Diajari Tari Jaranan, Gugup Saat Tirukan Gerakan Gadang

Mahasiswa Oklahoma State University berusaha menjajal tari jaranan saat bertandang di Untag Surabaya. [adit hananta utama]

Mahasiswa Oklahoma State University berusaha menjajal tari jaranan saat bertandang di Untag Surabaya. [adit hananta utama]

Kota Surabaya, Bhirawa
Tari jaranan atau jathilan tampaknya masih sangat menarik jika dijadikan tontonan saat ini. Bukan hanya untuk orangtua dan di desa, tapi juga anak-anak muda  dan bertaraf internasional. Ini terbukti ketika sejumlah mahasiswa dari Oklahoma University, Amerika Serikat datang ke Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya dalam rangka Cross Culture akhir pekan lalu.
Sambil tersenyum malu, Bronson Baker salah satu mahasiswa Oklahoma University, Amerika Serikat menurut saja atas semua instruksi M Muklis, penari yang juga mahasiswa Teknik Arsitektur Untag. Ketika gerakan gadang, kedua tangannya dibentangkan sambil matanya melirik.  Bronson memakai kostum lengkap dengan udeng-udeng kepala dan sampur yang diikat di di pinggangnya. Tampaknya dia mulai gugup saat harus menyelaraskan antara gerakan tangan dan kakinya. “Ini pengalaman pertama saya. Sebelumnya saya tidak pernah tahu ada tarian seperti ini,”kata Bronson.
Di Untag, Bronson datang bersama empat temannya, Shawn Massey, Dillon Pospisil, Annahly Meyer, dan Catherine Emily Gray. Diakui Bronson, tari jaranan ini hampir mirip dengan stomp dance yang ada di Amerika. Stomp dance adalah tarian yang biasa dimainkan penduduk indian. “Stomp dance biasa dimainkan anak-anak indian. Sebagai kudanya mereka memakai rumput yang dibentuk menyerupai kuda. Gerakannya juga lincah seperti ini (jathilan),”katanya.
Ketika diberitahu bahwa jathilan sering dimainkan bersama reog di sejumlah acara terutama malam satu suro, Bronson mengaku tertarik untuk melihatnya lebih lengkap. “Sepertinya menarik ini (tari jaranan) dibandingkan stomp dance karena kostumnya ini unik dan sangat meriah,”akunya sambil tertawa.
Lima mahasiswa Oklahoma State University tersebut, di antaranya Catrin Emily Gray, Bronson Baker, Dillon Pospisil, Annahly Meyer, dan Shawn Massey.  “Amerika tidak punya tarian tradisional seperti ini, saya cukup menikmati dan terkesan dengan pertunjukan ini,” kata.
Catrin Emily Gray, mahasiswa yang juga datang dari Amerika itu mengaku telah mempelajari beberapa budaya Indonesia. Semua itu merupakan pengalaman dan akan menjadi bahan cerita yang panjang bagi keluarga dan teman saat kembali nanti. “Akan saya katakan kepada mereka bahwa di Surabaya ini menarik untuk didatangi,” ungkapnya.
Ketua Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris (Himasi) Untag, Leonard Pascalis menyatakan Cross Culture antara Untag dengan Oklahoma State University merupakan kegiatan tahunan. Tujuannya untuk berbagi budaya negara masing-masing. “Kami juga akan bertukar cerita tentang kehidupan selama menjadi mahasiswa,” katanya.
Menurut Leonard, selama di Untag mahasiswa asing itu tidak hanya diberi tontonan seni tari tradisional seperti jaranan, tapi juga permainan tradisi, hingga makanan khas Indonesia maupun asli Surabaya. [tam]

Tags: