Dibanding Batik, Tenun Masih Perlu Sentuhan Perhatian

Istri Wagub Jatim Dra Hj Fatma Saifullah Yusuf didampingi Dirut Bank UMKM Jatim Direktur CV Vigar Cemerlang Abadi Andi Eka Syahputra mengunjungi salah satu stan pameran kain tenun.

Istri Wagub Jatim Dra Hj Fatma Saifullah Yusuf didampingi Dirut Bank UMKM Jatim Direktur CV Vigar Cemerlang Abadi Andi Eka Syahputra mengunjungi salah satu stan pameran kain tenun.

Mendongkrak Pamor Kain Tradisional Indonesia
Pemprov, Bhirawa
Berkembangnya industri fashion di Indonesia termasuk Jatim, tidak bisa dilepaskan dari kekayaan dan keanekaragaman kain tradisional Indonesia. Diantaranya kain tenun, batik dan bordir yang merupakan kain tradisional khas Indonesia.
Menurut istri Wagub Jatim Dra Hj Fatma Saifullah Yusuf, menikmati keindahan kain tradisional seperti tenun dan batik sebagai warisan budaya tidak hanya dilihat dari segi teknik, corak dan jenis kainnya saja. Melainkan bisa dilihat dari fungsi dan arti kain dalam kehidupan masyarakat.
“Biasanya para leluhur kita dulu dalam membuat kain baik menenun atau membatik, selalu mencerminkan tentang kepercayaan, adat istiadat, cara berfikir, identitas dan jati diri suatu bangsa yang berbudaya,” kata Fatma, saat memberikan pengarahan pada acara pembukaan Pameran Tenun, craft dan batik nusantara tahun 2016 di Dyandra Convention hall Gramedia Expo Surabaya, pekan kemarin.
Ketua Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Jatim ini mengatakan, antara kain dan pakaian tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sejarah kerajinan budaya manusia. Karena industri kain atau tenun dan batik erat hubungannya dengan usaha fashion dan kerajinan indoensia. Saat ini, usaha fashion telah melesat menjadi salah satu primadona subsector industri kreatif.
“Subsektor fashion ini pun mampu menyerap tenaga kerja paling banyak diantara subsector industri kreatif lainnya. Selain itu, subsector industri kreatif fashion juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap eksport indoensia,” ungkapnya.
Di Jatim, katanya, disetiap kabupaten/kota memiliki ciri khas pada kain tradisionalnya baik tenun maupun batiknya. Untuk itu, pemerintah setempat diharapkan dapat lebih aktif dalam meningkatkan perannya untuk mendorong sinergitas antar industri penunjang fashion.
Mulai dari industri bahan baku, tekstil  hingga proses kreatif yang dilakukan oleh para perancang busaha baik di wilayahnya masing-masing. Hal tersebut, dikarenakan peluang industri fashion sangat besar bila dilihat dari populasi yangmrencapai lebih dari 240 juta jiwa lebih di seluruh Indonesia. Berdasarkan data yang ada, industry kreatif Jatim didominasi, bidang kerajinan sebanyak 56,32 persen; bidang fashion sebanyak 15,39 persen dan bidang penerbitan serta percetakan sebesar 15,27 persen.
Fatma mengatakan, populasi yang besar juga merupakan pangsa pasar yang sangat besar juga. Tapi, potensi pasar yang besar ini jangan membuat terlena dan tidak mau berinovasi atau meningkatkan kreatifitas. Sebab, dalam  menghadapi persaingan MEA inovasi sangat penting dan menjadi kata kunci untuk mencapai serta menggenjot  daya saing.
“Karena hanya dengan inoveasilah seseorang mampu bertahan dan tetap survive dalam berkarya, sebaba inovasi itu membutuhkan kesabaran dan pemahaman. Baik pemahaman permintaan pasar maupun pemahaman dalam  perkembangan perekonomian,” katanya.
Sementara itu, penyelenggara Pameran Tenun, craft dan batik nusantara tahun 2016 Andi Eka Syahputra mengatakan, tenun dari Jatim selama ini tidak begitu dikenal karena kurangnya sentuhan dari berbagai pihak termasuk pemerintah. Padahal Jatim memiliki sentra tenun cukup banyak dan tersebar di beberapa kabupaten/kota di Jatim.
“Dengan pameran kali ini, minimal para penenun bisa lebih dekat dengan pembelinya sehingga bisa meningkatkan omset mereka.  Saya menargetkan selama pameran yang digelar mulai 4-8 Mei ini ditargetkan ada transaksi sebesar Rp3 miliar,” kata Direktur CV Vigar Cemerlang Abadi ini. [iib]

Tags: