Dilatih Hidroponik, Disarankan Membentuk Komunitas dan Manfaatkan IT

Kepala BKD Provinsi Jatim Anom Surahno didampingi Kepala PT Taspen KCU Surabaya Khairul Rasidi memukul gong menandai dibukanya Seminar Kewirausahaan Bagi ASN di Lingkungan Pemprov Jatim.

Dari Seminar Kewirausahaan Bagi ASN di Lingkungan Pemprov Jatim
Kota Surabaya, Bhirawa
Memasuki masa purna tugas masih menjadi momok yang menakutkan sebagian besar aparatur sipil negara atau ASN. Sebab saat dirinya masih merasa kuat secara fisik, harus kehilangan pekerjaannya karena harus pensiun. Untuk mempersiapkan masa pensiun itu, PT Taspen Kantor Cabang Utama (KCU) Surabaya ikut berpartisipasi dengan mengadakan pelatihan kepada ASN yang bakal memasuki usia purna tugas.
Berbalut acara Seminar Kewirausahaan Bagi ASN di Lingkungan Pemprov Jatim, PT Taspen KCU Surabaya menggandeng Pemprov Jatim dan bank mitra yakni Bank Jatim, Mandiri Taspen dan Bank Yudha Bhakti untuk ikut memberikan pelatihan bagi ASN yang mau pensiun. Bertema ‘Kewirausahaan Pintar’ para ASN ini mendapat pelatihan hidroponik.
Kepala PT Taspen KCU Surabaya Khairul Rasidi menuturkan, banyak ASN yang bakal memasuki usia pensiun ini belum memiliki ketrampilan dan keahlian dalam berwirausha. Padahal mereka masih memiliki semangat untuk melakukan aktivitas kerja. Apalagi mereka juga masih membutuhkan biaya hidup untuk dirinya dan keluarganya.
“Berdasarkan survei dari beberapa ahli, ASN yang memasuki purna tugas hampir 90 persen masih berkeinginan untuk beraktivitas dan memiliki penghasilan. Makanya tujuan kegiatan ini kami gelar adalah untuk mempersiapkan mental dan memberikan bekal ketrampilan, keahlian bagi ASN yang akan pensiun,” ujar Khairul, saat memberikan sambutan.
Menurut dia, kegiatan ini diikuti sebanyak 300 ASN Pemprov Jatim yang pada tahun ini dan tahun 2020 nanti akan purna tugas. Mereka akan mendapat materi dari para ahli dibidang hidroponik dan ada testimony pengusaha hidroponik yang sudah sukses.
“Kami memang sengaja memilih hidroponik karena usaha ini tidak membutuhkan biaya dan lahan yang banyak. Saya telah melakukan survei sebelum memutuskan memilih pelatihan hidroponik. Saat ini kebutuhan sayur hidroponik sangat tinggi di Surabaya. Bahkan kekurangan stok,” ujarnya.
Dari informasi yang Khairul dapat, untuk membuat hidroponik berukuran 6X8 meter membutuhkan modal Rp4,5 juta dengan kapasitas 2.500 titik tanaman. “Masa tanam hidroponik ini juga tidak lama, hanya butuh 35 hari. Jadi setiap 35 hari bisa panen. Contohnya sayur kangkung dan sawi,” jelasnya.
Dari pelatihan ini, lanjut Khairul, nantinya akan dibentuk kelas kecil yang lebih fokus. Tujuannya agar usai pelatihan tetap ada pembinaan lebih lanjut. Baik secara kompetensi maupun secara modal. “Setelah pelatihan ini tetap akan kita bina. Produknya kita beli dan bantu pemasarannya melalui mitra-mitra kami. Jadi usai pelatihan tidak usai begitu saja, tapi ada tindaklanjutnya,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jatim Anom Surahno mengatakan, saat ini harapan hidup naik dari 70 tahun menjadi 74 tahun. Dengan naiknya harapan hidup ini, membuat ASN yang pensiun diusia 58 tahun masih sangat segar dan kuat untuk terus bekerja. Namun karena peraturan memutuskan untuk pensiun, ASN harus pensiun walaupun masih kuat untuk bekerja.
“Karena merasa masih sehat dan kuat ini, menyebabkan ASN belum siap mental untuk pensiun. Makanya pelatihan untuk mempersiapkan pensiun ini sangat penting, agar saat ASN pensiun mereka telah memiliki ketrampilan usaha. Saya ucapkan terima kasih kepada PT Taspen yang telah mengadakan pelatihan ini untuk ASN Pemprov Jatim,” kata Anom.
Dalam kesempatan itu, Anom berpesan kepada seluruh ASN yang mengikuti pelatihan agar membentuk komunitas dan membuat usaha bersama. Dengan usaha bersama ini, lebih meminimalisir terjadinya resiko. Dengan membentuk komunitas, untuk mengembangkan usaha lebih mudah karena digotong bersama-sama.
“Saya pernah berkunjung ke Korea Selatan. Para pensiunan ini membentuk komunitas untuk mendirikan usaha bersama. Kebetulan yang saya lihat adalah usaha mobil. Jadi tiap komunitas ada yang membuat mur, baut, per dan lain-lain. Produk dari tiap komunitas itu dikirim ke korporasi untuk dibuat produk yang memiliki nilai jual tinggi,” ungkapnya.
Selain membuat komunitas, Anom juga meminta para ASN untuk memanfaatkan teknologi informasi (TI) untuk memasarkan produknya. Sebab dengan menggunakan TI, barang yang dijual tidak hanya dilingkungan sekitar tapi bisa kepenjuru dunia.
“Contohnya adalah seorang pengusaha peyek di Batu. Mereka memasarkan produknya menggunakan teknologi informasi. Sekarang produknya bisa dijual ke Jepang, Hongkong dan Taiwan. Pembelinya adalah para TKI yang kangen dengan peyek dan pecel. Jadi sangat besar manfaatnya teknologi informasi ini untuk memasarkan produk,” pungkasnya. [Zainal Ibad]

Tags: