Diknas Dorong Siswa  SMP Peduli Lingkungan lewat ”Bang Samik”

Kadis Pendidikan Kota Mojokerto Amin Wachid (Depan fua dari kiri) melakukan kunjungan ke SMPN 6 melihat bang samik.  kariyadi/bhirawa]

Kota Mojokerto, Bhirawa
Dinas Pendidikan Kota Mojokeryo mendorong keberadaan SMPN 6 Kota Mokokerto sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional Ssebagqi contoh sekolah lqin dan terus berinovasi.
SMPN 6 Kota Mojokerto mengembangkan program pembelajaran yang berwawasan lingkungan.
“Program ini bertujuan agar menciptakan suasana sekolah yang bersih, sehat, dan nyaman. Juga sekaligus untuk memupuk dan mencetak generasi yang memiliki pengetahuan, kepedulian, dan berbudaya lingkungan ” ujar Amin Wachid, Kepala Dinas Pendidikan Kota Mojokerto, Rabu (28/8).
Amin Wachid membeberkan,  di SMPN 6 Kota Mojokerto dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik ditanamkan untuk memiliki jiwa yang peduli terhadap lingkungan. Upaya itu dilakukan melalui beberapa hal.  Antara lain melalui program pembelajaran maupun pembiasaan selama di lingkungan sekolah.
“Salah satu yang menjadi program unggulan adalah ”Bank Samik” atau kependekan dari Bank Sampah untuk Iuran Sekolah.Bank Samik merupakan sistem pengelolaan sampah kering yang dilakukan secara kolektif oleh warga sekolah. Mulai dari kepala sekolah, guru, maupun siswa, semuanya turut berperan aktif,” terang Anin Wachid
Semenyara itu, Kepala SMPN 6 Kota Mojokerto Mahmudah menambahkan, sampah yang dibuang sembarangan bisa menjadi masalah bagi lingkungan. Baik berdampak terhadap pencemaran, maupun menjadi sumber penyakit. Akan tetapi, sampah juga bisa terkandung banyak manfaat jika dikelola dengan baik.
“Di SMPN 6 Kota Mojokerto ini diterapkan pembiasaan untuk melakukan pengelolaan sampah. Dimulai dari penanganan memilah sampah. Sekolah menyediakan fasilitas tempat pembuangan sampah yang telah terpisah berdasarkan 3 jenis. Terdiri Sampah plastik, kertas, dan daun. Titik tempat sampah sudah kami sediakan di setiap depan kelas,” terang Mahmudah.
Di samping itu, tempat sampah juga disebar di depan perpusatakaan, ruang koperasi, kantin, serta ruang guru. Dia memaparkan, sampah yang dihasilkan dari sekolah terdiri dari dua macam. Pertama adalah sampah basah atau organik. Sampah tersebut terdiri dari daun-daunan dan sampah sisa makanan dari kantin.
Sementara jenis kedua adalah sampah kering atau nonorganik. Sampah tersebut berasal dari plastik bekas pembungkus makanan, minuman, maupun sampah kertas. Seluruh sampah tersebut kemudian disalurkan ke bank sampah sekolah. ”Sampah kemudian akan diolah menjadi sesuatu yang memiki nilai ekonomis dan berguna bagi masyarakat,” paparnya.
Mahmudah menyebutkan, untuk jenis sampah organik misalnya. Sekolah akan memanfaatkannya untuk membuat pupuk atau kompos. Di samping digunakan untuk kebutuhan untuk menumbuhsuburkan tanaman di lingkungan sekolah, pupuk juga bisa dikemas dan dijual di pasaran.
Pun demikian dengan sampah kering atau nonorganik, sampah didaur ulang untuk dijadikan produk kerajinan. Selain untuk dipasarkan, juga bermanfaat sebagai pajangan penambah nilai seni dan estetika di sekolah. ” Melalui program itu (Bang Samik), siswa juga dapat memperoleh keuntungan ekonomi dari menabung sampah untuk membayar iuran kelasnya masing-masing,” pungkasnya. [kar]

Tags: