Didik Generasi Alfa, Ibu Milenial Wajib Pahami Keseimbangan Gizi Anak

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menjadi narasumber dalam Webinar yang digelar YAICI dan PP Muslimat NU.

Surabaya, Bhirawa
Generasi milenial yang lahir pada rentang tahun 1995 hingga 2010 kini telah memasuki usia produktif dan berperan sebagai orangtua. Dari situ lahirlah istilah ibu milenial yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan proses tumbuh kembang generasi alfa.
Sesuai dengan karakteristik ibu milenial yang melek teknologi dan aktif mencari informasi. Mereka cenderung tidak ingin terpengaruh gaya pengasuhan generasi sebelumnya. Namun, kelebihan ini ternyata tidak lantas menyelesaikan permasalahan stunting di Indonesia yang masih berada pada angka 30,8%. Merujuk pada ambang batas yang ditetapkan WHO (20%), maka Indonesia masih tergolong sebagai negara dengan prevalensi stunting yang tinggi.
Fenomena tersebut menjadi topik utama dalam Webinar yang digelar Yayasan Abhipraya Insan Cendekian Indonesia (YAICI) bersama PP Muslimat NU. Dalam kesempatan itu, hadir sebagai narasumber Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang secara virtual menyampaikan materi dari Gedung Negara Grahadi, Selasa (11/8).
Gubernur Khofifah mengatakan, ibu milenial sangat berperan dalam menentukan masa depan bangsa, terutama saat Indonesia memasuki 1 abad kemerdekaan. Pada tahun 2045 nanti, Indonesia diprediksi akan menjadi tujuh kekuatan dunia. Namun, untuk mewujudkan hal itu, diperlukan peran ibu milenial untuk menyiapkan anak-anak agar tumbuh dengan kuat.
“Karakteristik ibu milenial itu melek teknologi dan memiliki pola asuh sesuai zamannya,” ujar Khofifah Indar Parawansa, yang juga Ketua PP Muslimat NU ini. Namun, persoalannya adalah minat baca masih rendah, yang tentu saja akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia dimasa mendatang.
Dalam laporan PISA 2018 yang dirilis Organization for Economic Cooperation and Development, kemampuan siswa Indonesia usia 15 tahun dalam sains, matematika dan membaca termasuk rendah dan dibawah rata-rata OECD. Oleh karena itu diperlukan komposisi gizi yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga.
Dalam kesempatan itu, Khofifah juga mengakui masih tingginya angka stunting di Jawa Timur. “Karena itu, selama masa pandemi ini, yang saya pesankan didalam bantuan sosial adalah telur,” jelas Khofifah. Ia memastikan didalam bantuan sosial tidak ada produk-produk yang tidak mendukung kebutuhan gizi anak seperti kental manis.
Sementara dr. Ranti Astria Hannah, Sp.A sebagai perwakilan ibu milenial dalam kesmepatan itu mengingatkan para ibu diharapkan tidak memberikan susu kental manis untuk bayi dan juga sebagai MPASI. Ia menjelaskan, bayi memiliki preferensi rasa manis dan juga asin. “Jadi bila sudah diberikan makanan dengan gula berlebihan sejak dini, semakin besar akan menyukai rasa yang lebih manis lagi sehingga seiring anak bertambah besar semakin tinggi gula yang dikonsumsi,” jelas ibu 2 anak ini.
Meski sejak 2018 yang lalu BPOM telah melarang penggunaan kental manis untuk anak dan juga mengatur tentang label dan promosinya melalui PerBPOM NO 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan. Namun masih banyak masyarakat yang mengaku tidak terinformasi mengenai hal ini. Maka tidak heran masih ditemukan balita-balita dengan gizi buruk yang juga mengkonsumsi kental manis.
Karena kurangnya pengetahuan dan tingkat ekonomi menjadi alasan anak-anak diberikan kental manis. Seperti kejadian yang kami temukan saat turun ke masyarakat, anak dari umur 2 bulan dikasih susu kental manis dan jadi ketergantungan. Kalau nggak dikasih marah dan ngamuk-ngamuk, papar dr. Hj Erna Soefihara – Ketua VII PP Muslimat NU. Karena itu, PP Muslimat NU sebagai organisasi perempuan memiliki kewajiban untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui edukasi gizi.
Lebih lanjut, Erna mengakui dimasa pandemi ini, edukasi gizi utnuk masyarakat jelas terganggu. Sebab sebagian besar edukasi dan sosialisasi harus dilaksanakan secara online atau virtual. Sementara tidak semua masyarakat memiliki kemudahan akses terhadap perangkat teknologi. Karena itu, ia berharap ada perhatian lebih dari pemerintah dan juga pihak-pihak terkait terutama produsen, untuk dapat berperan memberikan edukasi gizi dan informasi produk yang tepat kepada masyarakat luas. [tam]

Tags: