Dijual Murah, Selalu Jadi Jujukan Praktik Mahasiswa dan Studi Banding Sekolah

Badaruszaman saat mengamati sejumlah bibit/benih buah unggulan di lahan garapannya di Jalan Arjuno, kawasan persawahan timur Kantor Samsat Situbondo.

Badaruszaman saat mengamati sejumlah bibit/benih buah unggulan di lahan garapannya di Jalan Arjuno, kawasan persawahan timur Kantor Samsat Situbondo.

Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Badaruszaman muda sudah lama dikenal sebagai lelaki yang rajin dan ulet dalam mengelola aneka  jenis tanaman, termasuk buah-buahan di kediamannya bersama orangtuanya. Kegemaran  itulah yang dia salurkan secara profesional saat dia pensiun sebagai sebagai PNS di Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo.
Saat Badaruszaman pensiun, keahlian di bidang pengelolaan tanaman buah kembali bangkit. Di samping didukung oleh banyaknya waktu yang ada, dia juga tertarik untuk mengembangkan metode tanaman benih/bibit buah unggulan di lahan miliknya, di Jalan Arjuno, persawahan sebelah timur Kantor Samsat Situbondo.
Persisnya empat bulan lalu, Badaruszaman bersama koleganya mendirikan CV Lentera Hati, wadah untuk mengembangkan budidaya tanaman benih/bibit buah unggulan dan impor di Kota Santri itu. Berbekal lahan tanah sawah seluas 1.000 m2, Badaruszaman mulai menata pembuatan lahan pembibitan yang kini jadi jujukan berbagai SMK luar daerah dalam melakukan studi banding itu. “Saya hanya dibantu beberapa karyawan saja. Hasilnya sekarang Alhamdulillah sudah mulai lancar,” ujar Badaruszaman merendah.
Badaruszaman kemudian menceritakan alasan mendirikan lembaga yang bergerak di bidang budidaya tanaman bibit/benih unggulan di Situbondo. Selain ingin mengisi waktu luang, ia juga ingin menjadikan Kabupaten Situbondo sebagai sentra produk buah dataran rendah. Selain itu ingin membantu Pemkab Situbondo dalam bidang peningkatan  produksi buah, sehingga daerah ini ke depan dikenal sebagai pusat penghasil buah unggulan. “Saya ingin melestarikan tanaman mangga khas Situbondo yakni Manalagi 69 dan 21. Sebab jenis mangga ini selain manis dan besar juga sudah dikenal sejak zaman pemerintahan Belanda ratusan tahun silam karena kelezatannya,” tegas Badaruszaman.
Tak hanya buah mangga khas Situbondo saja yang dikelola Badaruszaman, 70 lebih jenis bibit buah lain, mulai ia kembangkan dengan teknologi canggih di lahan miliknya. Harapannya, kata dia, buah Situbondo ke depan bisa berkembang dan mampu menyediakan stok bibit untuk ditanam masyarakat. Apalagi, Situbondo dikenal sebagai kawasan dataran rendah, yang sangat cocok untuk pengembangan buah mangga. “Ini agar buah mangga tidak punah seperti buah anggur Situbondo yang sudah lama menghilang. Padahal  komoditas anggur biru Situbondo sudah lama dikenal luas masyarakat,” katanya.
Badaruszaman juga menyediakan bibit klengkeng yang cocok ditanam di dataran rendah seperti Situbondo. Ini berbeda dengan jenis klengkeng asal Malang dan Batu yang cocok sebagai tanaman dataran tinggi. “Banyak yang mengatakan klengkeng Situbondo tidak berbuah. Tapi sekarang sudah ditemukan oleh para ahli bahwa ada klengkeng dataran rendah. Kami juga menemukan 8-12 klengkeng dataran rendah yang cocok dengan alam Situbondo,” paparnya.
Bibit buah jeruk dan jambu non biji tanpa biji juga tersedia di kebun bibit milik Badaruszaman. Ada juga tanaman alpukat non biji tanpa biji dan apokat dewa. Lainnya ada buah naga kuning, merah dan putih serta sirsak madu manis. “Kami di sini tidak hanya sekadar menjual, tapi juga memberikan ilmu memelihara, menanam sesuai dengan bibit yang cocok. Jadi tak heran, kebun benih ini mulai ramai dikunjungi masyarakat, siswa SMK dan mahasiswa. Semua dilayani dengan gratis,” ujarnya.
Sejumlah kontak tani dan kelompok tani dan mahasiswa berbagai daerah tetangga Kabupaten Situbondo juga berdatangan untuk mempelajari tata cara menanam, menyambung tanaman dan opulasi tempel. “Tujuan intinya adalah untuk membantu masyaraat yang ingin mengembangkan tanaman buah-buahan dengan bibit yang cocok dengan alam Situbondo. Sebab sebelumnya, yang ada hanya tanaman dengan buah kecil-kecil,” bebernya.
Untuk bibitnya,  ia peroleh dengan cara membuat sendiri dan sebagian kecil membeli di Kebun Bibit di Pasuruan. Yang unik, dia juga menyediakan bibit durian montong serta buah mangga Mahatir yang memiliki bobot 3 kg per buahnya. “Ke depan Dinas Pertanian dan Indonesia pada umumnya, harus meniru Thailand dan Malaysia dalam pengelolaan bibit buah-buahan. Sebab, kita ini memiliki potensi yang besar dan prospek yang cerah, sehingga ke depan tidak lagi mengimpor buah-buahan dari luar negeri,” pungkasnya. [awi]

Tags: