumnya
Bagaimana menciptakan dunia sabana
Kutulis sajak kian hari
Ihwal tubuh baru penuh duli
Membawa cinta dari kitab suci
Meski hanya tampak kota mati!
Telah kucintai diriku sebelumnya
Jauh sebelum kenal diriku sendiri
Kulihat masa kerdil yang telah batil
Girang mendengar cerita bedil
Yang benar-benar nyata terasa
Bila usia mengenal cinta dan maya
Telah kutempuh sebelumnya
Merayapi gedung-gedung tinggi
Meski jatuh dan mengulangi
Berkali-kali
April 2022
Tentang Penulis:
Gusti Fahriansyah
Mahasiswa yang suka menulis puisi dan cerpen. Berdomisili di bagian pinggir kota Sumenep, aktif di LPM Retorika STKIP PGRI Sumenep, Kelas Puisi Bekasi, Majelis Sastra Mata Pena. Karyanya telah dimuat di beberapa media cetak/online seperti Takanta, Kawaca, Litera, Ideide, Lampung media, Nolesa, Suku Sastra, Mbludus, Gadanama, Kami Anak Pantai, Medan pos, Radar Mojokerto, Radar Madura, Cakra Bangsa, Sinar Indonesia Baru, Salik.id, Radar Pekalongan, BMR Fox, Bicara News, dll.
————— *** —————-