Dinaikkan Takut Tak Laku, Harga Tetap Khawatir Rugi

Harga daging sapi yang mulai mahal membuat sejumlah tempat makan kesulitan untuk menawarkan produk olahan daging sapi.

Harga daging sapi yang mulai mahal membuat sejumlah tempat makan kesulitan untuk menawarkan produk olahan daging sapi.

Penjual Makanan Terdampak Krisis Daging Sapi
Surabaya, Bhirawa
Krisis kebutuhan daging sapi yang terjadi di Jabodetabek dan Bandung mulai berimbas terhadap penjualan menu daging di sejumlah tempat makan yang berada di Surabaya. Sejumlah pedagang terpaksa harus menaikkan harga untuk lauk daging sekitar Rp.1000-2000 per potong, dasar menaikkan harga karena dari pasarnya juga sudah mengalami kenaikan sebesar Rp.120.000 per kilogramnya dari yang sesudah lebaran berkisar Rp.95.000-100.000 per kilogramnya.
Namun beberapa pedagang lainnya justru merasa takut untuk menaikkan harga karena khawatir ditinggal pelanggan. Jika hal ini terjadi maka kerugian yang dialami bakal semakin besar.
Prianto, pemilik warung makanan prasmanan di kawasan Jl.Ir. Soekarno membenarkan untuk mencari daging sapi yang memiliki kualitas terbaik mulai langka mencarinya. Kebanyakan daging sapi yang dijual di pasar adalah daging sapi yang mulai keras karena belum terjual.
“Saya kemarin keliling sampai ke pasar Keputran untuk cari daging sapi dengan kualitas yang terbaik, artinya daging masih merah dan kenyal sudah susah carinya. Kalau pun ada stoknya juga tidak terlalu banyak. Yang ada memang daging sapi yang agak keras, dan warnanya sudah tidak segar. Kalau di konsumsi memang tidak masalah, tetapi kualitas rasa juga mempengaruhi,” ujar pria yang telah menekuni bisnis kuliner selama 10 tahun.
Lain pula, denga Romlah, wanita yang memasuki usia senja pemilik warung di kawasan Tenggilis Mejoyo dirinya sudah tidak berjualan menu empal daging. Karena ia sudah tidak mampu untuk membelinya, selain itu warung dimilikinya adalah warung untuk kelas menengah kebawah.
“Menu nasi sayur lodeh harganya memang masih terjangkau, tetapi kalau tambah lauk daging tambah sekitar Rp.5000, kalau harus menaikkan lagi sampai Rp.2000 pasti orang-orang tidak mau membeli. Karena sudah terlalu mahal,” jelasnya dengan keluhan.
Sementara itu menurut Muthowif, Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Sapi (PPSDS) Jatim menuturkan untuk mengikuti langkah teman-teman di Jabodetabek dan Bandung perlu musyawarah dengan anggota yang tersebar di beberapa kota di Jatim.
“Kita selaku pengurus tidak bisa semena-mena mengeluarkan kebijakan memboikot penjualan daging sapi. Semuanya masih kita bicarakan dengan teman-teman yang ada di luar Surabaya terutama yang di Jatim. Tapi jika kondisi masih tetap seperti ini, kita bisa melakukan langkah yang sama. Pada intinya kita harus satu suara, bahwa mencari daging sapi sekarang susah,” jelasnya dengan semangat.
Muthowif melanjutkan, untuk saat ini para pedagang hewan sapi dan daging sapi lebih memilih untuk mendatangkan sapi dari luar Jatim. Daerah yang menjadi pilihan adalah Lampung, karena dari segi harga memang masih lebih murah di bandingkan sapi yang dijual di Jatim.
“Karena stok sapi dari luar Jatim juga bermasalah, akhirnya merembetnya mulai ke banyak daerah. Kalau pemerintah hanya berencana untuk mengimpor 50.000 ekor sapi pada kuartal pertama, saya rasa harga daging sapi masih tetap tinggi. Seharusnya pemerintah mengimpor 250.000 ekor sapi, di tambah dengan produk lokal yang tetap perlu mendapatkan perhatian,” katanya. [wil]

Tags: