Dijamin Pangling Lihat Kampung Sentono di Kota Probolinggo

Kampung Sentono yang dulunya kumuh kini warna warni

(Luas Areal Kumuh Tinggal 73 Ha) 

Kota Probolinggo, Bhirawa
Upaya memperkecil luas kampong kumuh di daerahnya terus dilakukan Wali kota Probolinggo Hj. Rukmini bersama warganya. Saat ini , dimana saat ini luas areal kumuh yang semula seluas 172 ha kini berkurang menjadi 72 ha.
Data berkurangnya area kumuh di kota Probolinggo muncul dari evaluasi program pengurangan daerah kumuh tahun 2018 oleh Dinas Perumahan dan Permukiman (Dinas Perkim) Kota Probolinggo.
Kepala Dinas Perkim Kota Probolinggo, Agus Hartadi, Senin (05/11) mengungkapkan , meski belum mendapatkan data detail daerah mana saja kawasan kumuh yang berkurang signifikan, tapi jumlah area kumuh memang telah berkurang.
“Misalnya, Kelurahan Sukabumi, itu awalnya ada 17,333 hektare kawasan kumuh. Dari data terbaru berkurang 13,333 hektare, jadi tinggal 4 hektare,” ujarnya.
Pengurangan kawasan kumuh ini tidak lepas dari adanya program pengentasan kawasan kumuh. Salah satunya melalui program Kotaku. “Program Kotaku ini sejak sekitar tahun 2015. Program ini dulu di Pemberdayaan Masyarakat,” jelasnya.
Program pengentasan kawasan kumuh seperti Kotaku dijalankan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Anggarannya tidak hanya digunakan untuk perbaikan infrastruktur permukiman, namun juga fasilitas-fasilitas permukiman lain.
“Berbeda dengan anggaran yang melekat di (Dinas) Perkim. Anggaran kami hanya bisa digunakan untuk pembangunan akses infrastruktur di permukiman. Sedangkan, anggaran di BKM bisa lebih fleksibel. Misalnya, digunakan untuk pembangunan jamban bersama,” ujarnya.
Diketahui sebelumnya, program penataan kawasan kumuh yang dilakukan di Kota Probolinggo, akan dievaluasi. Evaluasi ini akan dilakukan oleh Kementerian PUPR bersama perwakilan Bank Dunia.
Termasuk, penggunaan anggaran dari Bank Dunia sebesar Rp 13,5 miliar itu telah dimanfaatkan untuk apa saja. Sedangkan, anggaran Rp 13,5 miliar ini disalurkan kepada 21 BKM untuk penataan kawasan kumuh di masing-maisng wilayah, paparnya.
Anggaran ini dikelola BKM bersama masyarakat untuk menata kawasan agar tidak kumuh. Penggunaannya fleksibel tidak hanya untuk infrastruktur. Namun, juga keperluan lain yang sifatnya untuk pengentasan kawasan kumuh. Rencananya, evaluasi itu akan dilakukan awal bulan ini. “Yang akan mengevaluasi ini dari Kementerian PUPR dan Bank Dunia,” lanjutnya.
Seperti halnya yang mencolok saat ini mengenai perobahan kampung kumuh yakni kampung sentono yang letaknya di RT. 03 RW. 14 kelurahan Mangunharjo, kecamatan Mayangan ini dulunya dikenal kumuh. Namun dengan tekad baja, masyarakat pun bergotong royong merubah kampung ini menjadi penuh warna.
Julukan kampung kumuh pun sempat melekat kuat pada Kampung Sentono, sebab di daerah tersebut terdapat sebuah sungai yang kotor dan berbau tak sedap, yang dikenal dengan sebutan Kali Banger.
Kali Banger ini sendiri memiliki histori tersendiri bagi masyarakat Probolinggo. Konon di kali atau sungai inilah, Adipati Blambangan (Banyuwangi) yaitu Minak Jinggo tewas seusai bertarung dengan Damarwulan.
Kedua orang sakti ini bertarung memperebutkan Ratu Kencana Wungu yang tak lain penguasa Kerajaan Majapahit. Dari pertarungan sengit itulah kemudian muncul nama Prabulinggih, yang saat ini beralih menjadi Probolinggo.
Namun kesan kumuh dan kotor itu pun diubah. Warga bergotong royong mengubah kampungnya menjadi kampung warna-warni. Tiap rumah yang ada pun dicat dengan warna yang berbeda-beda, menimbulkan kesan semarak.
Warga juga melukis sejumlah motif gambar mural di berbagai sudut dan tembok kampung ini, termasuk di poskamling. “Kami mewarnai fasilitas umum, jalanan kampung, pos kamling, jembatan, hingga bantaran sungai dengan goresan-goresan mural, serta gambar-gambar dengan pola airbrush,” ungkap ketua RT, Abdullah.
Abdullah mengaku upaya ini digagas oleh warga sendiri agar stigma masyarakat tentang Kampung Sentono hilang. “Masyarakat kompak untuk membangun daerahnya, apalagi disini tersimpan sejarah Probolinggo,” tambahnya.(Wap).

Tags: