Dibangun Awal 2020, Bandara Kediri Butuh Investasi Minimal Rp 6 Triliun

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menerima Direksi PT Gudang Garam di Gedung Negara Grahadi terkait persiapan pembangunan bandara internasional Kediri, Senin (30/9).

Pemprov, Bhirawa
Rencana PT Gudang Garam untuk membangun bandara internasional di Kediri terus dimatangkan dengan koordinasi bersama Pemprov Jatim. Bandara yang akan berdiri di atas lahan 372 hektar tersebut ditargetkan mulai dilakukan gound breaking awal tahun 2020 mendatang dan rampung pada akhir 2021.
Terkait rencana ground breaking tersebut, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama Dinas Perhubungan kembali melakukan komunikasi dengan PT Gudang Garam dan PT Surya Dhoho Investama (SDI) di Gedung Negara Grahadi kemarin, Senin (30/9).
“Menhub menyampaikan untuk persiapan sampai dengan ground breaking awal 2020, kita diminta koordinasi ulang dengan Gudang Garam. Meskipun sebetulnya pembangunan bandara tersebut masuk dalam PSN (Proyek Strategis Nasional). Tapi di dalam proses penyiapan lahannya dalam koordinasi Gudang Garam,” tutur Khofifah.
Dalam komunikasi tersebut, Khofifah menegaskan harapan pemerintah jika ground breaking awal Januari maka maka akhir 2021 diprediksi akan rampung. Bagi pemprov, pembangunan bandara ini sangat penting karena akan menjadi pintu masuk bagi pengembangan wilayah yang juga masuk dalam PSN di Jatim yaitu selingkar wilis.
“Kalau ada airport di Kediri, pintu masuk untuk pengembangan apa saja bisa. Mulai penguatan pendidikan, perindustrian, wisata, perikanan, perkebunan itu akan menjadi cepat,” ujar mantan Menteri Sosial RI tersebut .
Di Kediri, tutur Khofifah, saat ini sedang disiapkan SMK Penerbangan. Dari situ diharapkan ada penguatan SDM bagi anak-anak SMK di Kediri yang bisa memiliki skil untuk memasang spare part pesawat.
Persiapan ini juga sudah pernah dikomunikasikan dengan Dubes Inggris. Bupati Kediri juga sudah bertemu dengan Dubes Inggris pada saat cocokan untuk SMK Penerbangan. “Ini akan bersambung antara program pemerintah pusat, pemprov dan percepatan bagi penguatan masyarakat di selingkar wilis,” ungkap dia.
Sedangkan untuk perkebunan, Khofifah menyebutkan potensi Kabupaten Tulungagung dan Blitar yang cukup tinggi dengan komoditas kakao serta kopi. Kemudian potensi ikan di Trenggalek juga sangat baik untuk terus dikembangkan.
Khofifah menyebut, pembangunan bandara internasional di Kediri itu akan lebih besar dari bandara Juanda. Panjang lintasannya mencapai 3.300 meter dan akan mampu menampung 15 juta penumpang dalam sehari. Kapasitas ini lebih besar dari Juanda yang hanya mampu menampung 12 juta penumpang dalam setahun. “Kita berharap akan menjadi bagian dari smart airport. Karena desain layanan yang pernah diperlihatkan merepresentasikan airport dengan teknologi yang ter-update. Tidak apa-apa, Kediri dulu nanti berikutnya Juanda mengikuti,” ujar Khofifah.
Sementara itu, Direktur PT SDI (Surya Dhoho Investasma) Susanto Widyatmoko pada fase pertama pembangunan bandara ini disiapkan lahan seluas 372 hektar. Lahan tersebut saat ini telah tersedia namun masih kurang 17 hektar atau sekitar 4 persen. Sedangkan nilai investasinya, masih dalam tahap pertimbangan. Angka paling kecil untuk investasi dibutuhkan sekitar Rp6 triliun. “Tidak ada kendala berarti dalam menyiapkan airport ini. Hanya B to B yang membutuhkan waktu untuk proses penyelesaian,” kata Susanto.
Disinggung terkait skema pengelolaan, Susanto memastikan bahwa antara pemerintah dan swasta telah sepakat menggunakan system BOT (Build Operate Transfer). Dengan demikian, PT Angkasa Pura I akan mengelola bandara internasional tersebut. “Kita berinvestasi dengan kita bangunkan, dan skema penyerahannya akan mengikuti pada perundangan yang berlaku. Skema BOT sudah disepakati, tinggal detailnya masih dalam pertimbangan. Seperti perincian untuk pembiayaan,” pungkas dia. [tam]

Tags: