Dilema Dunia Kebidanan

Oleh:
Sofia Al Farizi
Ketua Umum Kohati Cabang Surabaya ; Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Unair

Jumlah bidan di Indonesia saat ini mengalami ledakan luar biasa. Menurut penjabaran Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PP IBI) pada majalah bidan 2012 , saat ini sudah terdaftar 250 ribu bidan di Indonesia, dengan instansi kebidanan sejumlah 726 akademi kebidanan, 3 universitas dengan jurusan S-1 kebidanan dan 2 instansi untuk S-2 maka tiap tahun ada bidan baru.  Berdasarkan data Kemenkes  RI  tahun  2010  jumlah  tenaga  bidan  adalah 175.124  orang  yang  tersebar  di  berbagai  tatanan  pelayanan  kesehatan  dan  pendidikan.
Kenyataanya jumlah bidan yang overloud ini tidak diimbangi dengan peningkatan prestasi dalam menunurunkan angka kematian ibu dan bayi. Profil Kesehatan Indonesia 2014 menyebutkan angka kematian ibu (AKI) meningkat dari tahun 2011 sampai 2014, yaitu sebesar 59,68 % (2011), 69,15% (2012), 73,31 (2013), 74,56 (2014). Data World Development Indicator tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat pertama angka kematian ibu terbanyak di antara Negara ASEAN. Dilihat dari data Globen Diesase 2013 Tingkat penurunan angka kematian ibu tahunan 1990-2003 dan 2003-2013 juga tidak terjadi penurunan angka kematian ibu yang signifikan yaitu 2,6% menjadi 2,8%.
Angka kematian Bayi pun juga masih menjadi perhatian di Negara ini, terbukti dengan tingginya angka kematian Neonatus. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 angka kematian Neonatus (AKN) 2012 19 per 1000 kelahiran hidup, angka ini masih sama pada 2007 dan hanya menurun 1 point dari 2002-2003 yaitu 20 per 1000 kelahiran hidup.
Bidan merupakan garda terdepan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak di Indonesia, siklus kehidupan perempuan dan anak sangat dekat sekali dengan profesi ini.
Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 369/MENKES/SK/III/2007 disebutkan “Bidan memberikan asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan..Fokus pelayanan dari seorang bidan sendiri adalah upaya promotif dan preventif sehingga tidak terjadi komplikasi dan berujung pada kematian.
Namun kenyataanya, upaya preventif dan promotif tidak bisa berjalan dengan baik pada ibu hamil. Sehingga masih terdapat penyebab kematian ibu dan anak karena upaya preventif dan promotif yang kurang baik. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2014 penyebab angka kematian ibu terbanyak tahun 2010-2013 adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi. Komplikasi dalam kehamilan ini sebenanya bisa dicegah dengan melakukan deteksi dini, namun kenyataanya saat ini kita kehilangan kesempatan untuk mencegah komplikasi kehamilan ini karena upaya preventif terhadap komplikasi ini belum bisa berjalan dengan baik.
ANC (Antenatal Care) memiliki kontribusi yang besar dalam upaya menurunkan angka kematian ibu.  Kualittas ANC sangat mempengaruhi proses kehamilan, persalinan sampai dengan nifas. Sebagai mitra perempuan, bidan seringkali memberikan pelayanan ANC kepada ibu hamil.. Sehingga perlu dipertanyakan lagi bagaimana kualitas ANC yang diberikan bidan sebagai upaya preventif dan promotif selama ini?
KIE (Konseling, Informasi dan Edukasi) yang merupakan salah satu pilar dalam ANC seringkali diberikan oleh bidan. Mengacu pada penelitian Sarma Nursani Lumbanraja & Citra Aryanti, kualitas KIE yang dilakukan bidan kurang berjalan dengan baik. Pendidikan dan pengetahuan menjadi faktor utama yang menjadi proses ini tidak berjalan dengan baik. Sehingga sangat diperlukan pelatihan atau proses pendidikan yang berkualitas.
Saat ini, kualitas pendidikan bidan masih sangat diragukan. Masih banyak institusi pendidikan bidan yang masih dipertanyakan akreditasinya. Berdasarkan pemetaan institusi D3 Kebidanan Berdasarkan Regional AIPKIND 2011, jumlah institusi D3  untuk regional 1 sampai 6 sebagai berikut 206, 50, 85, 89, 120, 87. Untuk institusi yang terakreditasi BAN-PT dari regional 1 sampai 6 sebagai berikut 46, 10, 48, 27, 24, 29. Untuk jumlah institusi D4 dari regional 1 sampai 4 sebagai berikut  15,12, 5, 5, 8, 3 dan untuk institusi yang terakreditasi BAN-PT  sebagai berikut 3,2,0,2,1,0,8.
Memperbaiki Sistem Pendidikan
Indonesia saat ini harus lebih berfokus kepada peningkatan kualitas Bidan, bukan lagi berorientasi kepada kuantitas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan kebidanan agar menghasilkan lulusan yang benar-benar unggul dalam kualitasnya.
Sistem Pendidikan Bidan saat ini hanya berfokus kepada trained  labour  dengan  minimnya keterampilan clinical reasoning dan clinical judgemnent sehingga tidak memenuhi standar kompetensi dan profil bidan.  Saat ini pendidikan bidan memerlukan lebih banyak lulusan dengan kompetensi sebagai bidan peneliti dan bidan yang memiliki leadership yang baik. Mengingat beberapa faktor penyebab kematian ibu bukan hanya disebabkan oleh penyebab klinis, namun karena faktor sosio, ekonomi, budaya. Sehingga perlu berfokus lagi untuk memperbanyak pendirian institusi kebidanan dengan lulusan sarjana.
Sistem pendidikan bidan saat ini masih tergantung pada pasar, semakin banyak peminatnya semakin banyak institusi yang didirikan. Pendirian institusi yang kebanyakan dinaungi yayasan ini melupakan tentang tujuan utama dari didirikanya institusi. Pendirian ini seakan tidak memikirkan output dari lulusanya yang nantinya akan bertanggung jawab kepada penurunan angka kematian ibu.
Pemerintah harus bersikap tegas dengan kondisi ini, menjamurnya institusi pendidikan bidan yang tidak berkualitas bukan menjadi suatu solusi untuk menurunkan angka kematian ibu. Penutupan institusi pendidikan bidan yang tidak ter-akreditasi harus segera di realisasikan, sehingga tidak lagi ada lulusan yang masih dipertanyakan kualitasnya. Serta lebih fokus lagi dalam pembuatan peraturan pembagian wilayah kerja yang jelas antara bidan vokasi (D3 dan D4) dan sarjana bidan profesi (S1) masih belum jelas, sehingga tidak terdapat peran ganda antara starta ini.
Selain itu juga dieperlukan upaya dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebagai  organisasi profesi bidan dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND) sebagai wadah institusi pendidikan kebidanan Indonesia untuk memperbaiki sistem pendidikan bidan yang baik kualitasnya. IBI sebagai organisasi yang menanungi profesi bidan sangat dirindukan kehadiranya untuk mengatasi bobroknya profesi ini, dan dibutukan kolaborasi yang baik antara IBI dan AIPKIND untuk memperbaki sistem pendidikan bidan.
————– ooo ——————

Rate this article!
Dilema Dunia Kebidanan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: