Dinamika Dakwah di Amerika

Judul    : Menjejak Amerika
Penulis  : Peggy Melati Sukma & Imam Syamsi Ali
Penerbit  : Noura Books, Jakarta
Cetakan  : Pertama, Mei 2017
Tebal  : 336 Halaman
Peresensi  : Untung Wahyudi
Alumnus UIN Sunan Ampel, Surabaya

Islam bukanlah agama kekerasan, melainkan agama yang penuh dengan kasih sayang. Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi sekalian alam), agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Islam juga mengajarkan bahwa dakwah itu perlu disampaikan dengan ramah, bukan amarah.
Lalu, bagaimana caranya untuk mengembalikan citra Islam yang telanjur dicap sebagai agama yang penuh dengan kekerasan? Sanggupkah  umat Islam kembali mengharumkan nama agamanya? Peggy Melati Sukma dan Imam Shamsi Ali dalam buku Menjejak Amerika; Kuketuk Langit dari Kota Judi, memaparkan pengalamannya berdakwah di Amerika, negara yang dikenal sebagai negara sekuler dan adidaya.
Dalam buku ini, Peggy dan Imam Shamsi Ali menjelaskan tentang pengalamannya bergaul dan berdakwah di Negeri Paman Sam tersebut. Karena itu, pembaca bisa lebih banyak mengetahui tentang perkembangan dakwah di sana, yang disampaikan dua dai tersebut.
Imam Shamsi Ali yang hampir dua dekade hidup di Amerika tentu banyak mengetahui pahit-manis bagaimana bergaul dan beriteraksi dengan masyarakat di sana. Tidak hanya dengan sesama Muslim, tetapi juga dengan nonmuslim. Seperti Dr. Rev. Arthur Caliandro, seorang pendeta yang sama-sama memiliki kepedulian terhadap kerjasama antaragama. Shamsi Ali mengenal Caliandro dalam sebuah pertemuan interfaith di Gereja Marble Collegiate, NYC.
Imam Shamsi Ali mengaku bahwa Dr. Caliandro adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menorehkan jejak positif dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang dai di Amerika. Ketulusan hati, kebersahajaan, kesantunan sikap, dan keramahannya adalah cerminan perilaku yang sebenarnya tergolong Islami. Hampir tidak pernah tredengar ucapan negatif darinya tenntang orang lain maupun agama lain (hlm. 9).
Karena itu, Imam Shamsi Ali dan Peggy Melati Sukma dalam perjalanan dakwahnya di Amerika berusaha menyampaikan dakwah dengan ramah dan berdasarkan pilar-pilar dakwah yang dianjurkan dalam Islam.
Yang jadi catatan penting dalam pilar dakwah yang disampaikan Imam Shamsi Ali dalam buku ini adalah, dakwah dalam Islam tidak bertujuan untuk memindahkan orang dari agamanya begitu saja ke dalam Islam. Sebab, soal keimanan dan hati berada di luar tanggung jawab manusia. Allah sebagai pemegang kendali utama, yang akan menunjuk dan membuka hati siapa pun yang dikehendaki-Nya.
Dengan demikian, target utama dakwah sebenarnya bukan untuk menjadikan orang masuk Islam, melainkan untuk menyampaikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat (baik Muslim ataupun non-Muslim) tentang bagaimana sesungguhnya agama Islam, dan bagaimana Islam bisa menjawab tantangan dalam masyarakat, mulai dari skala keluarga hingga skala global (hlm. 11).
Penulis juga menjelaskan, salah satu wujud kesalahan persepsi tentang Islam di kalangan orang Amerika adalah, mereka menganggap Islam sebagai agama yang anti kemajuan. Ini tecermin dalam teori yang diajukan oleh Samuel P. Huntington dalam bukunya Clash of Civilization atau Konflik Peradaban (1996). Huntington menempatkan kultur dan identitas agama sebagai faktor pemicu munculnya banyak konflik di berbagai negara setelah era perang dingin (1947-1991).
Karena itu, untuk menjadikan Islam sebagai agama yang benar-benar bisa dikenal sebagai agama yang ramah, menurut Shamsi Ali, umat Muslim harus bisa menunjukkan perilaku yang tecermin dalam kehidupan sehari-hari, seperti bagaimana mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, tidak menyerobot hak orang lain, tidak korupsi, dan prilaku-prilaku Islami lainnya yang harus ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari.
Buku 336 halaman yang merupakan seri dari “Dakwah Keliling Dunia” ini mengajak pembaca merenungi pelbagai peristiwa yang selama ini menimpa agama Islam dan umatnya di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Buku ini tak hanya berisi perjalanan spiritual dua dai asal Indonesia di Amerika, tetapi juga mengungkap nilai-nilai keagamaan, kehidupan sosial, dan bagaimana seharusnya bersikap dan mempraktikkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

                                                                                                                  ———— *** ————

Rate this article!
Tags: