Dibui Satu Minggu, Dua Adik-Kakak Minta Keadilan

3-poto kakiSurabaya, Bhirawa
Peristiwa yang dialami Radwika (23) dan Rethy (19) saat itu tak akan hilang dalam ingatannya. Dimana dirinya tiba-tiba dituduh melarikan harta warisan kakeknya (alm) Suwarto. Padahal dirinya dan adiknya tak pernah sedikitpun menerima atau memakai uang tersebut——-
Siang itu, hatinya berdebar-debar dengan raut muka ketakutan. Maklum saat itu Radwika dan Rethy bersama kakaknya tertua Rendhyka SW serta mamanya Supristiyani dipanggil aparat kepolisian dari Polda Jatim. Tanpa alasan yang jelas ke empatnya tiba-tiba dijebloskan ke penjara dengan tuduhan melarikan warisan. Tentu saja tuduhan yang dilakukan oleh aparat kepolisian tersebut atas laporan Sugeng Prayitno dan Tuti Sriwana yang tak lain adik alm Siyono yang merupakan suami Supristiyani.
”Bagaimana saya dan keluarga dikatakan melarikan harta warisan. Wong semua itu masih utuh dan ada. Kalaupun keluarga kami menolak, karena keduanya (adik papanya) minta seluruh warisan yang ada. Padahal papa sebelum meninggal dunia juga meninggalkan warisan untuk sekolah kita,”tegas Rethy yang masih duduk di bangku kuliah fakultas kedokteran.
Karenanya, dirinya minta keadilan ditegakkan. Mengingat dirinya tak tahu apa-apa soal warisan meski dalam hak waris tersebut ada tandatangan dia dan kedua kakaknya. ”Meski saya tandatangan, saya dan kakak belum pernah menikmatinya apalagi sampai melarikan harta warisan. Yang jelas pesan almarhum papa, saya dan kakak diminta menyelesaikan sekolah hingga dibangku kuliah meski papa telah meninggal dunia. Tapi mengapa saya kok dipenjara,”lanjut gadis berambut panjang ini dengan mata berkaca-kaca.
Saat ini dirinya dan kakaknya nomor dua Radwika sudah dilepaskan dari tahanan namun masih menanggung status pembebasan bersyarat. Terlepas dari itu semua, dirinya terpaksa libur dari kuliah karena harus menanggung malu akibat dipenjara. Pun dengan kakaknya yang sudah bekerja juga keluar dari pekerjaannya akibat status yang ditanggung saat itu terlalu berat dipikul, apalagi saat ketemu dengan teman-temannya pastilah masalah tersebut akan ditanyakan.
”Hidup ini seakan tak ada artinya lagi bagi keluarga saya. Hak saya sebagai manusia biasa sudah direbut dan ‘dimatikan’ akibat perbuatan yang tidak pernah saya ketahui dan lakukan. Terus saya harus berlindung ke siapa. Semua harapan dan cita-cita sudah hancur akibat keserakahan manusia,”papar Rethy yang tak mampu menahan lagi air matanya yang terus kelaur dari dua kelopak matanya yang indah itu.
Sementara Bambang—keponakan dari Supristiyani mengaku jika sepeninggal Suwarto yang merupakan ayah dari Siyono menanggung beban yang amat berat. Saat itu Siyono dalam usia 17 tahun dan duduk di kelas II SMA dan harus membiayai adiknya Sugeng Prayitno usianya (15) dan Tuti Sriwana (13) sekolah.
Karena itu, dia mencoba memutar warisan yang ditinggal ayahnya untuk menyekolahkan adiknya hingga kuliah. Bahkan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari Siyono dan istrinya Supristiyani membelikan apa yang diminta oleh adiknya.
”Bahkan waktu itu Pak Siyono membelikan mobil kepada adik-adiknya tersebut sampai pada kebutuhan sehari-hari. Sampai-sampai Pak Siyono tidak mempedulikan kesehatannya hingga dia meninggal.Bahkan yang saya ketahui Pak Siyono juga membantu keluarga yang lain. Sampai tetangga disana sangat trenyuh karena Pak Siyono mengorbankan semuanya sehingga dia tak lulus SMA,”tegas Bambang dengan nada intonasi tinggi.
Karenanya, dia heran saat mendengar istri dan tiga anak Siyono digugat oleh adik-adiknya yang pernah bergelimpangan harta kekayaan saat Siyono belum meninggal. Hal itu dapat dibuktikan dengan bukti transfer. Tidak itu saja, harta warisan peninggal ayah Siyono masih utuh dan memang sudah disiapkan untuk kedua adiknya. Tapi mengapa mereka justru mengincar harta lainnya yang bukan miliknya.
Dimana harta-harta tersebut sebenarnya milik Siyono dan istrinya yang telah merintis usaha sejak awal sehingga menjadi besar yang notabene adalah milik ketiga anaknya yang ditinggal Siyino yang waktu itu masih kecil. [cty]

Tags: