Dindik Cari Celah Dirikan Lembaga Penyalur TKI

TKIPemprov Jatim, Bhirawa
Persaingan tenaga kerja jelang momentum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai tampak signifikan. Pemprov Jatim pun tak mau ketinggalan, khususnya Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim yang mengelola sumber daya manusia calon tenaga kerja dalam jumlah besar.
Seiring hal itu, Dindik Jatim pun mulai menarik ancang-ancang untuk merumuskan serangkaian ide menyalurkan calon tenaga kerja ke luar negeri. Diantaranya dengan mengkaji peluang untuk mendirikan lembaga penyalur TKI di satuan pendidikan kejuruan, atau SMK.
“Kita berharap ada peluang SMK bisa mendirikan lembaga penyalur TKI. Sehingga, serapan tenaga kerja ke luar negeri bisa dioptimalkan,” tutur Kepala Dindik Jatim Dr Harun MSi usai menggelar rapat koordinasi penyiapan calon TKI lulusan SMK, Kamis (5/3).
Diungkapkan Harun, langkah ini merupakan respon terhadap Gubernur Jatim yang menginginkan agar lulusan SMK Mini bisa bersaing di pasar tenaga kerja internasional. Karena itu, Dindik Jatim berupaya menggandeng semua sektor yang memiliki kaitan erat. Diantaranya ialah UPT Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (P3TKI) Jatim,  Badan Koordinasi dan Sertifikasi Profesi (BKSP) Jatim, Kanwil Kemenag Jatim dan sejumlah Kepala SMK yang ditunjuk melaksanakan program SMK Mini.
“Targetnya ialah mengerimkan tenaga kerja formal, bukan informal. Sasaranya ialah lulusan SMK, khususnya mengikuti program SMK mini,” tutur Harun.
Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan Dindik Jatim Hudiyono menambahkan, harapan untuk mendirikan lembaga penyalur TKI cukup tinggi. Sebab, SMK merupakan satuan pendidikan yang sekaligus bisa mendirikan unit usaha.
“Sudah banyak SMK yang punya hotel, minimart, atau menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang semula hanya ada di industri,” kata dia.
Sebenarnya Dindik Jatim telah melakukan upaya pengiriman calon tenaga kerja lulusan SMK ke luar negeri, salah satunya  sudah berlangsung untuk tujuan Jerman. Ada 300 siswa kini tengah disiapkan di kantong-kantong SMK rujukan. Di Jatim, ada enam SMK rujukan yang masing-masing 50 siswanya disiapkan berangkat ke Jerman.
Sementara itu, Kepala UPT P3TKI Jatim Agus Heri Santoso mengatakan, langkah ini sekaligus untuk menekan jumlah tenaga kerja informal yang berangkat sebagai TKI ke luar negeri. Sebagai gantinya, lulusan SMK Mini dikirim sebagai tenaga formal.
“Pengiriman TKI ini bukan target final. Ini hanya pengantara untuk mencapai target jangka panjang berikutnya,” kata Agus.
Sejauh ini Agus melihat program SMK Mini dilakukan fokus untuk mencetak wirausaha. Namun, untuk menjadi pengusaha butuh modal yang tidak sedikit. Karena itu, menjadi TKI merupakan solusinya. “Kita harus tekankan, bahwa TKI yang dikirim dari lulusan SMK Mini tidak boleh selamanya. Harus ada waktu maksimal,” kata dia.
Batasan waktu ini, diasumsikan cukup bagi TKI untuk mengumpulkan modal. Selanjutnya, dalam tempo empat sampai lima tahun harus pulang dan mendirikan usaha di Indonesia. “Bisa saja ini dibuatkan regulasi khusus,” kata dia.
Agus mengatakan, pasar tenaga kerja internasional tidak bisa ditunggu. Sebab, di beberapa negera tetanga Bahasa Indonesia mulai laku dipelajari. Ini merupakan indikator akan terjadi eksodus besar-besaran tenaga kerja ke Indonesia. “Karena itu, selain kompetensi, lulusan SMK Mini juga harus mampu berbahasa asing,” pungkas dia.[tam]

Tags: