Dikembangkan Bersama Masyarakat, Ramadan Banjir Pesanan

H Harsono saat memilih jambu merah biji jenis Bangkok di kawasan agrowisata di Dusun Moncel Desa Juglangan Kec Panji Situbondo. [sawawi]

H Harsono saat memilih jambu merah biji jenis Bangkok di kawasan agrowisata di Dusun Moncel Desa Juglangan Kec Panji Situbondo. [sawawi]

Kawasan Moncel, Pusat Agrowisata di Situbondo
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Jika Anda penghobi berat buah-buahan dan kebetulan melintas di Kota Santri Situbondo, jangan lupa untuk bersinggah di kawasan Moncel di Desa Juglangan Kecamatan Panji. Ya, di kawasan agrowisata itu kini sudah tersedia aneka buah-buahan segar seperti jambu biji merah jenis Bangkok, belimbing Thailand dan pepaya California. Kawasan yang sudah lama menjadi desa wisata itu, oleh pemiliknya H Harsono dalam waktu dekat juga akan dikembangkan menjadi ikon ekowisata.
Saat pertama kali Bhirawa berkunjung ke kawasan Moncel, disambut H Harsono dengan ramah dan dipersilakan untuk mengunjungi beberapa tanaman buah-buahan, termasuk pembibitan, pemupukan hingga lokasi pemetikan buah. H Harsono mengatakan tanaman buah yang dikelolanya kini semakin berkembang pesat seiring datangnya Ramadan dan Idul Fitri 1437 H. “Biasanya banyak warga yang order untuk dijual kembali di pasar. Selain itu ada juga warga yang membeli untuk dikonsumsi sendiri buat berbuka puasa,” aku H Harsono kemarin.
Perkembangan kawasan agrowisata yang ia kelola kini tidak hanya dikenal di Kabupaten Situbondo saja, melainkan sudah sampai wilayah Provinsi Jatim dan nasional. Banyak warga yang memesan buah segar dari agrowisata miliknya. Selain memiliki kekhasan tersendiri, kata Harsono, aneka buah-buahan yang ia budidayakan juga memiliki harga yang cukup terjangkau. “Buah buahan ini, kami jual di beberapa pasar terkenal. Di antaranya Malang, Jember dan pasar Sidoarjo. Pelanggan sudah tahu jika buah jambu, belimbing dan pepaya hasil tanaman Situbondo,” papar Harsono.
H Harsono mengisahkan awal ide membangun kawasan agrowisata di Moncel berasal dari perjalanannya ke Negeri Sakura Jepang beberapa tahun silam. H Harsono, merasa kagum begitu melihat tanaman agrowisata di Jepang, padahal tanahnya tidak sesubur di Tanah Air. Berbekal ilmu dari Jepang itulah, H Harsono pertama membuka lahan seluas 6 hektare di kawasan Moncel. “Pertama saya menanam buah melon dan aneka buah-buahan lain. Alhamdulillah, ilmu dari Jepang itu dapat membuahkan hasil yang membanggakan,” terang H Harsono.
Dengan kawasan agrowisata Moncel sekarang ini, lanjut Harsono, banyak masyarakat terdekat yang dahulu kesulitan pekerjaan, kini bisa meningkatkan taraf ekonominya dengan ikut berkecimpung dalam pola tanaman buah-buahan miliknya. Dengan pengembangan budidaya pertanian ini, menurut Harsono, masyarakat bisa kembali menyatu dengan alam, sehingga rakyat akan makmur dan sejahtera. “Itulah yang kita harapkan Situbondo ke depan,” ujar Harsono.
Untuk pengembangan kawasan Agrowisata Moncel, urai Harsono, ke depan ia memiliki strategi dengan merangkul pemuda setempat yang memiliki rasa cinta kepada dunia pertanian. Harsono akan mengajak agar generasi muda tidak selalu mengandalkan menjadi PNS dan lebih memilih menjadi petani karena profesi ini juga memiliki prospek cerah. Bisa menjadi pengusaha. “Kami sudah melatih siswa SMP/SMA/SMK di Karesidenan Besuki dan berbagai universitas di Jember dan Jogjakarta. Kita berikan ilmu pada siswa tersebut, sehingga Situbondo bakal dikenal sebagai kawasan agrowisata di tingkat regional, nasional dan internasional,” ucap Harsono.
Dari beberapa tanaman komoditas buah itu, Harsono mengaku permintaan yang paling meningkat adalah jambu biji merah. Ini karena jenis buahnya dapat menyembuhkan penyakit demam, panas dalam dan ambeien. Selain itu banyak keunggulan lain tanaman buah ini, di antaranya dengan hanya meminum tiga gelas sehari dapat menambah kecerdasan dan kesehatan masyarakat. “Sehingga warga yang sehat akan dapat berkreativitas dan berproduktivitas dengan baik,” ungkapnya.
Pada saatnya nanti, harap Harsono, tiga komoditas buah tersebut akan di ganti menjadi jambu kali Moncel, belimbing Moncel dan pepaya Moncel, sehingga Situbondo akan dikenal di dunia buah nasional dan dunia. Sebab, Harsono menyadari, setiap buah kini sangat identik dengan produksi buah dari luar negeri seperti jambu Bangkok, belimbing Thailand dan pepaya California. “Kenapa tidak kita ubah namanya menjadi pepaya, jambu dan belimbing Moncel saja. Sehingga kita akan mudah merebut pangsa pasar buah-buahan,” tegas Harsono.
Dalam agrowisata ini juga, papar Harsono, pihaknya tidak kesulitan mencari bahan pupuk karena ia sejak awal memanfaatkan keberadaan alam, seperti mengelola rumput kering dan kotoran sapi yang melimpah. Selanjutnya oleh Harsono difregmentasi menjadi pupuk organik dengan ditambah sampah masyarakat. “Sampah itu juga anugerah Sang Ilahi sehingga menjadi barokah. Kita kelola dengan teknologi terkini dengan mengajak masyarakat ikut menanam, sehingga masyarakat Situbondo kini lebih sejahtera,” pungkas Harsono. [Sawawi]

Tags: