Didorong Sampai Terjatuh saat PAM Unras

Briptu Linda Novita Andriana

Briptu Linda Novita Andriana
Menjadi sosok Polisi Wanita atau biasa disebut Polwan tidaklah muda seperti yang dibayangkan. Ada yang berpendapat bahwa Polwan hanya ditempatkan di kantor dan di belakang meja saja. Atau jika turun ke lapangan, sebagai pengatur lalu lintas.
Tapi nyatanya tak sesederhana itu. Sosok Polisi Wanita ini juga seringkali dihadapkan pada tugas-tugas yang berat dan menantang. Mulai dari melaksanakan tugas PAM (pengamanan) saat aksi unjuk rasa (Unras), sampai menangani kasus kriminal.
Itulah yang dirasakan Briptu Linda Novita Andriana. Sebagai Tim Srikandi Polrestabes Surabaya, kecekatan dan tahan banting harus tertanam dalam dirinya. Sebagai Tim Srikandi yang ditugaskan sebagai negosiator PAM (Pengamanan) Unras, tak jarang dirinya harus berhadapan dengan para massa Unras.
“Tak jarang juga saya sering didorong sampai terjatuh dan tertindih teman sendiri saat PAM demo 54 atau demo mahasiswa,” kata Linda kepada Bhirawa.
Ibu satu orang anak yang bertugas di Polrestabes Surabaya ini mengaku jika dirinya sering didorong bahkan sampai terjatuh saat PAM Unras mahasiswa. Namun sebagai anggota Polri dalam hal ini Polwan, dirinya tetap menunjukkan profesionalitasnya sebagai pengayom masyarakat. Meskipun harus berdiri diteriknya matahari dan menjadi tim negosiator bagi para massa pendemo.
Bahkan tak jarang dirinya harus bersabar menghadapi para mahasiswa yang berdemo. Itu dikarenakan kadang mahasiswa (massa) sudah dikasih saran, namun tidak mau. Padahal sudah ada perwakilan yang disuruh masuk untuk menyampaikan aspirasi. Tetapi mereka semua memaksa untuk masuk dan berurusan dengan personel Dalmas atau Pengendalian Massa.
“Kami para Polwan atau Srikandi, kalau sudah terjadi bentrok atau chaos saat unras, kami disuruh mundur. Karena sebagai negosiator kami sudah memberikan arahan dan solusi, namun dihiraukan,” ungkapnya.
Tak hanya itu, wanita asal Jombang, Jawa Timur ini sudah kebal dengan kata-kata tidak sopan yang sering dilontarkan para pendemo. “Tak jarang massa yang tidak senang, bahkan suka sekali mengucapkan kata-kata tidak sopan,” ucapnya.
Pengalaman pun juga dirasakan Linda manakala dirinya ditugaskan PAM pertandingan sepakbola. Dirinya mengaku harus menghadapi penonton yang tidak membeli tiket dan memaksa untuk masuk. Bahkan para penonton yang tidak membawa tiket memaksa masuk dengan membawa paving, batu bata dan lempar-lempar.
“Intinya kami melakukan PAM dari tiap-tiap Gate. Serta melakukan pemeriksaan penonton yang wanita. Karena ditakutkan membawa benda maupun barang yang aneh-aneh,” pungkasnya. [bed]

Tags: