Dikepung Area Persawahan, Belum Diketahui Asal Dinasti Secara Pasti

Salah satu arca yang berada di Situs Semen. Beberapa temuan lain yang tercatat di Situs Semen yakni struktur bangunan seperti gapura, kanal air, pondasi bangunan dan tembikar kuno.

Salah satu arca yang berada di Situs Semen. Beberapa temuan lain yang tercatat di Situs Semen yakni struktur bangunan seperti gapura, kanal air, pondasi bangunan dan tembikar kuno.

Mengintip Situs Semen Era Majapahit di Kabupaten Kediri
Kediri, Bhirawa
Situs Semen adalah  situs bersejarah  era Kerajaan Majapahit yang ada di Kabupaten Kediri.  Situs Semen, yang berlokasi 1,5 kilometer dari petilasan Prabu Jayabaya, Raja Kediri yang termasyhur dengan ramalan Jangka Jayabaya itu memiliki luas sekitar 6 hektare.
Letak situs ini berjarak 5 kilometer  dari Kantor Pemerintah Kabupaten Kediri. Dari pertigaan kantor  Pemkab Kediri, pengunjung bisa mengambil arah utara dan masuk ke Kecamatan Pagu. Selanjutnya akan dijumpai papan penunjuk ke situs ini.
Lokasi masih berupa area persawahan yang di dalamnya bertebaran batu bata kuno yang diletakkan begitu saja. Batu bata ini akan terungkap jelas jika petani baru saja selesai membajak sawah. Pada era1970-an dan 1980-an, batu bata kuno ini banyak berpindah tempat karena warga menggunakannya untuk menguruk pekarangan.
Peninggalan benda prasejarah di Situs Semen ini  ditemukan pada November 2009 lalu oleh seorang warga di tengah area persawahan. Saat itu warga menemukan  struktur bangunan batu bata berwujud Gapura dan Arca Garuda Wisnu Kencana yang tak jauh dari petilasan Sri Aji Joyoboyo yang berada di Desa Semen, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.
Selanjutnya penemuan tersebut dilaporkan ke Balai Desa setempat  dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri untuk ditidaklanjuti. Beberapa temuan yang tercatat berupa struktur bangunan seperti gapura, kanal air dan pondasi bangunan, beberapa arca dan tembikar kuno.
Dengan penemuan itu beberapa peneliti dari UGM dan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Mojokerto datang ke situs ini untuk meneliti benda-benda bersejarah ini. Setelah dilakukan penelitian, dari  deteksi peneliti  UGM disampaikan bahwa area purbakala Situs Semen ini seluas 6 hektare.
” Menurut peneliti dari UGM masih ada peninggalan lain di area ini , sebagian masih tertimbun dalam tanah. Temuan ada di beberapa titik, yang terinventarisir ada di lima titik lokasi berbeda. Sebetulnya masih banyak lagi yang masih terpendam dan belum digali,” kata penjaga Situs Semen, Yudi.
BP3  Mojokerto menyampaikan bahwa Situs Semen merupakan  era Kerajaan Majapahit, karena  terdapat Arca Garuda Wisnu Kencana yang merupakan lambang Raja Airlangga. Selain itu temuan tembikar berwujud keramik dari Bangsa Yuan yang menguatkan bahwa temuan tersebut hanya ada pada zaman Kerajaan Majapahit.
Dan  Februari tahun lalu, Balai Pelestarian Cagar Budaya  Jatim di Trowulan Mojokerto, melakukan ekskavasi awal struktur bangunan batu bata. Struktur bangunan ini diduga kuat merupakan peninggalan Kerajaan Kediri. Analisis itu diperkuat keberadaan arca Garuda Wisnu Kencana dan Jwaladara karena kerajaan yang pusat pemerintahannya ada di Dhaha ini merupakan pemuja Wisnu.
Jika dilihat dari lokasi dan temuan peninggalannya, besar kemungkinan situs ini merupakan bekas area pemandian kuno. Ini terlihat dari lokasi situs di sebuah sendang (mata air) dan temuan arca Jwaladara yang merupakan unsur bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air pada bangunan candi atau kolam masa Hindu – Budha.
Sejarawan menyebut wilayah Kediri menjadi saksi tiga zaman, yakni masa kejayaan Kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit. Tidak mengherankan jika kabupaten yang dibelah Sungai Brantas dan berada di lereng sisi timur Gunung Kelud itu memiliki ribuan benda cagar budaya yang tersebar hampir di seluruh wilayah.
Arkeolog dari BPCB Trowulan, Nugroho Lukito, mengatakan, Kediri memang kaya akan situs masa lalu. Tetapi semua belum terungkap. “Kalau semua terungkap, pasti sangat banyak. Situs terbanyak berasal dari masa Kediri dan Majapahit. Sebagian kecil di sisi selatan Kelud yang mungkin berasal dari Singasari,” ucapnya. [van]

Tags: