Dikti Sebar 40 Dosen Asing ke 11 PTN BH

Forum komunikasi Majelis Wali Amanah 11 PTN BH se Indonesia digelar di Universitas Airlangga sejak Kamis(17/3) hingga hari ini.

Forum komunikasi Majelis Wali Amanah 11 PTN BH se Indonesia digelar di Universitas Airlangga sejak Kamis(17/3) hingga hari ini.

Surabaya, Bhirawa
Mendukung percepatan target PTN berkelas internasional, , Kemenrisetdikti akan menyebar 40 tenaga dosen asing  ke 11 PTN-Badan Hukum(BH) seluruh Indonesia, termasuk dua perguruan tinggi di Jatim. Penyebaran tenaga dosen asing ini untuk mendukung target Kemenristek setidaknya lima dari total 11 PTN-BH se-Indonesia masuk peringkat 500 besar dunia pada 2019.
Dirjen Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Kemeristekdikti Prof Ali Gufron Mukti menerangkan, dosen asing yang disebar ke PTN-BH diharapkan dapat menumbuhkan daya saing yang sehat. Dengan begitu, kualitas dosen internal akan terasah.
“Bukan persaingan semata. Dosen asing dan dosen internal juga dapat saling bekerjasama untuk menciptakan riset dan penelitian,” jelasnya di sela Forum Komunikasi Majelis Wali Amanat (MWA) PTN-BH se-Indonesia di Aula Garuda Mukti, Universitas Airlangga, Kamis (17/3).
Masing-masing PTN-BH dapat mengajukan spesifikasi dosen asing sesuai dengan kebutuhannya.  Sebab, setiap kampus memiliki karakteristik berbeda. Dan tahun depan, Kemenristekdikti kembali akan menambah kuota dosen asing menjadi 100 orang.
Tuntutan PTN-BH dalam hal pengembangan riset cukup besar agar dapat menjadi berkelas internasional. Tidak hanya memperbanyak publikasi internasional, melainkan juga diperioritaskan untuk mengembangkan riset menjadi sebuah produk jadi. Sampai saat ini, lanjutnya, Indoesia menduduki peringkat keempat sebagai penghasil terbanyak riset terpublikasi internasional.
“Kalau cara ini dapat berhasil, maka publikasi riset juga akan semakin berkembang banyak,” ungkapnya.
Dia menyebutkan ada enam produk yang diunggulkan Kemenristekdikti dalam riset berskala internasional. Antara lain stem cell, nanoteknologi, kemaritiman, tanaman organik, energi, dan bidang lingkungan.
“Itu dapat dikembangkan dari 11 PTN-BH yang ada di Indoensia,” paparnya.
Hanya saja, menurut Gufron, banyak kendala yang menghambat dosen dalam mempublikasikan jurnal internasional. Dia menerangkan kemampuan dosen di Indonesia dalam berbahasa inggris masih rendah. Selain itu, budaya lisan dan pengetahuan sistem menulis berskala internasional juga masih kurang.
“Selain program pengembangan dari kami, masing-masing PTN juga dapat meng-upgrade kemampuan dosen internasional agar lebih terpacu publikasi internasional,” kata Gufron.
Terkait dana bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN) yang turun, Gufron menegaskan hal tersebut tidak perlu dijadikan menjadi kendala dalam mengembangkan publikasi. Masing-masing PTN-BH dituntut kreatif dalam mengelolah pendapatan.
“Jangan mengandalkan dana dari negera saja. PTN-BH juga wajib mengembangkan riset itu jadi sebuah produk yang menghasilkan,” ujarnya.
Sebuah PTN-BH dikatakan ideal apabila mencapai pengelolaan dana dari komposisi 40 persen dari negera, 30 persen dari uang kuliah mahasiswa, dan 30 persen sisanya dari holding (pengembangan produk).
Sementara itu, Rektor Unair Prof Muhammad Nasih menerangkan pihaknya optimistis dapat mencapai target yang ditetapkan oleh Kemenristekdikti. Dalam hal ini, Unair terus mengembangkan publikasi jurnal internasional. Apalagi, lanjut Nasih, Unair dalam proses menuju university holding. Yakni, sebuah perguruan tinggi yang mandiri mengelolah keuangan dengan mengembangkan produk intenal.
Sampai saat ini, lanjutnya, Unair fokus mengembangkan produk di bidang kesehatan. Misalnya, enzim, alat cek darah, dan obat-obatan. “Nantinya dapat dikembangkan dibidang lainnya,” ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis tersebut. “Produk-produk ini juga sudah siap jual,” tambah Nasih. [tam]

Tags: