
Didik Rahmadi dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur memberikan bimbingan kepada sejumlah cluster relawan yang ada di Kabupaten Sidoarjo. [alikusyanto/bhirawa].
Relawan dari sejumlah cluster, yang ada di Kabupaten Sidoarjo, Rabu (20/9) kemarin, hadir di ruang delta karya Setda Sidoarjo, dalam acara Monitoring dan Evaluasi relawan, yang dgelar oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.
Menurut penangung jawab bisnis kesehatan dan kebencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Didiek Rahmadi SKM MPPM, keberadaan relawan yang telah teregistrasi perlu mendapatkan jaminan sosial dan kesehatan. Apalagi masalah ini telah menjadi isu nasional.
“Mereka telah melaksanakan tugas kemanusiaan, kadang-kadang sampai ada yang membahayakan dirinya saat di lapangan, maka tidak ada salahnya daerah itu juga ada perhatian kepada mereka,” komentar Didiek, disela-sela kegiatan, juga mengundang anggota DPRD Sidoarjo dan anggota Damkar BPBD Kabupaten Sidoarjo itu.
Kabupaten Sidoarjo yang APBD nya besar di Provinsi Jawa Timur ini, dianggap Didiek bisa melakukannya, sebagai bentuk perhatian dan menghargai jasa dari para relawan. Maka itu keberadaan relawan,harus melakukan registrasi, agar mereka legal, tidak abal-abal. Karena kadang di lapangan masih ada dijumpai ada relawan yang memanfaatkan situasi dan kondisi untuk kepentingan pribadinya.
Secara umum, para relawan bisa mendaftarkan dirinya di BPBD yang ada di daerahnya masing-masing. Sebagaimana aturan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ). Namun, para relawan juga bisa mendaftar secara khusus, pada sub koordinasi, misal di bidang kesehatan, sosial, pendidikan, keamanan dan sebagainya. Nantinya, data akan dikirimkan ke BPBD, sebagai payung besarnya.
“Relawan yang ada di Kabupaten Sidoarjo harus registrasi, untuk menghindarkan dari relawan abal-abal itu. Di Kabupaten Sidoarjo harus steril, jangan sampai ada,” katanya bersemangat.
Kalau para relawan sudah teregistrasi, maka para relawan harus ditingkatkan kemampuan skilnya sesuai dengan cluster-cluster yang dipilih. Dalam dunia kerelawanan, kata Didiek, ada 10 jenis cluster. Misal kesehatan, sosial, pendidikan kebencanaan dan sebagainya. “Agar mereka cakap, trampil saat membantu korban di lapangan,” katanya.
Anggota Damkar BPBD Kabupaten Sidoarjo, Udik Arif Muzaiyin, yang juga menjadi narasumber menyampaikan, sejak 1 Januari – 31 Juli 2023, di Kabupaten Sidoarjo telah terjadi sebanyak 532 kejadian bencana alam maupun non alam.
Sebanyak 23 termasuk bencana alam, seperti banjir dan angin puting beliung. Dan sebanyak 158 kejadian kebakaran, yang disebabkan karena kebakaran yang diakibatkan oleh ilalang, kompor dan konsleting listrik. “Pada Bulan Agustus baru saja, kebakaran sempat menimbulkan korban jiwa, di Kecamatan Jabon,” katanya. [kus.ca]