Digitalisasi Arus Globalisasi Berdampak Negatif Kehidupan Bermasyarakat

Jakarta, Bhirawa.
Menurut Ketua MPR RI Bambang Soesatyo dalam bangunan Kesatuan dalam keberagaman Indonesia, akhir akhir ini mengalami ujian dan gangguan. Di tingkat masyarakat ada kekhawatiran tentang masa depan Kesatuan NKRI. Di beberapa daerah ada yang mengeluhkan, adanya kelompok primordial-nya diperlakukan tidak adil. Tetapi pandangan itu ditolak oleh kelompok lain, dengan mengatakan, justru pihaknyalah yang diperlakukan tidak adil.
“Saling keluh dan klaim seperti ini, dalam beberapa peristiwa telah terjadi juga konflik yang disebabkan oleh pengabdian etika kehidupan beragama oleh segelintir orang, yang bertujuan untuk mengganggu suasana kehidupan bermasyarakat dan berbangsa,” papar Bamsoet didepan wartawan, menjelang Seminar Nasional bertajuk BerAgama yang Harmonis dan Konstruktif yang Menguatkan Kehidupan BerBangsa dan BerNegara”. Yang akan diselenggarakan di gedung parlemen-Senayan-Jakarta, pada Kamis 27/2, lusa.
Disebutkan, arus globalisasi dengan kemudahan akses informasi dan gaya hidup, telah membawa dampak negatif yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, akhir-akhir ini. Nilai- nilai luhur yang lahir dari bangsa ini, sedikit demi sedikit terkikis. Kecenderungan perilaku generasi muda, dalam beberapa aspek mulai kehilangan jati diri. Padahal, bangsa Indonesia sejak tempo dulu terkenal ramahtamah, sopan santun, penuh senyum, sikap kekeluargaan, gotongroyong. Kini dalam beberapa momentum sudah berubah menjadi sangat sensitif, bahkan kekerasan dianggap menjadi solusi nya.
“Muncul beberapa peristiwa yang menggerus rasa nasionalisme sebagai akibat dari konflik yang disebabkan pertentangan identitas kelompok tertentu. berbagai perilaku aksi intoleransi terhadap kelompok yanglain, telah membawa duka di beberapa daerah, hanya karena persoalan sepele,” ungkap Bambang Soesatyo
Lebih jauh dikisahkan awal penyelenggara-an Seminar Nasional ini. Dalam pertemuan khusus dengan Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud dan Ketua Majelis Syura Arab Saudi (Desember 2019), disepakati dukungan inisiatif pembentukan Forum Majelis Syura Sedunia. Dalam pertemuan ini, juga dibahas penambahan kuota Haji, peningkatan kerjasama ekonomi dan perlindungan Pekerja Migran khususnya TKI.
Ketua MPR juga bertemu dengan Sekjen World Muslim League (WML) Dr Moh. Bin Abdulkarim Alissa. WML adalah sebuah lembaga internasional non-pemerintah yang berbasis di kota Suci Mekah, bertujuan menyebarkan pesan Islam yang moderat, toleran, inklusif dan berkemajuan. WML banyak menyelenggarakan dan hadir di berbagai seminar, berdialog dengan beragam pakar dan tokoh agama, di AS,Jepang, Afrika, Eropa.
“Terakhir, WML hadir di markas PBB di Jenewa dalam Muktamar Internasional untuk menyelamatkan generasi muda dari terorisme dan ektrimisme.” tambah Bamsoet.
Menindaklanjuti komunikasi kontruktif ini, Dr Moh. Bin Abdulkarim Alissa, akan hadir sebagai Keynote speaker dalam Seminar Nasional yang digelar MPR hari Kamis (27/2) di Senayan. seminar akan membahas tentang beragama yang harmonis untuk menguatkan kehidupan berbangsa dan bernegara. MPR sebagi lembaga negara yang bertugas mengawal penerapan UUD 45, memiliki tanggungjawab untuk mewujudkan cita-cita mulia. Sebagaimna tertera dalam pembukaan UUD 45, pada alinea ke 4 tentang tujuan negara RI. Yakni segenap bangsa Indonesia ……..
“Indonesia yang berkeTuhanan yang Maha Esa, berAgama, sebagai umat beragama dan warga dunia, turut bertanggungjawab, menjaga ketertiban dan perdamaian dunia. Bertolak dari sini, MPR ingin kehidupan beragama itu, yang menguatkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana dicontohkan oleh para Founding Fathers yang tersimpan dalam Panitia Sembilan dan PPKI,” tutur Bamsoet [Ira]

Tags: