Dikbud Beri Pelatihan Jurnalistik Para Guru

Kepala Dikbud Sidoarjo Asrofi saat memberikan pengarahan dan membuka pelatihan Jurnalistik bagu guru. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Jelang pameran pendidikan dan kebudayaan Sieducex (Sidoarjo Education Culture Expo) 2019. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sidoarjo telah memberikan Pelatihan dan Lomba Karya Jurnalistik bagi guru – guru yang ada di wilayah Kabupaten Sidoarjo.
“Dari pelatihan ini, diharapkan mereka bisa ikut lomba menulis, baik itu artikel ilmiah populer maupun penulisan jurnalistik. Agar muncul jawara penulis yang handal,” jelas Dr Tirto Adi MPd selaku Ketua Umum Panitia Pameran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sieducex 2019.
Tirto menjelaskan, dalam kegaitan itu para guru yang ikut harus mendaftar terlebih dahulu. Karena jumah guru yang ada di Sidoarjo ada sekitar 12 ribu, kalau tak cepat mendaftar ya tidak bisa ikut. Antusias mereka sangat besar sehingga panitia kewalahan, karena peserta yang diambil hari itu hanya 100 guru. Diharapkan bisa berkelanjutan, tentunya di luar Program Sieducex.
“Saya harapkan, yang mendaftar guru yang mempunyai minat tinggi dalam menulis. Maka harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jadi dalam lomba menulis Program Sieducex 2019 ini, semua guru bisa ikut. Para guru yang tidak ikut dalam pelatihan itu juga bisa ikut lombanya,” tegas Tirto yang juga sebagai Sekretaris Dikbud Sidoarjo.
Pelatihan bertemakan Penguatan Pendidikan Karakter, Budaya, Literasi dan Kewirausahaan Dalam Mewujudkan SDM Unggul Bagi Para Guru PAUD, TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dibuka langsung oleh Kepala Dikbud Kabupaten Sidoarjo Drs Ec Asrofi MM MH, Rabu (6/11) kemarin, menghadirkan narasumber Rektor Umaha Sidoarjo, Dr Fathoni Rodi, dan Prof Dr Suyatno, dosen Unesa Surabaya.
Usai membuka acara, Asrofi mengatakan, kegiatan untuk membangkitkan literasi karena kurang minat membaca maupun minat menulis. Sehingga hasil baca dan tulis itu harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ada karya nyata yang riil.
“Karena setiap sekolah nantinya harus menulis, untuk SD harus bisa menerbitkan satu buku dan untuk SMP minimal harus bisa menerbtikan dua buku dalam setahun. Isinya bisa dari guru, bisa juga murid atau kolaborasi antara guru dan murid,” jelas Asrofi.
Selain itu juga ada kewajiban untuk mengarang, untuk SMP harus mempunyai 12 karangan, dan kewajiban membaca bagi anak-anak SMP itu sembilan buku, guru SMP 12 buku dan guru SD sembilan buku per tahun. ”Itu untuk buku-buku di luar teks, kemudian ketebalan buku harus 250 halaman,” pungkas Asrofi. [ach]

Tags: