Dimakamkan di Kepatihan Dekat Areal Pemakaman Keluarga Soekarno

Suherman beserta warga setempat membersihkan Makam Sarinah di Pemakaman Kelurahan Kepatihan Kota Tulungagung, Selasa (19/1).

Suherman beserta warga setempat membersihkan Makam Sarinah di Pemakaman Kelurahan Kepatihan Kota Tulungagung, Selasa (19/1).

Mengenal Sosok Sarinah (1-Bersambung)
Tulungagung, Bhirawa
Nama Sarinah kini kembali menjadi perbincangan. Aksi terorisme yang baru-baru ini berlangsung di sekitar pusat perbelanjaan Sarinah di kawasan Jl Thamrin Jakarta membuat orang memperbincangkan nama Sarinah. Lalu siapakah sosok Sarinah sebenarnya?
Sarinah merupakan satu sosok wanita paling dihormati oleh Presiden RI pertama, sang Proklamator Ir Soekarno semasa hidupnya. Selain menamakan toko serba ada modern pertama di Indonesia dengan namanya pada 15 Agustus 1966, Soekarno juga membuat buku yang diberi judul Sarinah, Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoeangan Repoeblik Indonesia. Buku ini diterbitkan pada 1963 berisi 329 halaman.
Dalam biografi Bung Karno yang ditulis Cindy Adams, Soekarno berucap, “Sarinah adalah bagian dari rumah tangga kami. Tidak menikah, dia kami anggap sebagai anggota keluarga. Dia tidur dengan kami, tinggal bersama kami, memakan apa yang kami makan, tetapi dia tidak mendapat gaji sepeserpun.”
“Dialah yang mengajarku mengenal kasih sayang. Sarinah mengajarku untuk mencintai rakyat. Rakyat kecil. Selagi dia  memasak di gubuk kecil dekat rumah, aku duduk di sampingnya dan dia memberi nasihat, “Karno, di atas segalanya engkau harus mencintai ibumu. Tapi berikutnya engkau harus mencintai rakyat kecil. Engkau harus mencintai umat manusia”.
“Sarinah adalah satu nama biasa. Tetapi Sarinah yang ini bukanlah wanita biasa. Dia orang yang paling besar pengaruhnya dalam hidupku”.
Soekarno relatif tidak menjelaskan secara detil tentang sosok Sarinah. Dari mana dia berasal. Atau bagaimana Sarinah sampai menjadi bagian dari rumah tangganya. Namun, yang pasti nama Sarinah sampai saat ini juga terpahat dan bisa dilihat di salah satu nisan di Pemakaman Kelurahan Kepatihan Kota Tulungagung.
Makam yang sudah berlapis batu marmer tersebut sangat diyakini merupakan makam dari Sarinah. Sosok wanita paling dihormati Soekarno. Di nisan itu tertulis B Sarinah Wafat 28-12-1959.
Ketua Paguyuban Situs Bung Karno Tulungagung Agus Hadi Sungkono mengungkapkan makam dengan tulisan B Sarinah tidak diragukan sebagai makam Sarinah yang selama ini dikenal sebagai pengasuh Soekarno kecil. “Tidak perlu validasi lagi. Sudah valid itu makam dari Sarinah. Dulu makam itu pernah diresmikan oleh Bupati Tulungagung M Poegoeh Tjokro Soemarta (1960-1966) pada 1960. Apalagi di sekitar makamnya juga terdapat makam kakek dan kerabat Bung Karno lainnya,” ujar Agus Hadi Sungkono kepada Bhirawa belum lama ini.
Memang tak jauh dari makam B Sarinah, tepatnya di sebelah utara terdapat areal makam keluarga Soekarno. Areal makam tersebut dikelilingi tembok dan menurut masyarakat setempat sudah dibangun sejak 1960-an. Makamnya pun sudah dilapisi batu marmer seperti makam B Sarinah. Di areal makam ini dimakamkan di antaranya R Hardjodikromo, kakek Soekarno dari ayahnya R Sukeni Sosrodiharjo.
Wakil Juru Kunci Pemakaman Kepatihan Kota Tulungagung Suherman, juga mengungkapkan tidak perlu ada keraguan jika Sarinah dimakamkan di Pemakaman Kepatihan. Menurutnya, makam Sarinah berada di depan komplek pemakaman keluarga Soekarno karena areal makam tersebut sudah penuh.
“Jadi menurut cerita orangtua, karena penuh kemudian Sarinah dimakamkan di depan areal makam keluarga Soekarno lainnya. Di waktu-waktu tertentu banyak juga keluarga Soekarno yang datang ke sini (Pemakaman Kepatihan) untuk berziarah, baik yang dari Blitar, Kediri atau Jakarta. Di sini selain ada makam Sarinah juga dimakamkan eyang Bung Karno, R Harjodikromo,” jelasnya.
Menurut Agus Hadi Sungkono, sampai saat ini memang belum ada buku atau informasi tentang Sarinah secara lengkap. Seminar tentang Sarinah yang dilakukan Paguyuban Situs Bung Karno Tulungagung dua tahun lalu belum dapat pula menguak tabir secara keseluruhan tentang sosok Sarinah.
“Perlu diadakan seminar lagi. Pada seminar yang pertama dulu kami mengundang Mayjend (Purn) Saurip Kadi sebagai pembicara. Juga ada dari Dinas Purbakala Museum Trowulan Korwil Tulungagung,” katanya.
Agus Hadi Sungkono belum bisa memastikan kapan bakal diadakan lagi seminar untuk lebih menguak tentang jati diri Sarinah. “Kami masih koordinasi dulu. Ini perlu karena sejarah Sarinah masih gelap dan penuh misteri,” terang mantan anggota DPRD Tulungagung ini. [Wiwieko Dh]

Tags: